08

302 15 0
                                    

Pagi ini jevi datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya, dia sengaja karena ingin kembali meminta maaf kepada lili atas kejadian beberapa hari lalu.

Keadaan sekolah masih lumayan sepi. Jevi masih diparkiran, dia sengaja menunggu disitu karena parkiran sekolahnya berhadapan langsung dengan gerbang utama sekolah.

Sekitar 20 menit berlalu jevi menunggu, tapi belum juga melihat kedatangan lili. Beberapa kali jevi menghubungi lili, namun semuanya tak dijawab.

Ponsel jevi bergetar dan muncul notifikasi panggilan dari lili membuat senyumnya tercetak jelas, dan tanpa menunggu lama lelaki itu menekan tombol hijau pada panggilan tersebut.

"Selamat pagi, cantik. Akhirnya kamu ngehubungin aku juga"

Hening, tak ada tanggapan dari lili "aku minta maaf untuk kejadian kemarin, aku juga minta maaf karena gak sengaja ngebentak kamu, ak--"

Omongan jevi terputus kala terdengar suara dari seberang "gue Dipta, kerumah lili sekarang, urgent!"

"Hah?" Sambungan ponselnya terputus, membuat jevi sedikit kebingungan namun detik berikutnya dia langsung membawa mobilnya menuju rumah lili.

Jarak sekolah ke rumah lili seharusnya ditempuh dalam waktu 20 menit, namun kali ini jevi sampai dirumah lili dalam waktu 10 menit. Bisa dibayangkan seberapa cepat jevi membawa mobilnya.

Jevi melihat motor Dipta sudah terparkir didepan rumah lili, dengan segera lelaki itu melangkah mendekati pintu yang terbuka lebar, namun saat ingin melangkah masuk jevi agak sedikit kaget melihat rumah lili yang berantakan, bahkan ada beberapa pecahan beling yang berserakan di lantainya.

Belum hilang rasa keheranannya, lagi-lagi jevi dikejutkan dengan kemunculan Dipta yang menggendong lili, melihat itu jevi langsung membantu Dipta untuk membawa lili ke mobilnya.

"Lo jaga lili dibelakang, biar gue yang bawa mobil lo" ucap Dipta membuat jevi mengangguk.

Kondisi lili saat ini tidak bisa dibilang baik-baik saja, ada beberapa luka memar di tubuhnya dan darah yang di sekitar wajahnya.

"Sebenernya lili kenapa?"

"Jangan banyak tanya, dan simpan rasa penasaran Lo"

+++++

Disinilah mereka, ruangan serba putih dengan aroma khas obat-obatan. Lili masih terbaring dan belum sadarkan diri, ada jevi duduk di sebelah ranjangnya dan Dipta yang duduk di sofa ruangan tersebut.

Jevi menatap lili yang masih menutup matanya, tangannya mengelus tangan lili yang terdapat luka lebam. Menit kemudian jevi beranjak menatap Dipta yang masih duduk disana.

"gue urus administrasi dulu" ucap jevi

"Gak usah, udah diurus ayah gue"

Yups, yang menangani lili itu ayahnya Dipta, sekalian aja Dipta meminta ayahnya untuk mengurus administrasi nya, bagaimanapun juga lili itu sudah dianggap keluarga oleh mereka.

Mendengar hal itu, jevi kembali duduk pada bangkunya. Menit kemudian terdengar suara tangisan dari lili, namun matanya masih terpejam membuat jevi dan Dipta panik.

Tangisan itu tak berlangsung lama, hanya sekitar 2 menit, dan di menit kemudian lili membuka matanya dengan napasnya terengah-engah.

"Halo, cantik, udah bangun" ucap jevi sambil mengusap bekas air mata di pipi lili. Detik kemudian lili memeluk jevi dengan erat, dengan senang hati jevi membalas pelukan sang kekasih.

"It's okey" ucap jevi mengelus pelan punggung kekasihnya.

Dipta yang melihat itu langsung membuang tatapannya kearah jendela, dan kembali duduk di sofa ruangan tersebut. Cukup lama jevi dan lili dalam posisi berpelukkan, dan karena itu Dipta memilih menyibukkan dirinya dengan bermain game.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LilianeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang