Accident

627 69 3
                                    



Jika dalam urusan berkendara, Jinan adalah orang yang selagi bisa menebeng kepada saudara-saudaranya, ia akan lebih memilih untuk melakukan itu. Meski jatah mobil miliknya sudah ada tiga di rumahnya, tapi Jinan lebih suka berangkat ke kantor jika ada temannya. Dan orang yang sering menjadi teman Jinan dalam perjalanan menuju ke kantor adalah Bastian. Laki-laki itu tak pernah masalah jika harus menjemput Jinan dirumahnya terlebih dulu, karena Bastian juga tidak suka harus berada didalam mobil seorang diri selama perjalanan. Dua bungsu Edelhard ini memang sangat jarang menggunakan supir pribadi jika berpergian. Sebagai yang paling muda, mereka lebih suka untuk mengendarai mobil mereka sendiri.

"Enaknya renang di negara mana lagi ya?" Bastian membuka obrolan setelah beberapa menit mengendarai mobil Porsche hitamnya menjauh dari kediaman Jinan. Membayangkan tempat berenang yang menyenangkan, seperti yang sudah dilakukannya di Maldives beberapa hari yang lalu.

"Renang di rumah." Celetuk Jinan. Tatapan mata laki-laki itu terarah pada ponsel miliknya yang menampilkan deretan pesan dari Melvin. Apalagi kalau bukan urusan pekerjaan, yang membuat Jinan sudah menghela nafas berat di pagi hari ini.

"Nggak asik di rumah tuh." Bastian menoleh sekilas ke arah Jinan dengan tatapan malasnya. "Mau ada meeting nanti kata Mas Melvin." Bastian kembali berucap ketika mengingat Melvin yang menelfonnya, sebelum ia menjemput Jinan.

"Iya, bahas perumahan yang mau dibangun lagi." Jawab Jinan. Bidang property perusahaan Edelhard, belakangan ini memang sedang sangat berkembang pesat. Oleh karena itu Melvin kembali merencanakan untuk pembangunan perumahan di kota lain.

"Percayalah Mas Melvin nggak akan ngebiarin kita nganggur barang sedetik pun." Bastian menghela nafas beratnya. Sementara Jinan mengangukkan kepala menyetujui perkataan Bastian. 

Ya, Melvin dengan ambisi pekerjaan yang lebih tinggi dari adik-adik sepupunya yang lain itu, membuat mereka perlahan mulai memiliki ritme kerja yang hampir sama dengan Melvin. Jika melihat dari apa yang mereka miliki saat ini, seharusnya Melvin tidak perlu lagi bekerja dengan begitu keras. Namun, justru ketika Edelhard sedang dalam puncak seperti ini, Melvin memotivasi adik-adiknya untuk semakin membuat nama Edelhard bersinar. Awalnya memang terasa menyebalkan bagi Jinan dan Bastian yang baru lulus kuliah sudah harus ikut pusing dengan urusan perusahaan, namun lambat laun mereka jadi menikmati pekerjaan mereka dengan sendirinya, meskipun kata-kata keluhan terkadang keluar juga dari mulut mereka.

"Btw, lo udah tahu kalau temen-temen angkatan kuliah, mau ngadain acara reuni?" Jinan teringat dengan obrolan teman-temannya di group angkatan yang membuat Bastian menganggukkan kepala.

"Iya, gue baru baca. Lo mau dateng?" Bastian menolehkan kepalanya sekilas melihat Jinan yang sedang berpikir.

"Tapi agak mager." Jawaban Jinan membuat Bastian menggelengkan kepalanya.

"Mager mulu lo, kalau mager tinggal naik jet kita aja. Udah, tahu-tahu udah sampai di kampus." Bastian memberikan saran yang membuat Jinan membulatkan mata.

"Ya lo yang bener aja! Lo pikir kita mau reunian apa mau pamer harta?" Jinan menatap kesal Bastian yang justru tertawa kencang.

"Lagian lo. Apa-apa mager. Semangat sedikitlah, nanti di reunian lo bisa ketemu cewek yang lo taksir dari maba itu." Ucap Bastian dengan tawa yang membuat Jinan kali ini sudah mengubah posisi duduknya, menyamping menatap Bastian tidak percaya.

"Gue nggak lagi naksir cewek, apalagi dari maba." Jinan memukul lengan Bastian dengan berkas pekerjaan Bastian yang ada di mobil laki-laki itu.

"Halah, terus itu yang namanya Renata siapa itu? Lo suka dia tapi lo pendem terus sampai kita lulus kan? apa kabar tuh si Renata? jangan-jangan dia udah nikah lagi."

EDELHARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang