Sikap Yang Berbeda

673 71 0
                                    


Bagi seluruh pegawai yang bekerja di kantor Dream Insights Group, hal yang paling menegangkan adalah ketika diperintahkan untuk memasuki ruang kerja Alfred Geffery Pramudya Edelhard. Entah mengapa bayangan wajah Geffery yang terlihat sangat serius dan menakutkan selalu ada dibenak para pegawai setiap mereka bertemu dengan Geffery. Jika Melvin itu terlihat sangat tegas, namun Geffery ini sudah sangat tegas ditambah pula dengan jutek dan galak. Entah memang Geffery yang pelit senyum atau apa, namun para pegawai DIG belum pernah secara langsung melihat senyuman dari salah satu petinggi DIG itu. Padahal jika mendengar penuturan Galen atau Garvin yang cukup sering mengibur pegawai yang sehabis kena omelan Geffery, laki-laki itu tidak semenakutkan seperti apa yang mereka bayangkan.

"Masuk."

Geffery menatap pintu ruang kerjanya yang terbuka dan memperlihatkan seorang perempuan dengan rambut hitam terkuncir rapih itu memasuki ruangannya dengan tatapan hati-hati dan terlihat cukup takut.

"Saya suruh kamu menghadap saya jam berapa kemarin?"

Here we go again...

Perempuan itu berucap didalam hati sembari menyiapkan mental. Helaan nafasnya terlihat begitu berat, belum lagi dengan rasa haus yang menderanya. Bayangkan tadi ia harus menaiki tangga untuk mencapai ke ruangan bos yang menurutnya sangat galak itu. Rasanya Meira Ayunda, perempuan yang tengah berdiri dihadapan meja Geffery ingin sekali merutuki lift yang selalu penuh hari ini.

"Mohon maaf Pak, tadi ban motor saya bocor jadi saya harus-"

"Kamu punya ponsel untuk mengabari saya jika kamu terlambat, jadi sekarang saya tidak berkenan untuk mendengar penjelasan kamu." Ucap Geffery dengan nada yang terdengar cukup sinis ditelinga Meria. Astaga bosnya itu apa tidak pernah merasa panik yang akhirnya membuat dirinya terlupa. Kalau Meira ingat untuk mengabarinya, perempuan itu pasti juga akan mengabari. Tapi sayangnya Meira panik, karena ban motornya bocor disaat waktu yang sebentar lagi sudah memasuki jam kerjanya.

Tenang, semangat Meira!

Hati perempuan itu berkata demikian, walaupun tangan kanannya sudah mengepal begitu erat. Mengalami ban motornya yang bocor dan harus menunggu ojek online ditengah jam sibuk tidak ada apa-apanya, dibandingkan dengan kekesalan harus mendengar kata-kata sinis dari bosnya itu.

"Kamu punya waktu 15 menit untuk menunjukkan bahan prensentasi kamu ke saya untuk meeting nanti."

"Baik pak-" Meira yang melihat Geffery sudah menyilangkan kedua tangannya di depan dada segera membuka laptop yang dibawanya ke meja kerja Geffery, dan menghadapkan laptop itu ke arah Geffery. Meira membuka file berisikan bahan presentasi mengenai salah satu project terbaru DIG dibawah naungan Geffery.

"Biar saya yang lihat sendiri." Tangan Meira yang akan menekan kursor terhenti begitu saja. Perempuan itu melihat Geffery yang sudah menatap begitu serius slide kedua dari bahan prensentasi yang ia buat. Dengan jantung yang berdegup begitu kencang, Meira mengucapkan begitu banyak doa agar tidak ada kesalahan yang dapat membuat Geffery mengamuk dihadapannya saat ini.

"Kamu pikir kalau bahan kamu seperti ini, mereka akan mau bekerja sama dengan kita?" Geffery sudah beralih menatap Meira dengan tajam. Laki-laki itu kembali menekan kursor dengan cepat. Setiap slide yang dilihatnya, membuat Geffery menggelengkan kepala dengan tatapan ketidaksukaan. Dan tentu saja hal itu membuat Meira menggigit bibir bagian dalamnya dengan begitu takut.

Salah terus perasaan. Meira menatap Geffery dengan perasaan kesal sekaligus takut. Pasalnya ini bukan bahan presentasi pertama yang mendapatkan perkataan seperti itu dari Geffery.

EDELHARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang