Kita Yang Berbeda

677 78 5
                                    

Warning!

( tw, cw //  kissing)



Malam sudah semakin larut, namun Galen tak berniat untuk segera membawa dirinya pulang ke apartemen, dan mengistirahatkan diri setelah seharian ini mengerjakan banyak pekerjaan di kantor. Laki-laki dengan rambut hitam yang sudah mulai cukup panjang itu, masih duduk disebuah club malam yang menjadi favoritnya. Hanya sebuah tatapan datar pada minuman alkohol di mejanya yang terlihat dari Galen. Laki-laki dengan kulit tan eksotis yang semakin terlihat tampan dengan kemeja putih yang kedua lengannya sudah tergulung hingga siku itu, menghela nafas beratnya untuk beberapa kali.

Bohong jika pertemuannya dengan Giana, membuatnya biasa saja. Meski Galen selalu meyakini hatinya jika ia sudah move on dari perempuan itu, namun ada rasa yang membuat hatinya menjadi tak karuan. Bahkan Galen sudah menyerahkan urusan dekor bunga untuk acara maminya kepada asistennya, namun tetap saja bayangan wajah Giana kerap kali muncul dikepalanya. Galen merasa sangat frustasi dengan segala perasaan rindu yang ternyata masih muncul ketika ia melihat wajah perempuan itu. Namun disatu sisi, ia harus mengingat kembali apa yang sudah perempuan itu lakukan kepadanya, hingga ia menjadi Galen seperti sekarang ini.

"Lagi ada masalah?" 

Galen mendongakan kepala. Ruby, perempuan pemilik senyum cantik itu menatap Galen dengan penasaran. Senyum cantik mengembang di wajah perempuan itu, satu tangannya ia arahkan pada pipi kanan Galen dan mengusapnya lembut.

"Biasa, kerjaan." Jawaban Galen membuat Ruby kembali mengembangkan senyum, lalu duduk disamping laki-laki itu. Ruby menuangkan wine kedalam gelas milik Galen, lalu menyerahkan gelas itu kepada Galen yang langsung diminum oleh laki-laki itu. Meski Galen sudah cukup banyak minum malam ini, tapi kesadaran laki-laki itu masih terlihat baik. Ya, diantara cucu Edelhard, Galen memang memiliki kemampuan minum yang sangat baik dibandingkan saudara sepupunya yang lain. Ia tidak akan langsung mabuk begitu saja. 

"Pusing?" Ruby kembali bertanya. Perempuan cantik dengan gaun hitam sexy ditubuhnya, menatap Galen yang memandangi gelas ditangannya.

"Kapan gue nggak pusing sama kerjaan?" Tawa kecil Galen terdengar. Namun tak berselang lama, ia kembali mendatarkan tatapannya. Kerjaan memang selalu membuat Galen pusing, namun perasaannya kali ini lebih membuat dirinya pusing tak karuan.

"Can I help you?" Ruby memegang wajah Galen. Membuat wajah tampan Galen kini menghadapnya. "Gue bisa bantu buat ngilangin kepusingan lo malam ini." Ruby tersenyum, dengan sentuhan jemari indahnya di pipi Galen yang merambat turun hingga ke ujung bibir laki-laki itu.

Meskipun tidak langsung membalas tawaran dari perempuan disampingnya, namun Galen tidak akan menepis begitu saja tangan Ruby yang masih mengusap lembut ujung bibirnya. Ruby adalah seseorang yang dekat dengan Galen dalam satu tahun belakangan ini. Perempuan yang ia kenal di club malam satu tahun yang lalu, dan kini telah masuk dalam kehidupannya. Meski terlihat begitu dekat, namun hubungan keduanya hanya sebatas pertemanan. Bertemu dalam keadaan hati yang sama-sama terluka kala itu, membuat Galen dan Ruby sering menghabiskan waktu bersama di club. Hanya sebatas minum, atau yang lebih jauhnya adalah mereka melakukan kissing dalam keadaan keduanya cukup mabuk. Namun mereka tidak pernah melakukan hal lebih dari itu, mengingat Galen yang selalu datang ke club dengan asisten pribadinya, yang menunggu di mobil miliknya. Berjaga jika sewaktu-waktu Galen terlalu banyak minum dan membuatnya mabuk serta tidak sadarkan diri.

"What can you do?"

"Karena gue nggak mau having sex sama lo, dan lo juga nggak akan mau ngelakuin itu sama gue. So, I'll give you a best kiss." 

EDELHARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang