(1)

3 1 0
                                    

Hallo perkenalkan namaku Risa, ini adalah kisah nyata yang dibalut dengan sedikit fiksi.

Aku akan menceritakan seseorang yang aku temui di tahun 2016, seorang laki-laki perawakan tinggi, dengan kulit tan coklat, serta rambut botaknya, ohiya jangan lupakan wajahnya yang tidak terlalu tampan namun teduh menurutku.

Kita kembali ke tahun 2016, saat itu aku baru masuk SMP di salah satu SMP swasta di kota ku, ohiya sekolah ini tidak favorit malah mendapat lebel sebagai sekolah dengan jumlah murid yang ikut tawuran sangat banyak, hebat bukan.

Aku tidak peduli awalnya dengan sekolah ini, toh aku lihat seperti sekolah pada umumnya malah aku melihat sekolah ini cukup bagus dengan bayaran yang tidak sampai 100 ribu/bulan, sampai proses belajar mengajar dimulai aku mulai berubah fikiran tentang sekolah ini.

Melihat fasilitas kelas, kamar mandi, dan kantin membuatku memaklumi jika sekolah ini sangat murah. Aku mulai menyesali keputusan untuk masuk sekolah ini.

Hingga pembagian kelas pun usai, aku mendapatkan kelas 7B, ohiya Fyi ternyata pembagian kelas ini berdasarkan dengan peringkat ujian tes tulis ketika masa orientasi kemarin, dan kelasku berada tepat dibawah kelas unggulan (7A).

Sebenarnya kelas unggulan ini memiliki beberapa benefit daripada kelas reguler, dengan fasilitas kelas yang berbeda, jam belajar yang bertambah, serta guru-guru yang mengajar berbeda dengan kelas regular.

Kembali ke kelas ku, aku sekelas dengan teman SD ku, kebetulan kami berangkat dan pulang bersama, awalnya kami berteman berdua namun setelah masuk kelas itu kami sadari jika beberapa hal tidak cocok untuk kami sehingga kami berpisah untuk bergabung dengan teman masing-masing.

Aku bergabung dengan beberapa anak yang tergolong biasa saja di kelasku, sedangkan teman ku sebut saja Fira bergabung dengan anak-anak yang tergolong pintar di kelas. Jujur aku termasuk golongan orang pintar karena selalu mendapatkan peringkat ketika di sekolah, namun aku tidak begitu nyaman untuk bergabung dengan orang-orang ini sehingga memilih untuk menghindar.

Karena berteman dengan anak-anak biasa aku pun pindah tempat duduk ke belakang bersama teman teman ku, aku satu bangku dengan teman ku yang bernama Tari, kami cukup akrab karena kebetulan Tari adalah orang yang humoris, dia memiliki mata sipit yang jika tersenyum matanya akan ikut tersenyum, hanya saja perawakan Tari lebih dewasa dengan payudara yang lebih besar daripada kami anak seusianya, karena hal itu terkadang Dia selalu digoda oleh anak laki-laki di kelas.

Karena aku anak yang tergolong pendiam di kelas, aku tidak terlalu dekat dengan anak laki-laki kecuali beberapa yang duduknya tidak jauh dariku, ya mereka akan berinteraksi dengan ku jika menyangkut dengan contekan. Aku tidak masalah dengan hal itu, toh aku juga tidak yakin jawaban ku benar atau tidak hehe.

Ohiya aku belum memberitahu ciri-ciri ku ya? Maaf maaf aku lupa, aku seorang perempuan dengan tinggi 160 cm dan memiliki berat badan 50 kg sebenernya cukup ideal hanya saja orangtuaku memberikan seragam yang besar agar muat sampai lulus sekolah jadi aku terlihat gemuk karena seragam itu, aku memiliki kulit sawo matang, dengan mata hitam legam serta rambut hitam lurus panjang namun aku menggunakan hijab jika bersekolah dan main, aku juga memiliki gigi gingsul yang menggangu tidak seperti yang lain jika gingsul manis, aku merasa gingsul ku malah membuat ku merasa jelek dengan senyumku, karena itulah aku tidak pernah tersenyum memperlihatkan gigi bahkan senyum biasa pun hanya sesekali, hal itu jadi kebiasaan hingga besar, aku jadi memiliki wajah yang judes dan galak.

Aku tidak tertarik pada laki-laki, jujur aku bahkan menghindari untuk berinteraksi dengan mereka karena aku tahu apa yang mereka pikirkan soal aku, ada beberapa hal yang aku tahu ketika mereka mulai berinteraksi dengan ku.

Yang pertama, mereka akan menatap ku dengan tatapan meledek, bahkan tidak jarang dari mereka yang terang-terangan merasa jijik jika di jodoh-jodohkan denganku, difikir aku mau kali ya sama mereka.

Yang kedua, mereka akan sok baik menjelaskan maksud dan tujuan mereka yang tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah contekan, dengan membujuk rayu mereka berusaha mendapatkan hal itu, dan aku? Tentu memberikannya.

Yang ketiga, beberapa dari mereka bahkan meremehkan kemampuan ku, melihat aku yang tidak pernah bicara, mereka akan menganggap aku lebih bodoh dari mereka, saat pembagian rapot peringkat ku jauh di atas peringkatnya wkwkwk.

Ya karena hal-hal itulah aku tidak tertarik pada laki-laki, aku bahkan bingung bagaimana cara orang mendapatkan pacar jika mengalami hal yang aku alami?

Okay kembali ke kelas, aku duduk di jajar kedua paling belakang, jadi satu bangku belakangku adalah paling belakang, dengan empat baris dari depan aku duduk di baris tengah arah jendela. Aku tidak masalah dengan posisi duduk ku, hanya saja kami dikeliling oleh anak laki-laki karena semua anak perempuan sudah duduk di depan.

Tari merasa tidak keberatan dengan hal itu karena dia cenderung bercanda dengan laki-laki sedangkan aku hanya akan menonton mereka bercanda.

Dari posisi duduk inilah aku pertama kali mengetahui keberadaannya. Dia duduk di bangku paling belakang pojok kanan ku dengan temannya yang berperawakan seperti anak kecil, sedangkan dia seperti orang dewasa.

'itu siapa?' Tanyaku pada Tari sambil menunjuk Dia dengan mataku.

'yang mana? Kalau yang kecil itu si Riki, kalau yang gede itu si Fadillah' jawabnya, aku mengangguk sambil menengok untuk melihat mereka lagi, itu kali pertama mata kami bertemu.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Dia"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang