03. Closer?

87 11 2
                                    

"Apakah tuan benar benar  menerima kerjasama yang saya tawarkan sebelumnya?" ucap Seo Joon mengakhiri perbincangannya mengenai pengajuan kerjasama yang ia tawarkan

"Dilihat dari apa yang telah disampaikan sebelumnya, saya menerima tawaran anda tuan. Saya harap kerjasama ini dapat berjalan dengan baik dan lancar." 

Seo Joon pun tersenyum bangga sambil berjabat tangan dengan Choi Woo Shik yang merupakan CEO dari Choi Company yang bergerak di bidang konstruksi. Ia pun dengan bersemangat langsung mendiskusikan secara lebih lanjut mengenai bagaimana kelanjutan kerjasama ini nantinya. Woo Shik benar benar tidak salah menerima kerja sama ini, karena ia juga yakin dan tahu bagaimana kemampuan Seo Joon dalam berbisnis. 

"Tuan Choi, bagaimana jika kita lanjutkan perbincangan kita di lain waktu. Mohon maaf karena saya harus pergi lebih dulu dikarenakan ada hal mendesak yang harus saya selesaikan." 

"Tentu, silahkan tuan Park." ucap Woo Shik sambil tersenyum. 

"Terima kasih banyak tuan Choi. Untuk perbincangan dan pertemuan selanjutnya kita bahas lewat telepon saja."

"Tentu, santai saja tuan Park."

Seo Joon pun segera kembali ke perusahaannya untuk melakukan meeting dengan klien lainnya.

~.....~

Tringgg..

Tringgg..

Tringgg..

Suara bel berbunyi menandakan jam awal pembelajaran akan segera dimulai. Setiap murid kini telah masuk ke kelas nya masing masing untuk bersiap mengawali pembelajaran. Begitu pun dengan kelas Lisa. 

"Selamat pagi anak anak. Santai saja. Ah iya benar, mungkin kalian belum mengenal ibu siapa kan jadi biarkan ibu memperkenalkan diri terlebih dahulu. Perkenalkan nama ibu Bae Suzy dan ibu merupakan guru Seni baru di sekolah ini. Kalian bisa memanggil ibu dengan sebutan bu Suzy maupun yang lainnya. Ibu harap kerja sama dan kerja keras kalian selama satu tahun ajaran ini. Sekali lagi salam kenal semua"

Seluruh murid yang berada di kelas tersebut pun bertepuk tangan dan bersorak gembira menyambut kedatangan Bae Suzy sebagai guru Seni yang akan mengajar mereka selama setahun kedepan.

"Oke tanpa berlama lama lagi mari kita mulai pembelajaran kali ini dengan materi sketsa. Ibu ingin kalian membuat satu buah sketsa bertemakan bebas. Walaupun ini hanya tugas awal ibu harap kalian dapat mengerjakannya dengan maksimal dan sebaik baiknya".

"Baik bu" jawab para murid dengan semangat

Mendengar jawaban para murid yang bersemangat Bae Suzy pun langsung membagikan selembar kertas pada setiap murid sebagai media yang akan mereka gunakan untuk membuat sketsa. Para murid sangat bersemangat akan hal ini, karena jarang sekali di awal pembelajaran semester mereka akan mendapatkan satu tugas yang masih dapat dikatakan tergolong ringan. Karena biasanya mereka akan langsung mendapatkan tugas tugas yang tergolong rumit dan kompleks seperti langsung praktikum maupun tugas yang mengharuskan berkelompok.

"Hei nak, apakah leher mu terkilir? Ibu perhatikan dari tadi kamu terus melihat ke arah jendela" tegur Suzy pada salah satu muridnya sambil terkekeh.

"Eh-, maa-af bu. Tidak bu, leher saya baik baik saja." jawab murid tersebut sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal

"Baguslah kalau begitu. Sekarang kerjakan tugasmu hemm" 

Murid tersebut pun mengangguk kaku sambil menerima selembar kertas yang akan ia gunakan untuk menggambar.

Lisa yang duduk di samping murid lelaki itu pun hanya tersenyum melihat bagaimana Suzy menegurnya. Tanpa menunggu lama ia pun langsung mulai mengerjakan tugasnya. Melihat bagaimana seriusnya Lisa menggambar, lelaki disampingnya pun semakin tak bisa mengalihkan pandangannya. Lisa benar benar sempurna menurutnya apalagi saat ini ia sedang serius, pahatan wajahnya yang bak barbie, mata hazelnya yang sangat indah, rambut blonde yang dibiarkan terurai dan poni yang menutupi jidatnya ditambah kacamata yang bertengger dihidung mancungnya membuat ia terlihat berkali kali lebih cantik.

"Kau masih sama seperti dulu, semuanya" ucapnya di dalam hati 

"Haruskah kau melihat ku sebegitunya?" ucap Lisa tanpa mengalihkan pandangannya pada kertas yang sedang ia gambar.

"Ehmm... ti-tidak kok. Aku bukan memperhatikanmu" jawabnya. Ia benar benar kaget karena tiba tiba Lisa bersuara

"Lalu jika bukan memperhatikanku mengapa kau terus melihat kearahku?" Lisa pun menghentikan kegiatannya lalu menghadap lelaki disampingnya itu

"Aa-anu. Ehm...a-aku hanyaa-"

Lisa pun hanya menatapnya dengan wajah meminta penjelasan. Ia sebenarnya bisa saja menghiraukan lelaki itu, tapi ia merasa risih jika terus menerus diperhatikan dengan tatapan serius seperti itu.

"Yaa... hanya ehm, mencari inspirasi. Ya, mencari inspirasi". jawab lelaki itu dengan kepala yang diangguk anggukan seolah olah menemukan apa yang ia cari. Ia pun langsung duduk menghadap ke depan dan mulai mengerjakan tugasnya walau dengan gerakan yang sedikit kikuk. 

"Aishh bisa bisanya aku terus menatapnya tanpa sadar. Huuhh entah bagaimana mukaku saat ini."

Lisa pun hanya menggeleng dan tersenyum melihat tingkah lelaki disamping nya ini. 

"Jika ada yang ingin ditanyakan tanyakan saja padaku. Jika bisa akan ku jawab."

Mendengar penuturan Lisa yang tiba tiba membuat lelaki itu seketika menegang dan kembali menengok ke arah Lisa.

"Aihh jantungku, plis tahan tahan." lirihnya dalam hati saking senangnya mendengar Lisa membuka suara

"Te-tentu" 

"Tak usah kaku begitu aku tak akan menggigitmu. Kau Jungkook kan? Aku Lisa" ujar Lisa sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan

Melihat Lisa mengulurkan tangannya Jungkook pun dengan ragu menerima uluran tangan tersebut.

"Y-ya aa-aku Jungkook. Salam kenal Lisa" 

"Lisa-ya, apa kau benar benar tak mengingatku?" lirih Jungkook sambil menatap mata hazel Lisa

Merasa uluran tangannya tak terlepas Lisa pun mengibas ngibas kan tangan kirinya dihadapan Jungkook

"Aa-ah maaf. Ehm Lisa bisakah kau mengantarku ke perpus saat jam istirahat nanti?" 

Lisa diam mempertimbangkan permintaan Jungkook padanya. Bukan tak ingin tapi ia hanya malas berurusan dengan para murid perempuan yang selalu mengekori Jungkook. Melihat Lisa yang tak kunjung menjawab membuat Jungkook sedikit resah karena permintaannya tadi.

"Haissh Jungkook-ah kau bodoh sekali. Kenapa langsung meminta ditemani sih. Aishhh, bagaimana jika ia menolak, gagal sudah" lirihnya dalam hati menunduk sambil menggerutu.

"Ehm baiklah akan kuantar. Tapi-" jawab Lisa menggantung

Jungkook pun kembali mengangkat kepalanya dan menatap mata Lisa penuh harap.

"Berhentilah menatapku terus." lanjutnya

Mendengar jawaban Lisa, Jungkook pun terkekeh dan merasa sangat amat senang walaupun sepertinya Lisa tak mengingatnya tapi kini ia dapat kembali menemuinya.




_03 CLOSER?_

AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang