Chapter : 11

1.5K 104 1
                                    

[•••]

"Lachero Artaleon."

Orang di dekat meja mereka menoleh pada gumaman itu.

"Ha?" Serempak cowok-cowok itu berucap, tentu minus satu batu di depan Dera itu.

Diliriknya Si Artaleon dengan takut-takut. Di sana Dera dapatkan tatapan tajam bukan lagi dingin. Tatapan dari netra coklat gelap itu berangsur-angsur memerah.

Jantung Dera berdetak kencang lagi. Dera baru ingat jika cowok itu, a.k.a antagonis utama! Jika ia digambarkan tidak menyukai nama depannya alias marganya.

Di novel sekilas Dera ingat, cowok itu akan menghajar habis-habisan gerangan orang yang dengan lancang menyebut namanya bersama dengan marga yang tersemat.

Sekarang Dera paham mengapa cowok di samping tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai nama itu. Dan Dera mendapat masalah sekarang.

Leon bangkit dari duduknya dengan aura yang lebih pekat lagi. Dera menatapnya cengengesan, sebagai ucapan maaf. Sebab ia tak sanggup membuka suara.

Naas sekali nasibnya ini. Dengan sekali tarikan Dera sudah berdiri di depannya. Cewek itu menunduk tak berani bertemu tatap dengan obsidian yang sudah memerah itu.

Meski merasakan sakit, Dera masih bisa menilai aroma parfum yang di kenakan Leon. Aromanya wangi namun terlalu menyengat membuat orang yang di dekatnya ingin muntah dan memilih menahan napas.

Dera melirik, bagaimana para cowok di samping Leon itu bertahan pada bau ini. Tangan kirinya yang dicengkeram dan tangan kanannya menutup hidung, Dera protes, "Berapa banyak lo pakai parfum?"

Dera menoleh. "Kok lo tahan sih?" tanyanya heran pada Gio. Cengkeraman di pergelangan tangannya semakin mengerat. Diam-diam Dera meringis.

Masih tanpa kata, hanya aura yang berbicara, Dera ditarik kasar mengikuti arah jalan Leon.

Melihat itu cowok yang tersisa tergelak puas. Bahkan ada yang sampai menggebrak meja untuk melampiaskan kebahagiannya.

"Gila. Baru mau buat perhitungan sama tu cewek eh, di cegah sama Leon." ujar Rion masih dengan tawanya.

"Tapi, tu cewek sendiri yang masuk ke kandang singa." sambung Candra dilanjutkan kembali dengan tawa.

"Ada apa sih?" tanya cowok yang baru datang bingung pada para temannya itu.

"Dari mana aja lo?" tanya Candra.

"Kan gue tadi udah bilang gue mau boker." kesal Kaisan, ya dia orangnya.

"Wah, ketinggalan cerita seru lo." ujar Gio. "Cerita seru apa?" tanya Kaisan penasaran.

[•••]

"Lepas woi! Lo mau bawa gue kemana sih?!"

"Ini tempat umum loh, kalo gue teriak lo bisa di tangkap." ancam Dera. Ia yakin pergelangan tangannya pasti sudah menginggalkan bekas.

Di luar restoran Dera melihat seorang tukang parkir. Tanpa pikir panjang Dera berteriak minta tolong. Namun, belum lagi suaranya keluar, ia di tarik lebih keras. Jika tadi tarikan untuk mengikuti, kali ini tarikan untuk mendekat. Mereka berhenti di halaman restoran.

"TOLONG SAYA MAU DICULIK!! SIAPAPUN TOLONG SAYA!!"

"TOL-!!" teriakan Dera tertahan oleh tangan besar yang menutup mulutnya. Menutup hingga hidungnya membuat ia kesulitan bernapas.

"Diem."

Geraman dingin penuh ancaman itu membuat Dera kedinginan. Tapi dingin tak membuat Dera membeku, ia penuh energi sehingga dirinya panas dan menghangatkan kedinginan

Behind the Script [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang