Chapter : 12

1.1K 78 0
                                    

[•••]

"Leon ngamuk woi!"

"Ayo kita tonton!"

Dera dan Lusi saling pandang, keduanya tersenyum seolah tahu pikiran masing-masing. Secepat kilat keduanya menyusul dua siswi tadi.

"MBAK INA, MINTA UANGNYA DARI LUSI YA?!"

"Apaan sih lo?!" tanya Lusi tak terima. "Kemarin bantuin aja nggak." sinisnya.

"Nggak papa, kesepakatan tetaplah kesepakatan." balas Dera santai. Keduanya berlari mengikuti dua siswi tadi hingga tiba di lapangan outdoor.

"Lagipula nggak ada kata 'kalo gagal uangnya nggak jadi.' kan?" tambah Dera. Keduanya mengatur napas masing-masing.

Di antara siswa-siswi, keduanya mengintip di sela-sela. Sayang sekali, sulit melihat yang katanya amukan itu.

Dera dan Lusi berdesak-desakan dengan penuh perjuangan akhirnya berada di antara para menonton. Dari tempatnya, mereka dapat melihat dengan cukup jelas.

Astaga! Lawan cewek!

"Itu kayak cowok yang narik lo kemarin deh." bisik Lusi. Dera mengangguk tanpa menoleh.

Fokusnya pada pertikaian di depan sana. Itu cewek di perpustakaan tempo hari dan tentu dengan cowok kemarin. Bisa disimpulkan bahwa mereka adalah female lead, Harlynda Jasminah dan male antagonist, Lachero Artaleon.

Pertengkaran yang begitu sengit dikarenakan Harlyn juga memiliki kemampuan bela diri.

Sebenarnya itu masih tidak cukup imbang karena Leon cowok dan Harlyn cewek. Mau bagaimanapun tenaga keduanya tidak sebanding.

Belum lama Dera mengamati, fokusnya beralih pada teriakan guru yang melerai pertengkaran itu. Buru-buru mereka semua membubarkan diri. Termasuk Dera yang ditarik Lusi.

Keduanya tiba di sekitar kelas setelah cukup melarikan diri.

"Nggak asik ah gurunya." keluh Lusi.

[•••]

Satu minggu kemudian, di lapangan olahraga terlihat ramai oleh siswa-siswi kelas sebelas yang melakukan pelajaran olahraga.

"Sekian olahraga kali ini, kalian boleh istirahat!" seru bapak guru olahraga.

Para murid segera berhamburan menuju tempat rindang atau juga kantin. Begitu pula dengan Dera dan Lusi. Kedua cewek itu berjalan sempoyongan menuju bawah pohon di pinggir lapangan outdoor.

Lusi duduk bersandar pada batang pohon sedangkan Dera berbaring di sebelahnya. "Kaki lo lurusin." ucap Lusi mengingatkan saat ia melihat Dera menekuk salah satu kakinya.

Dera berdecak saat meluruskan kakinya. "Beli minum, Lus." gumam Dera tidak jelas.

"Ayo."

"Lo doang." koreksi Dera. "Terus balik lagi ke sini?"

"Ogah kalo gitu mah." balas Lusi.

Dera terkekeh mendengarnya. "Gila Lo?" sinis Lusi, Dera diam.

Dera menggeser tangannya dari mata kemudian membuka matanya dan menatap langit biru dengan sedikit awan. Begitu cerah dengan matahari yang tak berada di jangkauannya.

Anehnya awan itu bergerak membentuk sebuah kalimat. Dera mengucek matanya dan menyipit.

"Lus, lo lihat itu?" Dengan mata fokus menatap langit, tangan kirinya menggapai-gapai Lusi.

Dera menoleh mendapati raut bingung Lusi. "Itu." tunjuknya ke atas dengan tangan kanan.

Lusi diam dna bertanya heran, "Apaan?"

Behind the Script [Upload Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang