PROLOG

43 4 3
                                    

Happy Reading!💐

Malam. Dirumah yang terbilang mewah itu, milik salah satu CEO perusahaan besar yang terkenal di Jakarta, Fano Baskara. Pria paruh baya itu kini sedang duduk bersama putra sulungnya yang berada dipinggir kolam renang rumahnya.

Pria itu terlihat awet muda dan masih terbilang tampan dengan umurnya yang akan memasuki usia 41 tahun.

Berbeda dengan laki-laki disampingnya, putra sulung Fano Baskara dan Vella Maurena. memiliki wajah yang sangat tampan tidak jauh berbeda dengan papanya, berbadan tinggi, hidung mancung, manik mata hitam lekat. Membolos dan terlambat mungkin sudah jadi kebiasaannya disekolah. Fano dan Vella tidak lagi heran saat mendapat panggilan dari sekolah. Lagi dan lagi karena laki-laki itu.

Fano melirik sekilas putranya yang sedang menatap air kolam renang yang sangat tenang.

"Kamu masih sering bolos disekolah?" tanyanya.

"Hm," jawab laki-laki itu tanpa mengalihkan pandangan. Tak heran, Jawaban ini yang sering keluar dari mulut putra sulungnya ini.

"Papa akui kamu memang pintar walaupun kamu sering bolos tapi kamu tetap dapat nilai yang bagus. Tapi, Papa minta sama kamu buat kurangin bolosnya. Papa memang sibuk, tapi Papa selalu pantau tentang sekolah kamu."jelas pria paruh baya itu.

"Kamu sudah kelas 12. Papa tidak mau saat hari kelulusan nama kamu dipanggil dengan prestasi yang bagus tapi ada embel-embel senior tukang bolos. Kan sayang prestasinya bukan kamunya." Lanjutnya seraya terkekeh.

"Iyaa pah,"

Fano geleng-geleng melihat putranya ini."Bagaimana pertandingan basket kamu akhir-akhir ini?"

"Mungkin papa sudah tahu jawabannya."

Fano tersenyum, tidak perlu diragukan lagi bakat bermain basket putranya. Ia bangga, tim putranya selalu menang dalam pertandingan. Sangat jarang sekali tim SMA Merpati kalah dalam pertandingan basket."pertahankan." Ucapnya.

"Bunda dapat panggilan dari sekolah, katanya kamu kemarin tidak masuk dijam fisika, bahasa Indonesia, bahasa inggris dan matematika. Apa yang kamu lakukan disekolah selama satu hari?" Ucap Fano berusaha tenang.

Arsel tidak heran. Pasti gurunya itu langsung melapor pada bunda. Jelas-jelas ia kemarin tidak masuk pelajaran karena mendapat hukuman dari pak Gibran, membersihkan lapangan basket hingga tengah hari tiba dengan ketiga sahabatnya karena mereka datang ke sekolah jam 9. Siapa guru yang tidak akan emosi melihat siswanya seperti itu. Terlebih pas jadwal piketnya pak Gibran guru killer disekolah.

"Arsel rajin, kemarin gak masuk kelas bersihin lapangan basket sama temen-temen."jawabnya dengan santai.

"Alesan!"

Fano beranjak dari duduknya.
"Papa akan kenalkan kamu dengan seorang gadis cantik yang Papa sangat yakin dia bisa merubah kelakuan kamu itu." ujarnya sebelum pergi, ia sempat menepuk bahu putranya pelan.

"Ada ada aja orang tua."

***

Terimakasih sudah membaca.
Jangan lupa vote and komen yaa..

See uuu

ARSELINO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang