3. Hal sepele

43 9 0
                                    

Kriiiing....!

Suara bel pulang berbunyi membuat semua para siswa-siwi berhamburan keluar, dari dalam kelas mereka masing-masing.

Ada yang menuju langsung ke parkiran, ada juga yang langsung lari keluar karena telah dijemput orang tuanya. Dari depan gerbang sekolah.

Sedangkan empat orang yang masih makan dengan santai di kantin, tidak menghiraukan apa-apa mereka memilih menikmati makanan terlebih dahulu. Dari pada buru-buru pulang dengan perut kosong.

"Pulang woy, gak mau pulang apa?" ujar Yuda yang bertanya pada ketiga temannya.

"Santai dulu gak sih?"

"Lagian di rumah mau ngapain? Mending kita latihan lagi," balas Davi yang tidak ingin buru-buru pulang, pasalnya ia hanya sendirian di rumah. Karena ia anak tunggal sering ditinggalkan kedua orang tuanya bekerja di luar kota.

"Ya bagi gue, di rumah cuma buat gangguin adik gue. Yang ketus, lagian gak ada kerjaan lagi selain gangguin Yella."

"Lo enak punya adik, Yuda. Sedangkan gue kayak anak terlantar, sendirian."

"Makannya, suruh nyokap lo buat cetak lagi. Punya anak cuma satu, mana jelek lagi," balas Damar yang mencibir Davi dengan ejekan.

"Sialan mulut lo, Dam. Minta digampar lo!"

"Fakta bro, jelek banget pantesan Yella nolak lo." lagi-lagi Damar mengejeknya, karena pada saat itu Davi menyatakan cintanya pada adik Yuda. Namun, sayangnya Yella menolak dengan alasan Davi bukanlah tipenya.

Davi menggigit bibir bawahnya, melotot kearah Damar. Sedangkan sang empu hanya terkekeh kecil saat melihat ekspresi jelek itu, Davi tidak habis pikir mulut Damar sangatlah ember. Ia berbicara seperti itu disaat ada Yuda, apalagi ia menyukai adiknya dengan cara diam-diam supaya tidak diketahui oleh Yuda.

Bahkan ia selalu bersikap baik pada Yuda, karena ada maksud yang tersembunyi. Sedangkan Damar sudah tau dari awal, hanya saja saat ini ia tidak bisa menjaga ucapannya.

Setelah mendengar ucapan itu, Yuda menatap Davi dengan tatapan penuh tanda tanya. Bagaimana bisa Davi diam-diam punya maksud.

"Oh ... jadi ini alasan lo, sering traktir gue ternyata ada maksud?" tanya Yuda dengan tatapannya yang terus melihat kearah Davi.

"Gak, gak gitu. Gue emang orang baik, suka traktir orang. Mana ada maksud."

"Alah, gak bakal gue restuin. Merusak keturunan aja lo."

"Buset, sejelek itu kah muka gue di mata kalian?"

"Pake nanya, nih ngaca di telapak kaki gue."

"Abang ipar, emang sopan banget sama gue."

"Cuih, najis. Gue blacklist juga lo dari pertemanan ini."

Damar tertawa lepas mendengar balasan Yuda, yang tidak menyukai jika Davi mendekati adiknya. Bagaimana bisa Davi mendapatkan Yella, Yella saja tidak menyukainya. Ditambah abangnya juga tidak merestui jika mereka memiliki sebuah hubungan.

"Kayaknya, lo harus ekstra berjuang bro. Sabar ya, gue gak mau bantuin," ucap Damar yang kembali menertawakannya.

"Tapi ... kalo Yella pacaran sama Vano gue gak masalah, emang dasarnya mereka cocok."

"Ko jadi nama gue yang ikut terseret?" tanya Vano yang sedari tadi, hanya menyimak obrolan ketiga temannya.

"Ya elah gak peka banget nih orang, padahal langsung dikasih lampu hijau," balas Davi menggelengkan kepalanya.

Damar juga ikut menggenglegkan kepalanya, mendengar ucapan Vano yang seperti itu. "Sungguh anak yang tidak peka," ucapnya menatap ke arah Vano.

Sedangkan Vano tidak mengerti apa yang mereka maksud, pasalnya ia dari tadi hanya menyimak obrolan tersebut. Dan, tidak tau sedang membicarakan apa. Vano menatap ketiga temannya dengan tatapan bertanya-tanya.

Karena tidak ada jawaban, Vano kembali melanjutkan makanannya. Tidak memperdulikan apa yang sedang mereka bertiga bahas itu.

"Jadi gini Van, lo cocok kalo pacaran sama Yella."

"Uhuk ... uhuk .... "

Vano tersedak kala mendengar ucapan Davi yang tiba-tiba itu. Lantas Vano segera meneguk air putih merasa tenggorokannya terasa sedikit sakit. Akibat tersedak makanan.

"Santai bro, jangan kaget," ujar Damar melihat Vano tersedak makanan.

"Lagian lo gimana sih Dav, orang Vano lagi makan lo malah ngomong kayak gitu. Gimana kalo anak orang mati karena tersedak makanan?" tanya Yuda sedikit emosi pada Davi.

"Lah ko ngamuk, kan gue gak sengaja."

"Gak sengaja apanya? Lo jelas bikin anak orang celaka."

"Buset, segitunya lo belain dia?"

"Gue gak belain dia, gue ngomong seadanya."

"Hey, lo berdua kenapa malah ribut. Orang masalah sepele," timpal Damar tidak tahan melihat kedua temannya, berdebat hanya karena Vano tersedak makanan.

Namun Yuda tidak menerima ucapan Damar yang mengatakan sepele itu, lantas dengan cepat Yuda mencengkram kerah baju seragam Damar dengan kuat.

Melihat hal tersebut Vano dan Davi kaget mereka segera memisahkan, Yuda dan Damar menjauhkannya sedikit. Bagaimana bisa mereka berantem hanya karena hal sepele.

"Gue gak papa, lo kenapa malah emosi kayak gitu Yuda?" tanya Vano menatapnya heran.

"Gak bisa gue jelasin sekarang, awas. Gue mau pulang." Yuda melenggang pergi dari hadapan Vano, tanpa memberikan alasan yang tepat.

Davi merasa heran saat melihat Yuda pergi begitu saja, sedangkan Damar hanya bisa menahan emosinya saat melihat Yuda pergi tanpa meminta maaf.

"Biarin aja, kita mending pulang kerumah," ucap Vano menyuruh kedua temannya untuk pulang dari pada memperpanjang masalah itu.

"Damar lo ga papa kan? Apa perlu gue anterin pulang?" tanya Davi menawarkan diri pada Damar.

"Idih, emang gue cowok apaan. Lo baik pasti ada maksud kan?"

"Mana ada, emang gue mau ngincer siapa di keluarga lo?"

"Nenek gue."

"Bangsat lo, mending gue sama nyokap lo aja."

"Mimpi!"

"Pulang, gak usah banyak bacot!" lagi-lagi Vano menyuruh kedua temannya untuk pulang, lantas mereka segera menuruti ucapannya.

Sejak kejadian itu mereka bertiga memutuskan untuk pulang, kerumah, masing-masing. Tanpa membahas apa yang terjadi pada Yuda, dan tetap berpikir positif. Yuda begitu mungkin karena peduli terhadap Vano, bukan karena maksud lain.

Love For Halan [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang