Part 6

148 12 1
                                    

But…

Aku menghampiri Gemini yang terduduk di kursi kelas sambil terus asyik mengerjakan sesuatu yang kutau itu adalah PR kimia, tidak ada siapa-siapa di dalam kelas, hanya ada Aku dan Gemini.

Aku menggeser kursi, duduk di sebelahnya, lalu pelan-pelan bertanya.

“ Are you dating Alisa? “

Tangan Gemini terhenti sesaat, melirikku sebentar lalu kembali melanjutkan pekerjaannya setelah mengangguk pelan, agak ragu.

“ Heii..” Aku tertawa kecil, sebenarnya menahan guncangan hebat di hatiku. “ gimana kalau Mama tau? “

Mama Gemini melarangnya untuk menjalin hubungan dengan siapapun sebelum lulus SMA, itu untuk mengantisipasi agar putranya tidak terlena oleh cinta monyet dan mengabaikan masa depannya.

“ Don’t tell her, please, Ta“

“ Kenapa out of the blue sih, Gem? “

Aku tidak tau apa yang dia pikirkan, masalahnya ini benar-benar tidak pernah terpikirkan olehku, Alisa? Dia teman kami sejak SMP hingga saat ini, kami memang tidak begitu dekat dengannya namun yang pasti Alisa lebih dekat denganku daripada dengan Gemini. Dan ini semua benar-benar mengherankan, aku tau Alisa adalah gadis paling cantik di sekolah ini, namun selama ini Gemini bahkan tidak pernah berkomunikasi dengan Alisa kecuali untuk hal-hal penting.

“ I don’t know how to explain “
Oke, dia tidak ingin menceritakannya, aku menghargai keputusan tersebut. “ Okay “

Dan Gemini mendengus lega, “ Thanks, Ta “

Aku mengangguk lalu tersenyum, “ my pleasure, Gem “

Aku mengatakan padanya bahwa aku hendak menyusul Ford dan Satang di kantin, namun kenyataannya aku justru berlari menuju toilet pria dan mengunci diriku di dalam salah satu bilik, aku menangis tertahan di sana.
Sial, ini benar-benar menyakitkan, mengapa Alisa? Apa yang membuat Gemini bahkan berani melanggar larangan yang telah ibunya tetapkan? Apa yang dimiliki Alisa namun tidak dimiliki olehku sehingga Gemini mencintainya dan bukan aku? Kupikir dia mencintaiku, apakah aku terlalu lemah? Apakah aku terlalu manja? Ataukah aku tidak secantik Alisa? Atau tidak sebaik dia? Atau karena aku terlalu biasa saja dan tidak ada yang dapat dibanggakan dariku?

Aku menangis. Air mataku tidak berhenti mengalir, aku tidak menyalahkan Gemini. Tidak ada yang salah dengan perasaannya, di sini akulah masalahnya. Aku tidak cukup hebat untuk bersanding dengannya. Dan salahku juga karena telah menaruh ekspektasi lebih padanya.

Lagi-lagi sial, ini menyakitkan.

Aku sengaja berkata pada Gemini bahwa aku akan pulang sendiri kali ini, dan takdir nampaknya tidak berpihak padaku, aku menghindarinya agar terhindar dari perasaan menyakitkan sekaligus agar aku dapat melepaskannya pelan-pelan, namun yang kulihat saat tiba di parkiran adalah sosok Gemini yang tengah menuntun Alisa untuk masuk ke dalam mobilnya, dia bahkan membukakan pintu untuk gadis itu, dan membantu gadis itu untuk di duduk di kursi penumpang di sebelah pengemudi, kursi yang selalu aku tempati.

Aku berusaha memasukkan air mataku kembali, lalu mencoba berjalan dengan normal melintasi trotoar, sial, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya, dan dengan cepat tubuhku basah kuyup, biasanya di saat seperti ini, Gemini akan selalu ada di sampingku dengan payung di tangannya yang menutupi seluruh tubuhku sedangkan tubuhnya basah
setengah.

Aku berusaha mengerti, saat ini, semua itu bukan untukku lagi. Itu semua adalah hal yang menjadi milik Alisa saat ini, aku mengerti, sebagai sahabat yang baik, aku harus mengerti.

Hujan semakin deras, aku membiarkan tubuhku basah kuyup. Namun lagi-lagi nampaknya takdir hendak mengerjaiku, sebuah mobil melaju deras melintasi genangan air, air kubangan kotor itu menyiram tubuhku, satu tubuhku, aku bahkan terjatuh karena terkejut, dan terpeleset dalam sebuah kubangan.

“ SHIAAAAA”

Aku berteriak keras lalu menangis sekencang-kencangnya, air mata yang berusaha ku tahan sejak berada di parkiran kini kubiarkan begitu saja, aku memukul-mukul tanah d bawahku dengan perasaan amat terluka, dan dada yang sesak begitu saja.

Mengapa kau tidak bisa mencintaiku, Gem? Apakah karena aku seoang anak laki-laki? Apakah karena aku tidak menawan seperti dirinya? KATAKAN GEMINI, TOLONG KATAKAN!!! Aku mencintaimu, aku mencintaimu dengan cinta yang bahkan aku sendiri tidak kuat untuk menopangnya sendirian, aku mencintaimu dengan cinta yang bahkan aku sendiri tidak mampu untuk mengungkapannya, aku mencintaimu dengan cinta yang bahkan aku sendiri tidak sanggup untuk menanggungnya, aku mencintaimu, Gemini. Aku mencintaimu, sayang. Dan aku harap aku adalah orang yang setiap hari kau pikirkan sebagaimana aku selalu memikirkanku, aku harap akulahh yang akan menjagamu selama sisa hidupku sebagaimana kau menjagaku selama ini, aku harap akulah yang akan menjadi matahari untukmu sebagaimana kau menjadi matahari untukku selama ini, Gem, tidak bisakah kita?

Gem, aku harap kau ada di sini merangkulku, membantuku berdiri sebagaimana kau selama ini ada untukku ketika aku terjatuh. Aku harap kau ada di sini mengulurkan tanganmu seperti yang biasa kau lakukan.

Semua ini seolah menamparku, Gem.

Semua ini menyakitkan, dan semua ini lebih menyakitkan ketika aku tau semua ini secara tiba-tiba, aku bahkan mengetahui berita ini dari mulut orang lain, bukan dari mulutmu sendiri, kenapa Gem? Kenapa? Kita bahkan masih tertawa bersama tadi malam, kita bahkan masih melakukan panggilan video sebelum tidur seperti biasanya, semuanya bahkan masih terasa menyenangkan untukku tadi pagi, Gem. Kenapa? Tolong katakan.
Aku tidak siap dengan semua ini, Gem.

Maafkan aku, selama ini aku begitu hanyut dengan perasaanku sendiri, selama ini aku sibuk dengan ekspektasiku sendiri, sampai aku lupa, bagaimana perasaanmu? Apa kau menyukai seseorang? Apa kau ingin mengencani seseorang, seharusnya kau bercerita padaku, Gem. Seharusnya aku ada di sampingmu memperjuangkan sosok yang kamu cintai.

Aku sahabat yang buruk.

Aku sahabat yang egois.

Kuharap kita tetap bersama, meski hanya sebagai sepasang sahabat.
Biarlah, biarlah hanya seperti ini, memilikinya meski hanya sebagai sahabat, sudah cukup membuatku bahagia. Dan jika Gemini bahagia, maka aku juga harus bahagia. Aku harus bahagia untuk sahabatku, untuk seseorang yang kucintai.

I’m just a friend in his life, nothing special

“ Kenapa ketekuk gitu mukanya? Madesu banget “ Aku menghampiri Gemini yang nampak gelisah.

Gemini tidak merespon apapun, pusat perhatianku beralih pada secarik kertas yang ia genggam.

“ That’s for her? “

Dia mengangguk kecil.

“ Sini, i’ll give it to her “

“ Eh, you don’t mind it, Ta? “

Aku menyerngit, menyembunyikan hatiku yang jelas tidak baik-baik saja dengan itu.

“ Ya emang kenapa? We are FRIENDS, right? “

Dia agak ragu, namun kemudian tetap menyerahkan surat itu padaku. “ then, tolong ya Ta “

“ Anytime, Gemini “

Aku tetap menyerahkan surat itu pada Alisa, dia hanya tersipu sambil mengucapkan terima kasih. Aku tersenyum, aku senang. Aku ikut senang mereka bahagia, di sisi lain aku berusaha mati-matian menekan rasa nyeri di sudut hatiku. Ini menyakitkan, tapi itu tidak masalah.
Kami berdua tetap berteman baik, aku mencoba untuk bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi pada kami, aku tetap menjadi Nattawat sahabatnya yang ceria.
Tidak apa-apa, aku baik-baik saja.

.

.

.


The End Of Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang