Prolog

69 5 3
                                    


"Uhibbuka Fillah ya ustadz!!"

Aghniya tergeragap, mendadak tersadar dari lamunannya. Seruan Akbar Al Birruni, yang mencoba menyadarkan Aghniya yang tengah melamun di kelas akhirnya mampu menyeret gadis itu kembali ke dunia nyata.

"Hahahaha"  Semburan tawa membahana memenuhi ruang kelas 12 IPA 3.

Kening gadis berkacamata itu mengernyit, wajah malunya ia gerakkan memindai teman-temannya yang tengah tertawa. Lalu tatapnya berhenti pada wajah teduh di hadapannya. Yang menatapnya heran, terselip senyum samar, sangat samar di sana.

Pria itu menggeleng, "ck, hobi banget ngelamun kamu ya Nia. Temui saya setelah pelajaran berakhir. "

***

"Jadi, apa maksud kalimat tadi? " tanya Akbar setelah beberapa saat yang lalu Aghniya mengetuk pintu ruang guru dan kini sudah berdiri di depannya.

"Kalimat mana ustadz?"

Ya Allah, Apa iya musti dibahas wahai ustadz, kan aku malu.

"Uhibbuka Fillah ya ustadz." Tukas Akbar. Tangannya bergerak menata tumpukan buku di mejanya kemudian bersidekap di atas meja. Mengalihkan perhatiannya pada gadis itu. Penuh.

Siapa pun bisa nggak topang tubuhku yang sepertinya sebentar lagi oleng karena meleyot dengan tatapannya sekarang?

"Em, anu ustadz. Inget adegan film yang habis ditonton. " Jawab Aghniya asal.

"Film? Bukannya di pesantren nggak boleh bawa hape? Terus kamu nonton film di mana? "

Duh! Mati kau Aghniya.

"Maksudnya cerita di novel Ustadz. "

"Oh, kirain itu beneran kamu nembak saya. Padahal udah saya siapin jawabannya loh."

Deg!!! Apa tadi dia bilang? Kuping gue nggak salah denger kan?

Beruntung ruang guru tampak lengang, hanya ada Akbar dan Aghniya.

Kepingan keberanian berhasil ia susun membuat gadis itu mendongak menangkap wajah tampan di depannya dengan senyuman begitu manis. Tak tahan ditatap seperti itu, gadis berseragam abu putih itu pun menunduk kembali.

"Jangan kebanyakan baca novel, karena dunia nyata nggak akan pernah seindah cerita roman yang sering kamu baca itu. Saya nggak suka ada santri saya yang nggak bisa nangkep pelajaran saya hanya karena ngelamunin cerita-cerita nggak penting." Omel Akbar dengan nada rendah. Intonasinya begitu lembut, tak ada bentakan sama sekali.

"Maaf Ustadz. " Lirih Aghniya.

"Ya sudah, kamu boleh kembali ke kelas. "

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ustadz, Uhibbuka Fillah !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang