Putra Gunawan

10 5 0
                                    

Halo haloo...
Akhirnya update lagi!
Jangan lupa follow akun ini ya...




Bleg!

Suara pintu mobil ditutup terdengar. Kurang lebih 20 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan rumah si manusia asing. Ketiga orang turun dari mobil.

“Makasih Ra, Dav.” Manusia asing akhirnya bersuara setelah dari tadi diam saja.

“Bisa ngomong lo? Gue kira bisu.” Gumam Davi yang masih didengar keduanya.

“Davi!” Ara berusaha memberitahu Davi untuk menjaga lisannya.

“Sama-sama van. Sorry ya, tadi gue bilang lo pacar gue.” Nada bicara Ara berubah menjadi sedikit lembut berbeda dengan ketika dia berbicara dengan Davi.

“Ngga papa Ra. Santai aja. Emm, kapan-kapan gue traktir kalian deh sebagai ucapan terima kasih.”

“Itu yang gue tunggu dari tadi.” Ujar Davi dengan semangat. Dan Ara seketika mendelik padanya.

“Ngga papa Ra, nanti kalau gue lupa lo tagih aja.”

“Pasti. Pasti gue tagih.” Davi menjawab lagi yang lagi-lagi mengundang tatapan tajam dari Ara. Tapi itu sama sekali tidak berpengaruh untuk Davi.

“Siapa nama lo? Biar gue lebih mudah nagihnya nanti.” Dia melihat seragamnya berusaha membaca name tag di sana.

“Nevan Putra G. G-nya apa?”

“Gun-“

Tinn.

Sebuah mobil di belakang mobil Davi membunyikan klaksonnya. Mobil Davi memang menghalangi jalan masuk ke rumah.

Ara dan Nevan menoleh tapi tidak dengan Davi. Dia mungkin tidak penasaran siapa yang datang atau bahkan tidak mendengar ada mobil yang datang?

Pengendara mobil keluar berjalan mendekati ketiga remaja di depan pintu gerbang rumahnya. Dan itu masih tidak membuat Davi menoleh.

“Gun? Gun apa? Gundala? Jhahaha.. Nevan Putra Gundala? Cucu petir lo?” tawa Davi meledak karena jokesnya sendiri.

“Nevan Putra Gunawan.” Ucap laki-laki paruh baya yang baru datang.

“O-om?” Davi kaget mendapati pria berkepala botak berdiri di antara mereka bertiga.

“Davi?”

“Ayah kenal?” tanya Nevan pada pria dewasa di depannya.

“Iya, Davi ini-“

“Om, kenalin ini Ara.” Potong Davi.

Tatapan Gunawan kemudian beralih pada satu-satunya perempuan di sana. Memberikan senyum kemudian mengulurkan tangan berusaha bersikap seramah mungkin pada teman anaknya ini.

“Halo, Ara. Temannya Nevan ya?” tanyanya masih dengan senyum termanisnya.

Gadis dengan rambut sepunggung  ikut tersenyum dan mengulurkan tangan menyalami pria dewasa itu.

Biru Yang LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang