Derita kecil seorang anak

3 0 0
                                    

    Sekarang giliranku untuk memperkenalkan diriku sendiri. Aku seorang perempuan yang tumbuh tanpa sosok ibu, dan kasih sayang yang cukup. Mungkin banyak yang melihat bahwa aku hidup berlimpah kasih sayang dari "mama" dan keluarganya. Tapi menurutku tidak. Aku butuh kasih sayang yang kudapat dari orang tuaku sendiri. Aku seorang anak yang dipaksakan dewasa oleh keadaan. Dipaksakan mengerti takdir. Aku dipaksa untuk mandiri dan menjadi seorang sosok yang keras. "Mama" sering menanyakan bahwa kenapa aku jarang menangis? kenapa ia selama 6 tahun belakangan jarang sekali melihat aku menangis, atau bahkan tidak pernah. Aku tak bisa menjawab, tapi yang ku tau merekalah yang membuat hatiku sekeras batu. Sedari kecil, saat aku menangis, aku ingat bahwa "kakak" akan selalu memarahiku bahkan membentakku. Aku takut untuk meluapkan emosiku. Mereka mengajariku untuk tidak pernah boleh membantah akan aturan. Aku takut, aku selalu memendam emosiku. Hingga satu saat emosiku terluapkan dengan cara yang salah. Aku mulai meluapkan emosi dengan cara menggoreskan beberapa benda tajam di pergelangan tanganku secara diam-diam, bahkan tak ada yang tau hahaha. Aku juga tumbuh dengan kesepian sebagai seorang anak bungsu, yang umurnya terpaut jauh dengan kakak-kakaknya. Hanya memiliki diri sendiri untuk berkeluh kesah, walau sekarang aku punya beberapa orang. Mungkin 2/3 orang yang dapat kuceritakan sedikit keluh kesahku. Lupakan semua ini. Mari bahas kehidupanku sebagai seorang pelajar. Aku cukup berprestasi disekolahku, dan menjadi anak terpintar kedua di kelasku, mungkin? Aku selalu dicap sebagai seseorang yang sempurna.

    Mereka tak pernah tau, apa yang kurasakan sebagai anak yang di cap "Sempurna" :( Aku butuh banyak pengorbanan untuk mendapat semua itu. Waktu belajar, berlatih, dll. Kepalaku kadang sulit diajak bekerja sama. Kepalaku BERISIK. Terlalu berisik. Aku masih mempertanyakan banyak hal, mulai dari apakah aku pantas hingga apakah aku cukup? Tapi aku sadar, dari semua kurangku, semua kejahatan dan kepahitan yang timbul, aku masih punya 1 orang yang selalu menyayangiku tulus. Kakak perempuanku, ia sosok pengganti seorang ibu yang paling layak. Ia menyayangiku lebih dari apapun. Walau kadang aku egois. Aku harap aku dapat bebas dari semua kurungan ini dan dapat hidup bebas, cukup aku, kedua kakakku dan ayahku. 

    KIni Aku memilih berdamai dengan semua masa laluku. Aku memilih menyerah melawan luka dan kepahitan itu. Aku memilih berteman dengan luka itu. Aku memilih membiarkan luka itu sembuh secara perlahan tanpa harus berusaha keras menutupi luka itu dengan cara yang sakit. Aku memilih untuk mengikuti alur hidup ini, akan ku terima semua sakit dan bahagia secara lapang dada. Aku memilih untuk berhenti memikirkan semua luka ini, walau nyatanya sulit untuk dilupakan secara instan. Aku memilih untuk tetap menutupi semua perasaanku, menutupi semua luka ini dengan baik-baik.

incisione del fegatoWhere stories live. Discover now