Aliran air dari keran membasahi tangan Fahmi. Lalu pria itu menggosok tangannya yang kotor dengan menggunakan sabun. Setelah tangannya bersih, dia langsung mencuci wajahnya. Dia keluar dari kamar mandi sambil membuka bajunya.
"Wooo!!" Kejutnya saat melihat seorang wanita yang sedang duduk manis di kursi. "Kapan lu dateng?" Tanyanya.
"Wow! Badan lo boleh juga ternyata, Fam," kagum wanita itu yang memandangi badan atletis milik Fahmi.
Fahmi baru sadar kalau dirinya saat ini sedang bertelanjang dada di depan teman wanitanya-Vita. Dia langsung melemparkan baju yang baru dilepaskannya tadi ke wajah Vita.
"Keringet lu juga tiba-tiba jadi wangi gini," canda Vita.
"Malulah dikit sama hijab lu itu, gak alim banget kelakuan lu." Fahmi mengambil bajunya dan memakainya lagi.
Vita terkekeh. "Canda. Gimana tadi?"
"Gimana apanya?"
"Raisa beneran mutusin lo?"
"Iya.."
"Terus?"
"Ya.. Terus putuslah!"
"Lo gak ada effort biar kalian ga putus apa?"
"Buat apa? Males banget."
"Fam, Raisa baik banget. Mending lu hubungin dia lagi deh dan ajak dia balikan."
"Apa sih, ogah. Kan udah ada lu yang akan jadi pacar gua selanjutnya."
"Mulai deh.. Stop yah Fam, Nggak ada kalimat lu ngajak pacaran lagi," tolak Vita langsung.
"Tapi gue serius, Vit."
"Gak mau."
"Why? Gua tau lu juga suka sama gue."
"Ya, gue cuman suka sebagai temen, gak lebih."
"Yakin?"
"Yakinlah."
Fahmi berjongkok di depan Vita dengan wajahnya yang serius.
"Apasih Fam, berdiri ihh.." Terlihat sekali kalau Vita menjadi salah tingkah.
"Ini yang terakhir kalinya, gua gak bakalan ngajak lu lagi. Dengerin dan pikirin baik-baik. Gue pengen lo jadi pacar gue. Lu mau gak?" Fahmi menatapnya penuh.
Mereka berdua terdiam dan saling menatap satu sama lain. Fahmi memang serius akan hal ini. Dia ingin Vita jadi pacarnya. Karena dia memang menyukai Vita sejak dulu. Pertanyaan ini sudah ia sampaikan berulang kali pada Vita, tapi Fahmi tak pernah meluluhkan hati Vita dan akhirnya mereka tetap berteman.
"Gue tetep gak mau." Jawaban Vita itu terdengar sangat yakin.
"Oke."
"Please lah Fam. Gue beneran pengen temenan aja sama lo. Gue gak mau gara-gara pacaran, pertemanan kita bakalan ancur. Dan gue gak mau nanti malah lo ngejauhin gue."
"Kalau putus kita bisa temenan, Ta."
"Gue yang gak bisa."
"Kalau gue nikahin cewek lain gimana."
"Ya, gak gimana-gimana. Mungkin gue sedikit gak ikhlas. Tapi mau gimana lagi, lagian itu udah takdir."
Fahmi menyerah. "Lu pergi sana!" usirnya.
"Gak mau makan bareng?"
"Ngapain makan bareng, lu bukan pacar gue. Lu mending pulang aja."
Vita memasang wajah cemberut. "Ya udah. Ah.. Ada film baru loh Fam, nanti besok malem nonton yuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Turbulence
RomanceDiantara gejolak asmara dan amarah kedua manusia yang ingin memulai sebuah hubungan. Mereka bersama, namun berbeda. Ingin mengakhiri, tapi hati tak bisa diingkari. Fahmi Gustian Putra, seorang pria yang terkenal dikalangan wanita elit. Teman-teman...