Menjadi seorang detektif di bidang pembunuhan adalah impianku sejak dulu, walaupun itu bertimbal balik dengan hobiku dalam mempelajari bahan-bahan alami yang bisa dicampur dan dijadikan racun. Selain itu, aku bisa membantu dan memiliki alasan yang membuat kami sering bertemu.
Ia yang seorang dokter forensik dan aku yang seorang detektif pembunuhan. Kami tentu saja sering bertemu ketika ia harus mengautopsi jasad dengan alasan kematian yang mencurigakan.
Aku turut berbahagia bersamanya ketika ayahnya yang sudah membuat hidupnya yang seperti di neraka itu akhirnya mati. Aku mendapati kedutan di ujung bibirnya, mengetahui begitu saja kalau ia pasti sedang menari di dalam kepalanya sebelum membuka tengkorak jasad ayahnya. Dan itu juga membuatku ingin menari bersamanya.
Pertemuanku dengannya diawali oleh satu kesamaan yang membuat kami merasa begitu terhubung. Saat itu aku sedang berlibur seorang diri, melakukan semacam olahraga ekstrim, bungee jumping sebenarnya, hanya untuk mengurangi tingkat stres yang diakibatkan oleh lagi-lagi masalah yang disebabkan oleh ayahku.
Ia ada di sana, melakukan hal yang sama dengan raut wajah yang serupa dengan raut wajahku sendiri ketika aku sedang menatap pantulan diriku di cermin. Kesakitan itu, keputusasaan itu, dan perasaan ingin lepas dari beban yang menggantung di langit-langit kehidupannya, kami bisa sama-sama saling memahaminya hingga kami merasa menjadi begitu terhubung.
Dari sanalah semuanya dimulai. Aku menceritakan tentang kehidupanku yang membuatnya mendekap tubuhku dengan kedua lengannya yang hangat itu. Sementara aku ikut menangis bersamanya dengan apa yang harus ia jalani bertahun-tahun. Pelecehan yang membuat rasa hina dan rendah diri itu menjadi hal-hal yang memengaruhi kehidupannya sehari-hari.
"Bagaimana jika aku bunuh saja ayahmu?" Ia bertanya pada suatu hari.
Pertanyaan itu akan terdengar sebagai penghiburan saja jika didengar oleh orang lain. Tapi bagi kami berdua yang sudah begitu lelah dengan kehidupan kami selama ini, pertanyaan itu adalah pintu dari sebuah jalan keluar yang selama ini hanya selalu bersarang di dalam kepala kami saja.
"Kau akan melakukannya untukku?" tanyaku sambil bersandar di dadanya.
Ia mengangguk, merangkul bahuku dengan erat. Kami berciuman untuk sementara waktu setelah itu sebelum ia mengangguk untuk menjawab pertanyaanku tadi.
"Ya," jawabnya. "Dan bukan hanya itu. Aku akan meletakkan tubuhnya yang kotor itu di tempat yang pantas untuk orang kotor sepertinya."
"Bagaimana jika kau tertangkap?" Aku bertanya lagi dengan kekhawatiran yang membuatku mendorong tubuhnya hingga terbaring di tempat tidurnya.
Ia sempat membenci aktivitas seksual karena hanya hal buruk dan kesakitan saja yang ia dapatkan dari aktivitas itu sendiri. Butuh waktu lama bagiku untuk meyakinkannya, menunjukkan padanya kalau bukan hal itu saja yang akan ia rasakan. Ia juga bisa bersenang-senang dan menikmatinya ketika ia melakukan hal itu bersama denganku. Meski untukku sendiri, kali pertama benar-benar terasa seperti akan membunuhku.
"Aku tak akan tertangkap," ujarnya, melenguh ketika aku mengangkat sedikit tubuhku dan mulai menyatukan tubuh kami. "Aku akan memastikan kita berdua tak akan pernah tertangkap, Sakura."
00000
Kasus kematian ayahku dan ayahnya tak menemukan titik terang bahkan setelah berbulan-bulan. Para rekannya tampak putus asa, memasang ekspresi kusut setiap kali aku bertemu dengan mereka ketika mereka berkunjung ke gedung forensik, tempat kerjaku sejak lama.
Hubunganku dan Sakura adalah sebuah rahasia yang masih kami pertahankan selama ini sebesar apapun keinginan kami untuk mengungkapkannya pada dunia.
Tapi kami belum bisa terhubung lebih dari seorang detektif dan dokter forensik. Memiliki ayah yang sama-sama mati dengan cara yang tak alami akan membuat kami berdua dicurigai. Aku tak mau berada di situasi dimana aku akan harus berpisah darinya karena alasan-alasan yang bodoh. Lebih baik bersabar untuk beberapa waktu sampai kami mendapatkan jalan keluar atas masalah itu.
"Ini sangat gila!" Senior Sakura berseru dengan putus asa setelah hasil forensik keluar terkait mayat seorang pria paruh baya yang ditemukan di bawah lantai marmer sebuah kompleks perumahan mewah yang baru saja laku terjual.
Kasus pembunuhan dengan korban pria paruh baya dalam jangka waktu satu tahun sudah menjadi topik yang panas selama ini. Ditambah dengan ayahku yang memiliki jabatan tinggi dalam pemerintahan, juga korban baru yang ternyata salah satu profesor terkenal dari universitas terkemuka yang sering muncul di layar kaca.
Semua kasus pembunuhan itu terlihat dilakukan dengan cara yang berbeda hingga tak mungkin bagi polisi untuk menyimpulkan kalau itu adalah kasus pembunuhan berantai, dan memang begitu adanya. Yang menjadi masalah utamanya adalah, dua kasus pertama saja belum ditemukan siapa pelakunya. Kekhawatiran tak bisa menangkap pelaku yang satu ini membuat semua petugas mungkin tak bisa mendapatkan tidur nyenyak.
Inilah jalan keluarnya. Karena aku tahu siapa pelakunya.
"Pelakunya adalah Hyuga Hinata," kataku pada Sakura di malam harinya, ketika kami menghabiskan waktu santai berdua di apartemen yang kubeli khusus untuknya.
Sakura terlihat tertarik. Ia sangat cantik ketika memasang ekspresi seperti itu. Apalagi dengan kamisol merah yang sedang ia kenakan di ruang makan ini. Terasa begitu sensual sampai-sampai aku tak tahan lagi untuk membenamkan tubuhku ke dalam tubuhnya. Padahal kami baru beberapa menit lalu selesai melakukannya.
Aku tak menyangka akan begitu terobsesi dengan keseluruhan dirinya. Ialah yang menunjukkan padaku bagaimana hubungan seksual itu bisa sangat menyenangkan. Ia juga yang menghapus semua trauma dan rasa jijik yang aku rasakan setelah semua pelecehan yang pernah kualami sebelumnya. Bagiku ia lebih penting dari dunia itu sendiri. Kehadirannya bagaikan cahaya di dalam kegelapan yang menyiksa. Aku akan melakukan apapun untuk mempertahankan cahaya itu, bahkan walau harus melalui lagi kegelapan yang fatal.
Hyuga Hinata bukan pelakunya, tapi aku akan membuat wanita itu menjadi pelakunya. Karena profesor yang mati itu, yang memiliki keluarganya sendiri, sudah sejak beberapa waktu lalu menjadikan Hyuga Hinata menjadi kekasih gelapnya. Tentu saja pembunuh sebenarnya adalah aku.
Yah, Sakura tak perlu mengetahuinya. Aku akan membereskan masalah kami sekaligus dengan peranku sebagai dokter forensik. Bukti itu, aku akan membuatnya dengan sangat mudah.
00000
Berita hari ini. Seorang mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan strata 3 dan terkenal jenius di angkatannya terbukti bersalah atas pembunuhan tiga pria paruh baya yang salah satu di antaranya adalah calon senator negara ini. HH diketahui sudah memiliki hubungan gelap dengan tiga paruh baya itu. Memiliki keterkaitan secara nyata, bukti yang akurat, serta hasil pemeriksaan forensik, kasus pembunuhan pria paruh baya itu akhirnya mencapai tahap akhir...
Aku sangat mencintai Sasuke! Seruku di dalam hati dengan perasaan bahagia yang teramat sangat.
"Sakura, seseorang datang untuk menjemputmu," ujar Naruto, salah satu rekan detektif seangkatan denganku ketika aku baru saja bersiap-siap untuk pulang setelah menonton berita di ruangan divisi kami.
Aku sudah tahu siapa yang datang, dan menyambut orang itu dengan senyuman lebar begitu ia melangkah masuk ke ruangan.
Sasuke menyapa semua rekan-rekan di ruangan ini dengan lebih leluasa sekarang. Bertindak seperti kekasihku dengan terang-terangan daripada dokter forensik yang selama ini selalu terlihat serius dan profesional dengan pekerjaannya.
"Kau mendapatkan jackpot," kata Naruto dengan suara berbisik padaku. Beberapa rekan yang berdekatan dengan kami tersenyum menggoda, setuju dengan pendapat Naruto barusan.
"Aku memang begitu," balasku sebelum berjalan ke arah Sasuke yang menungguku dengan sabar.
Kami keluar dari gedung kepolisian sambil bergandengan tangan. Tersenyum pada satu sama lain dengan rasa puas yang penuh.
Aku sudah mengetahui apa yang telah Sasuke lakukan di belakangku dan tak merasa keberatan dengan itu. Lagipula ia melakukannya untuk kebaikkan kami berdua.
Tentang Hyuga Hinata, well, anggap saja itu adalah kesialan dalam hidupnya karena tertangkap oleh kami berdua. Menjadi selingkuhan juga merupakan dosa besar. Sayang sekali tak ada yang bisa membantunya membersihkan semua tuduhan. Setidaknya itu bisa membuatnya menjadi pahlawan dalam hidupku, dan juga hidup Sasuke.
00000
Finish
Ini gila! Dan aku suka. Well, aku sudah mengingatkan tentang psychology.
--thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Side of Light (END)
FanfictionWarning!! Genre : Crime, Psychology. Maybe just a little bit romance You've been warned. Ooooo Blurb Dalam kehidupan manusia, pasti ada satu orang terdekat yang akan menjadi beban. Itu adalah sesuatu yang entah kenapa harus dihadapi-dan sebagian bes...