august

13 2 0
                                    

Liburan musim panas sudah di mulai, hari yang biasanya ia habiskan untuk belajar dan berkutat pada buku dan pena sudah usai. Kini harinya akan ia habiskan untuk bermain game, bersantai serta hangout bersama pacar dan juga teman-temannya, banyak hal yang Jean rencanakan pada liburan awal ini. Misalnya seperti pergi ke puncak dengan teman dan pacarnya, berjalan-jalan mengelilingi jakarta atau hanya sekedar bermain game pada ponsel dan computer kesayangannya kini. Ah, tapi sayang renca yang ia buat di keplanya kandas seperti karakter game yang mati karena mama nya telah mematikan komputer kesayangan nya itu. Jean mengacak rambutnya frustasi, netranya menatap sinis pada wanita paruh baya yang berada tepat didepannya dengan tangan yang ia lipat serta tatapan tajam yang wanita itu arahkan kepada anak lelaki pertamanya.

"Mama! kenapa di matiin, Mas kan udah nyautin mama!" Seru Jean frustasi. netranya tak lepas dari mamanya yang melotot karena anak lelakinya berbicara dengan nada tingggi.

"Kamu nyautin doang tapi gak dengerin apa kata mama kan?" Ujar wanita itu tak kalah tinggi. Matanya menatap sekitar kamar Jean, nafasnya ia hela dengan berat, kepalanya ia gelengkan, tak habis pikir dengan anaknya yang sudah berusia 18 tahun itu. "Liat nih, kamar kamu berantakan banget, buku dimana-mana, baju kotor juga. Aduh! piring dan gelas juga ada disini?! wah, Jean kamu keterlaluan!" Teriak sang ibu yang tentu membuat jean menciut. Memang salahnya tidak menaruh benda yang tak seharusnya berada di kamarnya ini. Bahkan di kolong kasur banyak sekali sampah dan untungnya sang ibu tak menyadari keberadaan sampah itu.

"Maaf mah, nanti Jean beresin" Jean menunduk menyesali perbuatannya. Sang ibu hanya menggeleng dan menarik nafasnya dengan berat. "Udah, mamah capek abis ini beresin dan temuin mama diruang tamu, cepet!" Ucap Mamanya dengan mata yang seolah berapi-api. Jean mengangguk dan segera merapihkan kamar yang seperti kapal pecah itu.

Wajar jika mamanya marah, sebab lihatlah, seberapa banyak sampah yang bersembunyi pada kolong kasur, laci serta dalam lemarinya. Entah apa yang lelaki itu pikirkan hingga membuang sampah tak pada tempatnya, pantas seminggu lalu Renata mengeluh kalau kamar Jean bau.
Dua kantong sampah kini sudah berada didepan kamarnya, sang ibu, adik dan ayah bertepuk tangan dengan hasil karya anak lekakinya. Jean ikut tersenyum bangga dengan apa yang ia perbuat, lihat! dia membersihkan kamarnya sendiri dengan sampah yang begitu banyak serta cucian yang menumpuk itu sudah ia pisahkan dengan tanpa bantuan siapapun. Tapi senyuman itu berlangsung hanya sebentar, setelahnya ia meringis karena jeweran pada telingnya membuatnya perih dan kesakitan.

"Pinter banget ya, itu nanti siapa yang mau nyuci baju dan piring sebanyak itu, hah?!" Teriak sang mama, Ayahnya hanya bisa menggeleng dengan kelakuan anaknya sendiri.

Setelah bertempur dengan cucian kotor serta sabun cuci piring yang membuat tangannya kasar, kini ia terduduk tepat di depan sang mama dan juga ayah. Netranya tak berani menatap mata kedua orang tuanya yang nyalang. Ia takut akan dimarahi lagi. Jean memang anak yang nakal dan tak tahu aturan, tetapi ia tak berani menentang kedua orang tuanya. Selain karena menyayangi Jean juga masih minta uang kepada mama dan ayahnya.

"Mulai besok, kamu kerumah Oma" Sang ayah memecah keheningan sore ini. Jean kaget setengah mati karena ia dan sang nenek tidak terlalu akur, orang tuanya tahu tentang itu. Ia kehabisan kata-kata, kerut di keningnya muncul, ia ingin sekali menentang perintah itu. "Gak mau," Ujarnya cepat, "Kenapa harus ke rumah Oma? Jean gapunya temen disana, Pah" Lanjutnya dengan kening yang masih mengerut.

"Makanya cari teman disana, disini kamu punya temen juga main game aja kerjaannya, gapernah bantuin mama, gapernah dengerin papa" Omelan itu terus menusuk kupingnya, ia tidak tahan lagi dan berlalu menuju kamarnya, namun baru beberapa langkah ia meninggalkan sofa, suara papa nya mulau terdengar lagi, "Yaudah, kalo gak mau computer dan ponsel papa sita" Finalnya, koran itu ia tutup dan menatap anak lelakinya yang mematung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

augustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang