꒰ 3,3k words ꒱
marceline memandang jauh ke arah rembulan yang bulat penuh malam ini. bagaimana bulan itu di malam sebelumnya, ia tidak ingat. ia bahkan tidak tahu apakah dirinya sudah ada di dunia ini kemarin.
perempuan bersurai hitam panjang berantakan itu melanjutkan langkah tanpa arahnya. menyusuri rerumputan terus ke tempat yang lebih tinggi ketika tiba-tiba sebuah benda terbang menabrak bahunya hingga ia terdorong cukup keras ke depan.
"oh, maaf. aku tidak melihatmu disitu." si pemilik suara yang tadinya terbang melayang itu perlahan menjejakkan kakinya di tanah dan membantu marceline berdiri dengan benar.
seorang laki-laki. taringnya lebih panjang dari miliknya dan dia memiliki bekas gigitan di lehernya. cukup bagi marceline untuk menyimpulkan bahwa pria ini adalah vampir. "apa kau terluka?"
marceline menggeleng pelan. yang pria tersenyum. "aku peter. dan kau?" tanyanya seraya perlahan melayang lagi, mengangkat gitar yang mengalung pada bahunya dan memposisikan itu di depan tubuhnya.
"untuk apa kau menanyakannya?" tanya marceline balik, sukses membuat peter tertawa.
"kau benar-benar luar biasa, bukankah begitu?" peter menarik sebelah sudut bibirnya. ia mulai memainkan gitarnya. sedangkan marceline melanjutkan langkahnya tak acuh. peter melayang mengikuti kemana langkah marceline membawa mereka seraya terus memainkan gitarnya.
"mengapa kau begitu dingin? aku tidak menggigit, loh," protes peter masih dengan senyumnya.
marceline melirik singkat melalui ujung matanya. "sungguh? ketika kau punya taring itu?"
lagi, peter tertawa. kali ini ia terbahak cukup keras. "oke, oke. mungkin aku sedikit berbohong tadi."
peter melayang turun, namun kedua kakinya masih tak menapak tanah. ia mendekat, menyentuh dagu marceline dengan jemarinya untuk membawa wajah perempuan itu menghadapnya. "bisakah aku menanyakan sesuatu?"
"bisakah kau menyingkirkan tanganmu dariku terlebih dahulu?"
sebuah senyum miring muncul lagi di wajah peter. "baiklah." ia lalu menarik tangannya kembali. "apa kau percaya dengan cinta pertama? atau haruskah aku berpura-pura lewat dan tak sengaja menabrakmu lagi?"
marceline mengernyit, merasa bingung atas pertanyaan itu. namun bagaimanapun, ia tetap tampak tak acuh. "aku tidak percaya. dan aku akan sangat berterima kasih jika kau meninggalkanku sendiri saja."
peter terkekeh. "oh, ayolah." dia tersenyum miring dan mengedipkan sebelah matanya. "sepertinya aku harus menjadi pria yang misterius dan keren terlebih dahulu, ya?" sekali lagi ia memainkan gitarnya.
si gadis melirik gitar klasik itu, tertarik. "sejak kapan kau bermain gitar?"
sukses membawa senyum puas di wajah peter. "oh, apa kau penasaran denganku sekarang?" dia terkekeh dan terus melanjutkan jemarinya menari di atas senar. "kira-kira sejak usiaku 15 tahun jika diibaratkan dengan umur manusia."
marceline mengangguk. "itu bagus."
peter berhenti memainkan gitarnya dan menatap si perempuan setengah mengernyit. "bagus?? oh, aku akan mengatakan ini luar biasa, tidakkah kau setuju?"
lalu gadis itu tertawa kecil. "iya, mungkin."
peter tersenyum. "bagus. tapi aku belum tahu namamu, nona."
"aku akan memberi tahumu jika kau memainkan satu lagu lagi dengan gitarmu," ucap marceline tanpa diduga.
tawa peter pecah sesaat. "ya, baiklah. aku bisa melakukan itu untukmu, tentu saja. duduklah terlebih dahulu dengan nyaman dan dengarkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
pieces
Fanfiction꒰ skz oneshoots ꒱ tidak tahu, tidak tahu. tidak perlu lah saling berkaitan. nanti kau juga mengerti sendiri. bahwasanya setiap manusia memiliki ceritanya masing-masing. ©pervenchus, 2023