"bentar, ya. aku setting gitar dulu."
"iya." lalu aku menunggu.
pukul 10 malam, berbaring pada dingin lantai kamar mandi yang tak pernah dipakai, di lantai dua rumahku. sementara persegi pintar itu ku letakkan di samping kepala. menunggu cinta mengatur gitarnya di seberang sana.
berdebar. masih terpana akan lembutnya dia bertutur sebelum ini. aku suka.
orang ini, ku panggil kak changbin. kakak kelasku saat aku di jenjang sekolah menengah pertama dahulu. kami hanya sempat berbincang sesekali waktu itu, lalu putus kontak setelah ia lulus dan aku pindah kota. terkadang rencana tuhan memang tak terduga, aku tiba-tiba dibuat jatuh cinta dengan pria ini setelah menjumpai akun sosial medianya.
tak lama menunggu, aku dengar suara gitar dari ponselku yang masih terhubung panggilan dengannya. aku tahu lagu ini. 18 dari one direction? benar-benar dia sekali.
"suka," kataku setelah ia selesai memainkan gitarnya.
"apa?" dia bertanya.
"kak changbin," jawabku jujur. ku dengar tawanya kemudian. seolah sengaja ingin membuatku makin suka. "lagi," pintaku.
"lagu apa?"
"umm ... lagunya the neighborhood?"
"yang apa, tuh?"
"sweater weather, tau?"
"wah, itu ... itu bukan lagu gitar, sayang."
sial sial sial sial sial sial.
aku diam. diam-diam menahan diri untuk tidak meledak. diam-diam menumbuhkan lagi dan lagi rasa padanya. diam-diam, ku pinta dirinya pada Tuhan saat itu juga.
"pake gitar elektrik itu," tambahnya.
aku menghela napas, berpura-pura biasa saja setelah terjadi pergolakan besar dalam dadaku sebelumnya. "emang ngga bisa dibikin akustik?"
"ngga tau, ya. aku belum belajar."
"ini deh, i love you so."
langsung ku dengar ia ambil kembali gitarnya. ia minta beberapa waktu untuk mencoba. dan lagi, aku menunggu dengan sabar.
lalu, terdengar nada itu. lagu yang ku sebut sebelumnya. lagi, aku dengar dia memainkan gitarnya dengan tenang. ku nikmati ketenangan yang mana hanya ada suara gitarnya. seolah malam ini milik kami berdua saja. ku pandang langit-langit kamar mandi seolah ada ribuan bintang disana. aku rindu dia. ingin lihat langsung sejauh apa dia telah tumbuh, sebaik apa orang tuanya rawat dia hingga mampu membuat hatiku terpikat begitu saja.
"i'm gonna pack my things and leave you behind"
"this feeling's old and i know that i made up my mind"
"i hope you feel what i felt when you shattered my soul"
"cause you were cruel and i'm a fool so please let me go"
ku gumamkan lirik yang telah ku hafal di luar kepala sejak tahun-tahun sebelumnya, yang entah apakah dia dengar atau tidak. dia terus memainkan gitarnya, di beberapa waktu seperti sedikit tersendat, tapi tidak masalah. tetap tampak keren di mataku.
"but i love you so..."
malam itu, mungkin dapat ku katakan malam favoritku. dimana dia dapat membuatku seolah mampu melihat gemerlap bintang-bintang di langit-langit kamar mandiku yang suram, hanya dengan alunan suara gitarnya. aku suka dia. masih. bahkan setelah aku tahu bahwa ada wanita lain yang lebih menyukainya. yang barangkali bisa mati jika tak bersamanya. yang memang ternyata sudah terikat sesuatu dengannya.
"kak changbin bilangnya dia udah putus..!" aku menyangkal, sementara temanku menatap nanar disana. seolah kasihan dengan diriku yang ternyata menjadi korban tipu daya pria itu.
"ya nyatanya aja gimana. mereka masih deket kan? aku dikasih loh bukti yang mereka ngelakuin itu. udah nggak ada yang bisa disangkal lagi,"
yang terjadi saat ku dengar kabar itu, pupilku melebar. langkahku terhenti seketika dan sekujur tubuhku membeku. dalam hati aku terus mengulang kata yang sama.
tidak mungkin, tidak mungkin, tidak mungkin.
itu tidak benar, itu tidak benar.
dia tidak mungkin begitu.
tidak mungkin. tidak mungkin.
tangisku pecah di pelukan kawan. saat itu aku baru tahu, bahwa ternyata aku dapat menangis sehebat itu. bahwa aku bisa sekacau itu. satu yang aku sadari, sejak awal tak ada tempat bagiku. aku, barangkali hanya waktunya yang terbuang untuk dapat terlihat hebat. dia tidak mengerti betapa dalam aku jatuh padanya. tidak mengerti bahwa ketika aku berkata aku menyukainya, aku sungguh-sungguh di setiap kata yang ada ketika ia pikir aku hanya pemuas ego dan harga dirinya. tak ada yang bisa dilihatnya dariku. ia, padaku, sebatas senang-senang.
hari setelahnya, ku kirim ia pesan panjang. bahwa aku berhenti. bahwa upayaku hanya sampai sini. aku berpura-pura tak tahu perihal yang ia sembunyikan dengan perempuan yang 'katanya' mantan pacarnya.
kak changbin
iyaa, maaf kalo itu berat buat kamu, tapi batas kakak cuma sampe sini. kakak belum bisa berbagi lebih perasaan kakak sama orang lain, tapi kakak masih pengen kamu tetep chat kakak, call kakak, atau deep talk bareng kakak, anytime. bahagia kakak dari kamu juga.
well, if you need me, just call me okay?
sial, aku harus apa? mengapa alih-alih membencinya, aku justru sedih karena harus pergi? dia adalah brengsek yang perempuannya dimana-mana, tapi kenapa aku tidak bisa membencinya?
© ᵖᵉʳᵛᵉⁿᶜʰᵘˢ
jujur ini masih cacat banget, tapi aku publish dulu karena aku udah kelamaan ngilang hehe. nanti aku perbaiki kalau sudah ada waktu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
pieces
Fanfiction꒰ skz oneshoots ꒱ tidak tahu, tidak tahu. tidak perlu lah saling berkaitan. nanti kau juga mengerti sendiri. bahwasanya setiap manusia memiliki ceritanya masing-masing. ©pervenchus, 2023