"Bunda-Bunda, apa dia akan keluar dari perut bunda? Dia laki-laki kan seperti Nana?"
"Iya sayang, dia laki-laki. Tunggu sebentar sebelum dokter mengecek kembali"
Anak kecil itu tersenyum gembira mendengar penuturan sang ibu, dirinya melompat-lompat gembira, tak sabar untuk menanti calon adiknya nanti, pasti sangat seru.
"Ayah datang"
Terlihat sosok pria tua dari balik pintu, dia menghampiri sang anak yang tengah asik bersenandung kecil.
"Ayah, woah. Sungguh ini boneka favorit Nana? Boneka bear berwarna biru" si kecil melihat ayahnya yang membawa boneka kecil berwarna biru, jangan tanyakan sekarang, dirinya juga memakai baju biru dan topi berwarna senada.
Yang tua terkekeh melihatnya. Ibunya mengusap rambut itu sayang, lalu mengecup kening si putra.
"Tunggu di luar, doakan semua nya baik-baik saja untuk Bunda ya sayang?" Kini Ayahnya yang berucap, lalu si kecil mengangguk. Mereka berjalan keluar ruangan setelah dokter masuk.
Si kecil sedang mengoceh dengan bonekanya sendiri, bercerita betapa bahagianya nanti ketika dia mempuanyai adik laki-laki.
Tiba-tiba atensi si kecil teralihkan dari si boneka, dia melihat ada anak kecil seumuran denganya tengah menduduki kursi roda di depan ruangan kamar inap dengan buku di tanganya. Jaemin menghampiri anak itu dengan langkah girang.
"Hai" lambai si biru, namun sang anak dengan kursi roda itu menatapnya sekilas lalu kembali membaca buku.
"Kamu sendirian? Mana orang tuamu? Apa kamu sakit? Patah tulang? Kenapa pakai kursi beroda?" Celotehnya, yang terduduk mendesis kesal lalu menutup buku dan menatap si biru dengan tatapan tajam.
"Apa maumu?" Ujar anak itu.
"Ayo kenalan, namaku Na Jaemin. Kamu bisa memanggil ku Nana" dia tersenyum ramah dengan anak berkursi roda, senyumanya bahkan mengembang tanpa luntur.
"Lihat, Ayahku membelikanku boneka bear ini" yang dia sebut Nana itu memamerkan boneka dalam dekapanya, memeluk dengan sayang.
"Aku tidak peduli" Jawabnya.
Nana mengerucutkan bibirnya sebal, pikirnya anak ini sangat menjengkelkan.
"Kaki kamu kenapa? Apa ini sakit? Boleh aku sentuh?" Nana bertanya dengan tatapan binar, penuh permohonan dengan si kecil tampan.
"Tidak, ini akan sakit" si tampan panik ketika tangan kecil itu hendak memegang luka di lutut kakinya.
"Hehe maaf..."
"Woah, apa ini? Kenapa kamu menulis nomor di bukumu?" Si Nana menunjuk kearah sudut buku, di sana tertera tanggal beserta bulannya.
"Ini tanggal ulang tahun ku" Ujar si kecil itu, lalu menundukan wajahnya. "Hari ini aku ulang tahun" sambungnya dengan raut wajah sedih.
"Benarkah? Kalau begitu. Ambilah, ini hadiah ku untukmu" Nana memberikan boneka nya, walaupun sedikit tak rela, tapi dia lebih mementingkan si kecil berkursi roda.
"T-Trima Kasih" si kecil itu tersenyum lalu mengambil boneka tersebut.
"Kamu belum menjelaskan, kenapa kamu menggunakan kursi roda, apa sebelumnya kamu jatuh?" Nana kembali bertanya layaknya dia berceloteh.
"Tidak, ini kesalahan orang tua ku..."
"Eumh, aku tidak tahu, tapi semoga kamu cepat sembuh, dan selamat ulang tahun" Nana tersenyum membuat anak itu ikut tersenyum.
"Ah, kamu disini rupanya. Ayo Nana, adikmu sudah lahir" Ayah si biru berdiri di belakang Nana lalu menggandeng tangan kecil tersebut, sebelum dia pergi, Nana menyempatkan diri untuk berucap kepada si kecil berkursi roda.
"Aku harap kita bertemu kembali, Anak berkursi roda" dia tersenyum lalu mengikuti langkah Ayahnya yang masuk kedalam ruangan di Ibu.
Na Jaemin
Si pengagum warna biru
Penjaga hati seseorang terluka
Layaknya plaster yang siap menutupi lukaLee Jeno
Biru yang terluka
Dunia gelap adalah kehidupanya
Pencari pengagum lama
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka si Biru | NoMin
RomanceSemuanya gelap, bagaikan langit malam tanpa bulan, entah kenapa hidupnya seperti tak berarti, namun dia berubah ketika menemukan sosok itu kembali. On going Republic Luka