Lara Jonamika

21 0 0
                                    

Tatapannya asyik menelusuri poto poto dihalaman face book. Wajah wajah ceria dicamp ground sebuah lereng gunung, tidak jauh dari puncak. Dia kenal dan hapal betul lokasi itu. Bahkan dia merasa masih bisa mencium bau udara dan tanah perkemahan tersebut. Jarinya menggeser layar hp. Muncul satu poto puncak gunung. Batu batu disekitar puncak berwarna putih. Itulah puncak Sindoro. Asap putih terlihat samar di poto. Temannya berdiri ceria di bibir kawah, di depan batu yang menjorok ke arah tengah kawah. Tempat favorit para pendaki berpoto. Sindoro puncaknya landai dengan batu batu sebesar kerikil sampai sebesar ayam. Berserahkan di sekeliling hamparan puncak Sindoro. Warnanya putih kapur. Kawahnya juga berwarna sama. Warna putih mengelilingan bibir kawah sindoro.

Dia menyandarkan diri. Menerawang. Menarik nafas panjang. Penyesalan itu begitu selalu merundungnya. Sementara si kecil tergolek damai di tempatnya. Lahir karena kesalahannya.

Rambutnya panjang bergelombang tinggi sekitar 160 cm. kulit sawo matang. Gigi kelinci menambah daya tariknya. Jika tersenyum . sirna exspresi wajah dinginnya. Tubuhnya tegak, gerak geriknya tangkas. Jika bibirnya merapat, exspresi wajahnya seakan mengatakan jangan main main dengan saya .... Di dunia pendakian dia sudah begitu di kenal. Sering di undang sebagai MC dalam acara acara ultah komunitas pendaki gunung. Pembawaannya yang tegas. Cenderung berani, dan judes, begitu orang jawa bilang. Saya sulit menemukan padanan kata dalam bahasa Indonesia. Dia dikenal dengan nama Lara Jonamika. Pendaki manis dan menawan. Postur tubuhnya yang proposional. Dengan tonjolan lekuk tubuhnya yang menawan.

Dia tahu laki laki itu mengejarnya. Dia juga tahu, apa saja yang dibicarakan laki laki itu dengan teman-temannya, tentang dirinya. Dan tentang kemauannya terhadap dirinya. Tapi dia diamkan saja. Tak perlu menanggapi ocehan tak bermutu. Dia punya inceran sendiri. Laki laki yang jauh lebih dewasa. Umurnya ..... jauh dari umunya sendiri yang 22 tahun. Tapi hati tak bisa berbohong. Tak bisa dicegah.

Setiap bertemu di acara acara pendakian atau camping ceria, campcer, hatinya selalu mekar dan berbunga. Incarannya itu...... dikenal sebagai pendaki senior. Pengetahuan tentang pendakian tak perlu dipertanyakan lagi. Tapi bagi orang yang belum mengenal sosoknya, dia akan dianggap bagai orang biasa pada umumnya. Bahkan terkesan orang yang tidak tahu apa apa tentang dunia pendakian. Tentang gunung. Tentang hutan. Cenderung terkesan lemah. Orang tidak akan percaya bahwa dia adalah seorang pendaki. Sangat sederhana, tidak mencerminkan wujud dalamnya. Dari sana kekaguman itu mulai mekar. Terus tumbuh menjadi benih benih lainnya.

Om Dio tendanya dimana?

Laki laki itu menunjuk arah utara dekat dengan bukit area campground air terjun Surodadu. Tenda warna orange dengan symbol tulisan merk tenda yang cukup dikenal dikalangan pendaki. Desain tendanya banyak disukai. Baik dan kokoh. Ruang dalamnya hangat. Tapi tidak berat.

Mau apa ? Dijadikan tempat ngrumpi lagi ? . Dia memainkan matanya. Alis matanya bergerak keatas. Baginya senyum itu begitu manis untuknya. Laki laki dewasa yang mengagumkan. Benih benih itu sudah mulai tumbuh saat pertemuan komunitas pendaki tahun lalu. Saat itu Om Dio ikut berkumpul dengan para senior komunitas. Secara kebetulan Om Dio berkenalan dengan senior pendiri komunitas dimana dia berada, Cak Mustaman. Senior yang jago di bidang climbing dan tali temali. Atau lebih umum di sebut prusiking. Pendaki Surabaya sangat familiar dengan sosok satu ini. Pembina pendaki pendaki muda. Dia diundang Cak Mustaman di acara tersebut.

Pertanyaan itu dia jawab dengan memunculkan gigi kelincinya diikuti bibirnya bergerak menyungging. Om Dio menanggapi senyumnya dengan senyum pula. Dia yakin . exspresi wajah itu menyukai sikap manisnya ini. Magma bergejolak menggelegak dikawah hatinya. Bagai gelegak kawah semeru, jongring saloko. Gadis umur dua puluh tahunan yang sedang dicengkeram asmara.

Hampir setiap ketemu camping, para cewek selalu mampir ke tendanya, mengusirnya dengan riang dari dalam tendanya. Kemudian berkumpullah para cewek didalam sana. Ngrumpi sambil berlindung dari dingin udara malam pegunungan. Tidak seperti tenda tenda lain, yang masih terasa dinginnya hawa gunung menyelusup ke dalam tenda. Tenda Om Dio tidak seperti itu.

Para Pendaki WanitaWhere stories live. Discover now