October|02

3 0 0
                                    

"Kamu tidak kakek izinkan pulang sebelum kamu sadar bahwa kamu adalah pewaris tunggal keluarga Brawijaya."

Kata-kata tersebut yang tertuang didalam surat yang sudah 3 tahun tak ada yang mengirimi nya.

Terdengar suara helaan nafas dari sang penerima surat. Ia adalah Langit.
Jika boleh jujur mungkin Langit akan mengatakan bahwa ia hanya akan hidup untuk sang ibunda.

Kini usia Langit dan Amerta sudah menginjak 16 tahun.

Tahun pertama bagi keduanya menginjakan kaki di bangku sekolah menengah atas.

Sebagai murid baru, Amerta kali ini sudah menyiapkan semuanya dengan matang.
Ia berhasil mendapatkan beasiswa di salah satu sekolah favorit di Jakarta Timur.

Sekolah megah yang terletak di tengah padatnya ibukota yang berisi kan murid-murid dengan IQ tinggi pun tidak menjadikan Amerta berkecil hati, ia menganggap ini semua adalah permulaan bagi diri nya untuk menggapai semua asa nya.

Kembali ke seorang Langit Araga Brawijaya. Kini ia masih tertidur di kasur empuk nya dan bersikap acuh terhadap suara alarm yang sedari tadi sudah mencoba untuk membangunkan nya.

Merasa tak ada semangat untuk melanjutkan langkah nya di Amsterdam. Ia merindukan Bundanya.

Akhirnya pada pukul 7 lewat 45 menit Langit terbangun, dengan rambut dan wajah bantal nya yang sangat amat berantakan, ia pun berjalan gontai menuju kamar mandi apartemen nya.

Memakai baju secara asal dan tanpa sarapan, ia pun menuju sekolah nya.

Langit mengayuh sepeda nya sejauh 800 meter untuk tiba di sekolah nya. Sementara Amerta mengendarai motor beat berwarna merah nya menuju ke sekolah impian nya.

|_________________________________________|

Haiii haiiii readers kesayangan kuuuuu
Maaf yaaa chap nya pendek bangettt

Kalau mau kasih saran tulis di komen aja yaaaa

Jangan lupa tap bintang nya yaaa

⭐⭐⭐⭐⭐


Tanda kasih sayang dan Terimakasih.
-uburubur

october Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang