Hari ke empat selepas pertemuannya dengan sang mantan kekasih, wajah gadis yang biasanya ayu itu, terlihat murung. Bahkan sembab wajahnya semakin membengkak tiap kali ia bangun tidur. Dan itu sudah terjadi selama beberapa hari kebelakang.
Pada skenario hidup milik Shania Gracia, hadirnya berubah jadi pelakon yang tertolak kali ini. Sementara dulu, ia sering menjadi pemeran antagonis yang selalu menampik eksistensi sang 'kekasih'.
Mati matian ia menahan cekikan rasa sesak di setiap sudut hatinya. Menggigit sendiri bibir dalamnya demi mengurangi rasa lara. Sayang, bahkan sampai berdarah pula bibir itu, sedikitpun tak berkurang perih hatinya yang terkoyak. Isakan kembali mengalun, sebab ia tak lagi kuat menahan lara dalam hening. Ia membiarkan air matanya menganak di pipi, bersamaan dengan derai hujan yang sejak pagi mengguyur bumi.
Dingin mulai merengkuh tubuh yang hanya dibalut celana hotpants dan kaos gombrong itu. Diri yang tenggelam dalam lara hati, bahkan acuh merasakan kedinginan itu. Membiarkan diri semakin tertelan dalam kegelapan dan kesepian. Sedihnya sama sekali tak memikat untuk di nikmati bersama dinginnya hujan.
Sesekali tetes air mata mengenai permukaan kulit. Ia duduk menghadap jendela. Menekuk lutut, lalu ia peluk. Persetan dengan apapun, berulang kali tak bisa lagi jika ia tak tertarik dalam ingatan lalu kala sendu membelenggu, sekalipun sudah lelah. Kini kilasan kenangan itu membawanya terbang kembali sewaktu pertemuan yang ke empat. Pertemuan kala hujan deras seperti sekarang.
Kala itu selepas menonton di salah satu bioskop teater bersama Shani setelah berkali kali gagal bertemu sebab masing masing yang sibuk, mereka berencana untuk pulang sekalian mampir makan di warung tendaan viral yang di rekomendasikan Gracia beberapa waktu lalu untuk di icip. Namun, sialnya hujan turun sangat lebat.
Bahkan dihiasi kilat petir dan juga angin. Mereka berdua terjebak di lobby depan teater sebab jarak antara lobby dengan parkir mobil cukup jauh, dan mereka tidak membawa payung. Adapun payung yang di sediakan gedung itu, habis di gunakan tamu lain. Alhasil, mereka mau tak mau menunggu reda dari dalam lobby.
"Maaf ya, aku ga kira kalau mau ujan, beberapa hari ini terik terus" sesal Shani sebab tak bisa segera mengantar pulang sang pemikat hati. Walaupun sebenarnya ia juga senang karena waktunya berpisah dengan pujaan, bisa sedikit lebih lama.
Senyum wanita bergingsul itu merekah. Terkekeh kecil pada sosok yang menundukkan kepala disebelahnya. Pasalnya memang cuaca sedang tidak menentu, bukan salahnya juga kalau mereka harus terjebak hujan. Toh di sana banyak orang bernasib sama.
"Ga apa, Shani. Kenapa minta maaf? Kan kamu bukan pengendali cuaca" Gracia semakin terkekeh saat Shani masih saja menampakkan rasa sesalnya, namun itu terlihat sangat lucu.
"Toh kalaupun kamu bawa payung, aku juga ga mau nerobos hujan lebat begitu. Aku anti sama air hujan"
"H-huh? Kamu ada alergi sama air hujan?" Semerta Gracia mengangguk mantap. Membuat Shani tertarik pada topik pembahasan ini. Lantaran seumur hidupnya, ia tak tau jika ada manusia yang alergi pada air hujan. Terlebih lagi, contohnya ada di depan mata. Waktu tepat untuk bisa mengulik informasi.
"Kok bisa gitu? Emang kalo kamu kena air hujan kamu bakalan kenapa?" Mulut Gracia sedikit menganga. Tak menyangka kalau tipu tipunya akan menjadi boomerang untuknya.
"Ga kenapa kenapa, tapi kalo kaki aku kena air hujan~" gadis ayu itu menggantungkan kalimat. Menatap lekat Shani yang semakin serius mendengarkan. Tatap mereka makin erat. Sementara Shani, memasang telinganya rekat rekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESEMPATAN KEDUA [GreShan]
Teen FictionPenyesalan akan selalu datang belakangan. Segala sesuatu yang menyakitkan, akan termaafkan. Tapi tak akan terlupakan. Terlebih, sebabnya adalah pengkhianatan. Seperti halnya kaca yang pecah berantakan, bagaimanapun usahanya, tak akan bisa kembali u...