1

3.3K 352 51
                                    

Suasana dalam mobil mewah itu terasa panas. Bahkan AC yang sudah di setting paling rendah pun tak bisa menurunkan panas yang berasal dari amarah yang membuncah. Satu kalimat syarat caci maki pun sudah terlontarkan.

"Kamu payah, Shan! Begitu aja ga becus! Katanya sarjana, cumlaude pula. Gantian urus tender aja, kalah."

Lagi, Shani lagi lagi harus mendengar hinaan dari gadis yang amat ia cintai di sebelahnya. Satu setengah tahun sudah berlalu, satu setengah tahun pula, Shani hanya mampu menelan bulat bulat segala caci maki juga hinaan dari kekasihnya itu.

"Bodoh. Jauh lebih baik Anin dibanding kamu."

Aninditha atau Anin, adalah nama yang sering kali disebut juga dibanding bandingkan dengan Shani. Anak pengusaha yang tak kalah terkenal dari pulau seberang, yang tak lain adalah mantan kekasih gadis disebelahnya.

Shani hanya bisa diam. Sesekali meremas erat kemudi dihadapannya. Menyalurkan semua rasa marah yang tak bisa ia luapkan pada kekasihnya itu, Shania Gracia.

"Maaf." hanya satu kata itu yang bisa Shani ucapkan. Itu pun ia harus beberapa kali menghela nafas, hanya untuk melafalkan satu kata dengan empat konsonan itu.

"Maaf? Dari dulu kamu bisanya cuma minta maaf. Ga guna banget!"

"Maaf." ucapnya sekali lagi. Hal itu membuat Gracia semakin murka.

"Maaf maaf mu-!"

"Maaf kalo aku pengen kita udahan aja." satu kata syarat luka terucap. Membuat Gracia membelalak sesaat, sebelum terkekeh.

"Kamu mutusin aku? Are you serious?"

Shani mengalihkan pandangannya pada Gracia. Menatap semua sisi wajah kekasihnya yang sebentar lagi akan menjadi mantan kekasihnya.

"Iya. Aku serius."

Gracia terbahak, menertawakan keputusan Shani yang menurutnya sangat remeh baginya.

"Oke, kita putus. Lagi pula, gue nerima lo juga cuma mau jadiin lo pelampiasan sakit hati gue aja gara gara putus sama Anin. Lagi pula kayanya bentar lagi, gue sama Anin bakalan balikan. Jadi, gue udah ga butuh lo"

Pengakuan itu akhirnya terbongkar setelah sekian lama disimpan rapat olehnya sendiri. Respon Shani? Ia hanya tersenyum.

"Aku antar kamu pulang."

Sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam. Sebelumnya hanya Shani yang sering kali antusias bertanya tentang apapun yang bisa dijadikan bahan obrolan. Tapi, Gracia hanya menanggapi dingin dan seadanya.

Sampai dihalaman rumah mewah yang akan jadi kali terakhir Shani sambangi, ia tersenyum sangat cantik. Hal yang benar benar baru Gracia sadari saat itu. Tak ingin terjebak dalam perasaan yang melankolis, ia memilih turun tanpa mengucapkan kata apapun, bahkan terima kasih.





------------------





Enam bulan berlalu. Gracia tengah menangis sendiri di sebuah meja dalam restoran yang sangat mewah. Satu tangannya menutupi pipi sambil mengusapnya pelan untuk meredakan rasa perih dan panas karena tamparan dari Anin, kekasihnya.

Hatinya pilu, saat melihat Anin kembali berselingkuh dibelakangnya. Lebih pedih lagi, saat Anin justru memilih pergi bersama selingkuhannya dan memutuskan jalinan kasih antara dirinya dengan Gracia.

"Hiks.. Hiks.." hanya isakan yang bisa didengar. Bahkan pelayan yang ada di dekatnya lebih memilih diam, karena tak mau kena imbas pertengkaran Anin dan Gracia yang tak lain adalah segelintir investor ditempat mereka mencari nafkah.

KESEMPATAN KEDUA [GreShan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang