800 word.
(Romantis - fluffy)
"Aku udah pernah bilang Blaze, berhenti melakukan hal bodoh!"
Saat ini aku sungguh jengah! Tapi Blaze malah menyunggingkan senyum konyol nya –tidak membantu sama sekali. Padahal sudah ada banyak sekali memar yang membekas di kedua pipi dan juga sobekan kecil di bibir ranumnya. Sungguh? Kapan Blaze akan berhenti untuk meledak-ledak?! Aku melihat luka nya saja sudah bergidik ngeri, apa itu tidak perih?
"Sshhh, sayang sakit. Kasar banget sih kamu, DUH!" Blaze merintih ketika aku menekan kapas yang sudah ku lumuri betadin itu di atas luka yang ada di sudut bibirnya. "Gini aja ngerengek, udah bagus ya kamu main tonjok menonjok begitu? Udah hebat. Wah keren amat"
"Tapi mereka duluan yang mulai" Wajah melas yang di sunggingkan oleh Blaze itu sukses menerima hadiah pelototan dari mata ku. Blaze kembali menciut. Seperti anak bebek yang di beri teguran oleh induk nya dalam serial tom and jerry. Aku jadi ngerasa iba, sedikit!
Wajah ku yang mengkerut kesal perlahan melonggar. Sambil mengambil nafas sebentar, lalu ku tatap Blaze dengan sayang. "Blaze... Aku udah bilang berkali-kali jangan gampang kesulut emosi, berkali-kali aku bilang jangan main tangan. Masih aja degil!"
Blaze masih diam, menerima semua omelan ku dan juga pengobatan dari ku. Semoga saja wejangan yang ku berikan ini tidak masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Yang jadi masalah disini adalah tatapan yang diberikan oleh Blaze kepadaku, membuatku sedikit risih. Bukan apa-apa, tapi binar mata yang terpancar pada netra jingga miliknya itu memandangku dengan penuh damba. Hampir membuat ku salah tingkah. Untung saja aku tidak langsung menoyor wajah dia saat itu juga.
"Apa liat-liat?"
"Cantik." Ia mengucapkannya tanpa berkedip.
Ajahkauanxbkasn. "Kamu bisa ngga liat aku biasa aja? kamu kaya orang cabul"
Bukannya tersinggung, wajah Blaze malah mendekat ke arah ku. Menggenggam tangan ku yang sedari tadi berkutat pada pengobatan di sudut bibir nya, —membuatku terpaku sejenak. "Bedain orang cabul sama orang lagi jatuh cinta Ice, walau kamu cukup menggoda bukan berarti aku akan selalu menatapmu dengan nafsu"
Ini cukup dekat. Aku bisa merasakan nafas yang keluar dari hidung bangir milik Blaze. Ia bersentuhan dengan hidungku. Jika ada orang di belakangku dan mendorongku, maka bisa dipastikan bahwa bibir kita pasti akan bertemu. Maka sebelum itu terjadi, aku langsung mendorong bahu Blaze untuk menjauh. Sembari memberi intruksi kepada jantungku untuk tidak berdetak sangat cepat jika berada dalam radius dekat dengan Blaze. Tidak akan lucu jika aku mati hanya karena serangan jantung dan alasannya karena ucapan manis yang dikeluarkan dari mulut buaya milik Blaze, kekasihku. DUH.
Pipi ku terasa panas, sebisa mungkin aku mengelak dengan cara memukul bahu milik Blaze. "Apaansih! Udahlah sana obatin sendiri luka mu"
Blaze terkekeh, bahkan hampir tertawa! Dasar cowok gila! "Duh, pacarku salting. Lucu banget"
"yaa teruss, goda aja aku terus. Teruuss"
"Kamu gemesin"
Aku mengangguk.
"Kamu cantik, kamu manis"
Aku mengangguk.
"Aku sayang kamu, banget"
Oke cukup. "Buaya banget"
Blaze mendelik, mencoba untuk mengelak "aku serius"
"Jangan kira aku bakalan maafin kamu hanya dengan perkataan buaya yang kamu ucapin ya. Liat muka kamu, sampai babak belur begitu"
"Tapi aku tetap tampan kok, kamu aja masih suka"
Dih, pede banget. Aku langsung menoyor bahu nya. "Banyak bergaul sama solar bikin kamu makin jemawa"
Blaze menghela nafas dengan berat lalu bersedekap dada. Wajahnya di tekuk dengan alis saling bertaut, "Siapa coba yang ngga bakalan marah kalau pacar nya di cat calling? Aku tau ya kalau tubuh kamu bagus, tapi itu ngga jadiin alasan mereka buat ngeliatin kamu pakai nafsu. Mana tadi ada yang ngehina kamu lagi. Mereka bilang 'boti boti, ku kasih ceban juga bakalan ngangkang' bangsat nya pengen ku sobek mulutnya."
Aku terdiam cukup lama mendengar hal itu. Tanganku terkepal kuat, Ada perasaan jengkel yang menyeruak ketika tau bahwa ada orang brengsek yang merendahkan harga diriku secara diam-diam. Awas aja, kalau aku ketemu sama mereka secara langsung bakalan aku cakar sampai hancur itu muka!
"Hey Ice, kok bengong?" Aku tersentak ketika tangan kokoh milik Blaze berada di atas pundakku. Aku juga bisa merasakan usapan lembut dari nya. "Gapapa, aku udah hajar mereka sampai babak belur. Nanti kalau mereka kaya gitu lagi bakalan aku hajar lagi hehehe. Kamu tenang aja, selama ada aku, kamu bakalan baik-baik aja"
Ada perasaan senang ketika Blaze mengatakan hal itu. Tapi entah kenapa tanganku malah mendorong nya dengan spontan. Aku tidak mau Blaze melihatku dengan rona merah di wajahku. Aku malu, dia bisa mengejekku jika aku salah tingkah hanya karena perkataan yang sialnya malah membuatku merasa aman. "Aku juga bisa lindungin diriku sendiri," Tolakku.
"Pfftt.... hahahahahahahaaha tuhkan merah lagi pipinya" Baru juga aku bilang. Blaze dengan tawa gila nya.
"jangan ketawa," Aku berucap dengan ketus. Tapi Blaze masih saja menggodaku.
"Maaf, kamu gemes banget sih. Heran banget, masa ada orang yang mandang kamu dengan kaca mata buruk padahal masih ada banyak hal yang bisa mereka kagumi dari kamu. Ya kalau mereka berani, karena cuman aku aja yang boleh kagum sama kamu"
"BLAZE!"
Fin.
.............Hehe habis angst terbitlah fluffy!
Ayo sebarkan fluffy di seluruh dunia wp!
KAMU SEDANG MEMBACA
redblue
FanfictionSebelum Ice berucap lantang bahwa ia menyayanginya, ketahuilah bahwa Blaze sudah dari awal bertaruh atas perasaan nya kepada Ice secara mutlak. Bukankah itu sudah cukup jelas? bxb, kumpulan oneshoot ini ku dedikasikan untuk blice. (ooc)