mirrorball

431 39 3
                                    


       

                       [fluffy, friend]











Blaze selalu mengembangkan senyum dengan sangat lebar. Semua orang akan menganggapnya gila bila Blaze ditemukan sering tertawa paling kencang diantara kedua teman-temannya. Blaze menjawab lelucon yang selalu Taufan berikan, menahan tawa bila Thorn menceritakan hal lucu lain yang ia lontarkan. Blaze juga kerap kali memberi perhatian kecil untuk teman-teman nya yang lain. Membela paling depan bila mendapati mereka dirundung dan membantu mereka untuk bangkit kembali.

Semua perhatian itu Blaze beri semata-mata karena ia ingin semua temannya bahagia, merasa aman bila bersama dengan dirinya. Seolah ia adalah api unggun paling hangat yang pernah mereka sentuh tanpa harus terasa menyakiti.

Hanya satu yang selalu menolak perhatian kecil tersebut. Blaze merasa bahwa Ice terlalu angkuh untuk menolaknya. Oleh karena itu, ia selalu mencuri kesempatan untuk mendapatkan perhatian dari sosok aquamarine tersebut.

"Ice! Haiiii! Mau ke kanting bareng gue ngga?" Dengan wajah konyol, Blaze menepuk pelan bahu milik Ice. Ice manatap Blaze dengan alis yang terangkat anggun. Menatapnya dengan heran, membuat Blaze merasakan penolakan sekali lagi. Setelah menggaruk belakang rambutnya yang tidak gatal, Blaze berniat untuk pergi tapi ucapan Ice membuatnya berhenti, "Gue ikut"

Blaze melebarkan senyum dengan sangat lebar, merasa bersemangat, ia pun tanpa sengaja menggandeng tangan Ice untuk membawanya menuju bangku kantin yang selalu ia gunakan bersama teman-teman yang lain.

Selama perjalanan Ice hanya memandangi tangan Blaze yang bertaut pada tangan nya. Menghiraukan pejalan lain yang memandang mereka dengan heran. Lagipula, Blaze selalu menggandeng teman-teman nya yang lain. Ice merasa itu wajar.

"Taufaannn! Liat gue bawa siapa, hahaha" Blaze memperlihatkan Ice yang kini duduk disebelah nya. Taufan memandang Ice dengan tidak percaya, manusia yang tidak ingin berteman itu kini duduk satu meja dengan dirinya!
"Si pangeran nolep udah mau kumpul nih sama rakyat kaya kita, hahahaha," Goda Taufan yang mendapat tatapan tidak suka dari Ice. "Berisik"

"Oh, marah dia" Taufan menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya sambil menatap Blaze dengan heran. "Gue ga paham ngapain lo bawa dia kemari, Blaze?"

"Lagi pula ia tidak ingin punya teman kan?" Thorn yang sedari tadi diam tiba-tiba berceletuk. "Aku lihat dari awal dia masuk juga ngga pernah mau bergabung sama kita"

Blaze merasakan hawa tidak suka diantara ketiga teman nya. Ice menatap Taufan dan Duri dengan tidak suka, mencebik bibir, lalu melanjutkan makan siangnya yang kini telah tersedia di depan matanya. Sedangkan Taufan masih saja memberikan pertanyaan-pertanyaan sensitif bagi mereka. "Selera lo jelek sekali untuk menjadikan nya teman, Blaze. Berhentilah ambisius untuk mendapatkan teman"

Blaze menunduk, dalam hatinya ia merasa bersalah karena telah mengacaukan suasana. Selama ini, ia tau jika kedua teman nya ini tidak terlalu suka dengan presensi yang dimiliki oleh Ice. Mereka beransumsi bahwa Ice terlalu congkak untuk sekedar menolak ajakan mereka berteman pada semester awal. Blaze awalnya juga mengira begitu, Sudah berkali-kali Blaze memberikan tawaran untuk berteman tapi Ice selalu saja berkutat pada buku-bukunya ketika istirahat dari pada memilih untuk menerima ajakan makan siang bareng darinya. Membuat Blaze berfikir, bahwa Ice terlalu ambisius untuk sebuah angka.

Blaze tidak terlalu mengerti, apa yang Ice cari dari angka tersebut?

Hingga ketika Blaze menemukan Ice dalam keadaan kacau ketika mereka telah diberikan hasil dari ujian kemarin. Ice yang selama ini berada pada peringkat pertama telah tergantikan posisinya oleh Solar. Membuat mereka saling bertemu pada malam setelah Blaze kembali pada perkerjaan paruh waktunya sebagai barista suatu caffe malam itu.

redblueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang