Tentu! Berikut ini sebuah cerpen berjudul "Pulang":
---
Hujan turun dengan gemuruh di luar jendela. Cahaya petir sesekali menerobos, menerangi ruangan kecil tempat Mia duduk bersama selembar kertas kosong di meja. Matanya berkaca-kaca, teringat pada rumah dan keluarganya di desa.
Mia tinggal di kota sejak lima tahun lalu, ketika ia memutuskan pergi untuk mengejar mimpi. Dia kini bekerja di sebuah perusahaan besar, namun semakin lama dia merasa jauh dari akar dan identitasnya sendiri.
Malam itu, Mia merasa seperti ada yang menggerakkan hatinya untuk pulang. Ia meraih telepon dan menghubungi ibunya. Suara lembut ibunya membuat Mia semakin ingin berada di sampingnya.
"Aku ingin pulang, ibu," ucap Mia pelan, sambil sesekali menahan isak tangisnya.
Ibunya diam sejenak di ujung telepon. "Kamu selalu punya tempat di sini, Nak," jawab ibunya akhirnya, suaranya penuh kasih.
Keputusan sudah diambil. Mia mengemas barang-barangnya esok pagi dan membeli tiket kereta. Perjalanan ke desa memakan waktu beberapa jam, tapi setiap detik terasa seperti pemulihan.
Ketika Mia tiba di stasiun kereta, senyumnya tak bisa disembunyikan lagi. Udara segar, bau tanah basah, dan senyum ramah penduduk desa menyambutnya. Setiap sudut jalan, setiap wajah yang ia kenal dari masa kecil, semua terasa begitu hangat.
Mia mengunjungi makam ayahnya yang sudah lama meninggal. Dia menitikkan air mata, merindukan nasihat dan kehangatan sosok yang begitu dicintainya.
"Kamu sudah pulang, Nak," bisik Mia pada batu nisan, di bawah hujan gerimis yang masih turun dengan lembut.
Pulang tidak hanya tentang kembali ke tempat, tapi juga tentang menemukan kembali diri yang hilang di antara keramaian dan kesibukan kota besar. Mia belajar bahwa kebahagiaan sejati kadang-kadang hanya bisa ditemukan di tempat di mana kita merasa benar-benar berada.
---
Semoga cerpen ini dapat menginspirasi dan memberi gambaran tentang arti pulang dan menemukan kembali akar diri.