Jam tiga sore, aku baru nyampe rumah. Kuliah baru aja kelar. Pas aku mau masuk, Tante Maria nongol dari pintu rumah utama. Tante manggil aku.
"Ndi... tadi Tia dateng nyariin kamu. Tante bilang aja kamu masih kuliah."
Aku mengangguk, "Oh... iya Tante, makasih udah dikasih tau."
"Tia datang sampe tiga kali loh, Ndi. Tante jadi penasaran. Kalian mau kemana sih?"
Aku gugup. Bingung mau jawab apa.
"Itu Tante... Tia mau pinjem buku."
"Buku? Buku apa? Buku kuliah? Kalian kan beda kampus. Kok bisa?"
"Oh... bukan Tante. Tia mau pinjem buku cerita. Novel. Iya novel. Soalnya di toko buku udah abis. Saya kebetulan punya novelnya. Gitu Tante."
Tante Maria masih nyerocos. Aku maklum dia kayak gitu. Tia kan keponakannya. Mungkin dia gak mau Tia kenapa-kenapa.
"Tia bilang, dia mau ke sini lagi jam setengah empat."
Aku melihat jam di tanganku, "Lah... ini hampir setengah empat, Tante."
"Makanya Tante kasih tau. Biar kamu gak tidur."
Aku mengangguk, "Makasih Tante..."
Tante Maria ngangguk. "Tante sama Om mau pergi. Kamu kasih tau temen-temen. Kalo nyuci jangan boros aer. Pake seperlunya saja."
"Baik, Tante."
"Satu lagi... Jangan aneh-aneh sama Tia. Ngerti?"
"Ngerti Tante."
Aku masuk ke dalam. Gak lama kemudian, mobil Tante Maria keluar dari halaman rumah. Bodo amat lah. Aku juga gak peduli mereka mau pergi kemana. Yang jelas, Tia mau datang. Asikkk... ngentot lagiii... Aku bersorak dalam hati.
Bener aja. Jam setengah empat lewat dikit, Tia datang. Sial... Tia datang gak sendirian. Dia sama cewek. Lumayan bohay juga bodinya. Sepertinya cewek itu adeknya Tia. Mukanya mirip.
Tia mengetuk pintu. Aku bergegas membuka pintu dan pura-pura kaget.
"Tia?"
"Hei Ndi..." Senyum Tia manis sekali.
Aku sebenernya agak males sebab aku gak bisa langsung memeluk Tia sebab ada cewek yang...
"Eh kenalin... Ini Lia. Adekku."
Nah, bener kan. Aku segera menjabat tangan Lia. Kami saling melempar senyum.
"Masuk masuk... berdiri aja di depan pintu. Udah kayak orang minta sumbangan aja." Aku mencoba melucu. Eh... Lia tersenyum. Receh sekali selera humornya.
Sewaktu Lia akan menuju sofa, dengan gerakan yang cepat kuremas pantat Tia. Lia gak lihat. Sialnya, Tia menjerit.
"Awww..."
Otomatis Lia langsung balik badan, "Kenapa, Kak?"
"Eh... ini... kelingking Kakak kesandung kaki meja."
Aku tersenyum. Pinter sekali Tia bikin alasan.
"Eh, pada mau minum apa nih? Sirup oren mau?" Aku nawarin minum ke itu cewek dua. Lia langsung antusias. Dia langsung bilang mau.
Lalu kutinggal mereka berdua ke dapur buat bikin minum. Sambil jalan ke dapur, otakku mulai mesum dan berpikir keras gimana caranya aku bisa ngentot dengan Tia sore ini. Tia datang dengan busana yang santai tapi tetep modis. Kaus tanpa kerah warna biru langit dipadu dengan rok berbahan lembut warna hitam. Rok yang dipake sama Tia mirip sama rok para pemain tenis. Pendek dan ngembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PILAR PILAR TUMBANG
Poetry✅ SEKUMPULAN KATA-KATA PATAH HATI ✅ UNTUK DIA YANG SUDAH JADI MILIK ORANG ✅ FOLLOW YA