𝐕𝐞𝐫𝐦𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞𝐫 | 05' ☄️

4 1 0
                                    

Happy reading and don't forget to vote+comment yay!! 🌟 ·˚ ⁾⁾·°˖

🌕☄️🛋️🌌

𝐕𝐞𝐫𝐦𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞𝐫 05 Kebetulan tak terduga.

Pertunjukan selesai. Tidak ada lagi musik yang menyihir seluruh aula. Suasana yang awalnya hening, kini berisik dengan bisikan-bisikan tentang apakah kedua orang itu sedang dimabuk asmara? Sampai sesaat setelah lagu selesai, Bintang langsung melompat dari panggung dan menggenggam tangan gadis itu.

Tentu saja Kina terkejut setengah mati. Ia sudah menentukan posisinya agar tidak menarik perhatian, walau pada awalnya sempat mendekat untuk merekam 'orang yang menyanyikan seasons-nya'. Tapi bagaimana bisa cowok itu menghampirinya tiba-tiba? Sudah pasti perbuatannya itu memancing perhatian banyak orang. Sungguh... kata-kata makian pun tidak dapat Kina lontarkan saking gugupnya.

"Kenap—" Astaga! Cowok itu menggenggam tangan Kina lebih erat, membuat tubuhnya sedikit tertarik dan posisi mereka otomatis menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Sebenarnya ada apa sih dengan orang ini?!

"Boleh ikut gue, sebentar?" tanya Bintang setelah sekian lama hanya diam menatap- gelang?

Walau bingung, tawaran itu cukup cemerlang untuk Kina setujui asal dirinya bisa keluar dari tatapan orang-orang di sana. Namun, belum juga mengangguk, suara nyaring MC kembali memberikan kesialan untuknya.

"Wah, wah.... Ada apa, nih? Tiba-tiba banget loh langsung lompat dari panggung~"

Sialan! Panitia benar-benar bekerja dengan baik rupanya. Saat ini pun lampu yang harusnya menerangi panggung,  malah menyoroti mereka. Sungguh, sebuah kepekaan yang tidak perlu. Apa Bintang harus meminta Arthur untuk memuji mereka setelah acara ini selesai?

Baik Kina maupun Bintang, tidak ada yang bisa fokus karena silaunya lampu dan penuhnya suara.

"Eh, bentar kak. Liat itu, mereka gandengan eeeee~"

"Cieeeeeeeee~"

Tidak tahu lagi, ini tidak boleh berlangsung makin lama. "Sorry," ucap Kina seraya membawa Bintang kabur dari aula.

☄️☄️☄️

Arin khawatir. Sudah 4 kali menelpon Kina tapi tidak ada jawaban. Sialnya lagi, aula tiba-tiba penuh karena 'guest star yang disembunyikan' telah hadir. Terlalu sempit baginya untuk masuk mencari Kina, tapi bagaimana jika ternyata Kina terjebak di dalam sana?!

"Udah diangkat?" tanya Sella.

Arin menggeleng. Memang seharusnya ia tidak boleh meninggalkan Kina. Anak itu, jarang sekali berani ditinggal sendirian. Tapi karena tadi ia sungguh bosan di dalam, alhasil dia mempercayai Kina tanpa berpikir panjang. Lagi pula hanya sebentar, pikirnya.

"Duh... dia ga kenapa-napa kan, ya? Ga macem-macem, kan? Ga diapa-apain, kan?" gumam Arin panik, terbaca dari bagaimana ia mondar-mandir sambil menggigit kuku-kuku jarinya.

"Tenang, dulu. Coba ditelfon lagi," bujuk Sella. Bukan sama sekali tidak khawatir, tapi ia harus berpikir jernih agar mereka dapat menemukan Kina secepatnya. Kalau Arin dan Sella sama-sama panik, yang ada hanya kebingungan.

"tadi juga gue udah coba minta tolong beberapa orang di dalem kalo mereka liat ciri-ciri Kina, suruh temuin kita di sini."

Benar, Arin harus bersabar.

VermittlerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang