lover 2

413 35 6
                                    

Riki bangun pagi untuk olahraga. Bagaikan rutinitas sehari-hari, pagi ini ia akan joging. Sebenarnya kalau bukan karena ada yang ikut bangun juga Riki malas olahraga.

Ah, anak puber.

Rasanya Riki akan membagikan rasa sakitnya pada orang yang tidak mudah terangsang.

Ia menyumpal telinganya dengan earphone, memutar musik kesukaannya.

Riki hanya tertarik pada satu orang dari dulu sampai sekarang, yaitu Jungwon. Hanya Jungwon yang bisa membuat hormon testosteron Riki meningkat.

Menyusahkan.

"Riki!"

Riki menghentikan langkahnya setelah merasa ada yang melambaikan tangannya tak jauh dari tempat Riki berhenti.

Riki melepaskan satu earphone-nya dan mendengar namanya dipanggil lagi.

"Riki!"

Tak kunjung disaut, orang itu menghampiri Riki.

"Hhhhh ... dipanggil malah diem aja, ngapain sih?"

Riki mengangkat salah satu alisnya lalu memasukkan kedua earphone bluetooth-nya ke saku.

"Lagi joging, kenapa?"

"Pagi-pagi banget."

"Enak sepi."

"Kenapa gak ngajak gue sekalian kalau gitu."

Tidak tahu hari ini hari sial untuk Riki atau bukan. Alasan Riki mau olahraga pagi-pagi ya gara-gara apa lagi?

"Ngapain ngikut joging pagi-pagi? Enakan lanjut tidur di rumah."

"Bagus dong, banyak gerak."

"Capek kak, aslinya."

"Lah terus lo kenapa joging? Kenapa gak lanjut tidur aja di rumah?"

Aduh, makin panjang omongannya. Riki jadi takut, tapi Riki masih bisa menahan itu.

"Kakak ngapain di sini?"

"Ck, malah alihin topik. Gue tadinya mau beli sarapan, gak sengaja ngeliat lo."

Riki manggut-manggut.

"Terus kenapa gak beli?"

"Pengen ajakin lo sarapan juga, lo udah sarapan belum?"

Riki menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Mau bilang belum, nanti diajakin makan bareng yang berarti waktunya sama Jungwon makin lama. Bagus sih buat pdkt, tapi masa sih pdkt sambil nahan?

"Udah ayo, kelihatan dari muka lo itu. Gue traktir."

Jungwon memegang pergelangan tangan Riki. Riki yang kaget sontak melepaskan pegangan dari tangan Jungwon.

Jungwon juga ikutan kaget.

"Kenapa Ki?"

"Ja-jangan dipegang, lagi sensitif."

Jungwon mengernyit heran.

"Aneh lo, yaudah ayo."

Mereka akhirnya berjalan berdampingan.

"Bu, mau nasi uduk dua, makan di sini ya."

Ibu itu mengangguk sambil tersenyum.

"Jangan dikasih sambal ya Bu."

"Oke."

"Ki, duduk sini."

Riki menghampiri Jungwon yang sudah duduk. Ia duduk di sebelah kiri Jungwon. Riki memperhatikan gerak-geriknya, andai ia bisa bebas melihat wajah cantik Jungwon setiap hari.

LO(S)VER [nikwon] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang