16. Si Aneh

5.6K 641 36
                                        

Rista hampir memuntahkan air dalam mulutnya begitu dengan tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perutnya. Tangan itu menariknya hingga kini punggung Rista merapat dengan dada orang di belakangnya. Pada waktu selanjutnya, Rista merasakan puncak kepalannya memberat karena dijadikan tumpuan.

"Ga ih, ngagetin!" Rista merasakan dagu itu bergerak-gerak seolah tengah mencari posisi lebih nyaman.

"Ngapain kaget?"

Jika tadi hanya sebelah tangan yang melingkar di perut Rista, sekarang keduanya. Kelopak mata Rista semakin membelalak kaget.

"Tiba-tiba kayak gini." Sejak Ferdi berani mengecup pipinya tadi, entah mengapa Rista merasa agak sedikit waswas(?). Maksudnya aura pria itu menjadi sedikit agak aneh

"Kayak gini apa?"

Rista sedikit meremang ketika Ferdi menggunakan suara dalamnya seperti itu. Entah Ferdi sengaja atau tidak, tapi suara sedikit seraknya merupakan tipe yang disukai sebagian besar wanita.

"Meluk gue dari belakang." Rista sedikit menggerakkan bahunya, memberi kode agar dilepaskan.

"Cepet sembuh makanya, biar bisa dari depan."

Ferdi terasa sedikit aneh. Maksudnya dia itu biasanya manja, kalau ada keinginan pasti merengek, misal saat butuh pelukan, dia akan memasang wajah melas yang membuat empati Rista terpancing, bukan impulsif seperti ini.

"Malah bengong. Ayo makan," lanjut Ferdi seraya mengubah tangannya menjadi rangkulan. Ia membawa Rista yang masih belum mendapatkan kesadaran itu ke arah meja makan. Mendudukkan dengan baik hingga menggenggamkan sendok pada tangan kirinya.

"Nggak dimakan?"

Rista mengerjap, lalu mulai menyendok makanan dan melahapnya.

"Enak?"

Rista mengangguk-angguk. Hanya itu saja yang tentunya tidak mencerminkan bagaimana biasanya cewek itu.

"Kenapa?" tanya Ferdi mengungkap keheranannya. Ia menumpahkan atensi sepenuhnya pada wanita di depannya itu.

"Eu, nggak. Gue cuma ngerasa ada yang aneh?" Rista menggulir bola matanya ke samping, menghindari tatapan pria itu.

"Aneh kenapa?"

"Lo ... nggak ngerasa gitu?" Rista berkata dengan sangat hati-hati.

"Nggak."

"Jadi, cuma perasaan gue ya?"

"Emang apa yang bikin lo ngerasa aneh?"

Rista terdiam kemudian menggeleng. "Nggak papa, lupain aja."

Ferdi menarik senyuman singkat, lucu juga melihat Rista yang seperti ini. Ferdi sedikit mencondongkan tubuhnya, tangannya terulur lalu dengan lembut ia mengusap bibir Rista.

Rista mendongak dengan tatapan bingung yang lucu. Selama ini mungkin Ferdi terlalu melihat Rista dari sisi dewasanya. Dia baru tahu jika Rista bisa memberikan respon selugu ini.

"Lama-lama, lo pengen gue jadi Ganesh ya, Zi?"

"Hah?"

Selama ini yang Rista tonjolkan adalah sifat keibuan. Dia adalah pihak yang aktif, mengurus Ferdi A sampai Z. Sementara Ferdi hanya diam dan menerima bahkan saat tindakan Rista itu konyol seperti mencubiti Ferdi dengan gemas.

Rista memang tidak seperti Jeya yang harus diberi penjelasan terlebih dulu, tapi Ferdi tidak menyangka ketika dirinya mulai bergerak--bisa disebut flirting, respon Rista malah terlihat lucu. Dia seperti anak lugu yang baru diganggu.

oOo

Sekarang Rista yakin bahwa ini bukan sekedar perasaannya saja. Hari ini Ferdi benar-benar aneh, dia jadi lebih aktif. Maksudnya, Rista bahkan sudah tidak bisa menghitung berapa banyak Ferdi mengusap puncak kepalanya.
Rista berani bersumpah, jika sebelum-sebelumnya hal itu tidak pernah terjadi. Hanya Rista yang sering memberikan kontak fisik pada Ferdi, selebihnya tidak.

RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang