Petang hari itu, tepat perjanjian keberangkatan bersama antara Yang Bingyi, Duan Yixuan dan Song Xinran menemui Yuan Yiqi. Seperti kata Ayah, perjalanan akan menempuh waktu yang tidak sedikit. Jadi, Yang Bingyi sekarang ini tengah sibuk menyediakan segalanya pada bagasi mobil Audi berbadan lebar dan kuat tanjakan.
"Makanan, sudah siap! Minum pun sudah siap! Apalagi, ya?" Di cek teliti berulang kali, lantaran penyakit teledor anak Ayah Yang satu-satunya ini sering kambuh tidak ingat masa. Yang sebenarnya, Yang Bingyi bisa menyerahkan semua urusan pada beberapa pegawai rumah, tapi kali ini berbeda. Ibu sampai terheran melihat rasa tidak sabaran dengan balutan semangat pada diri Yang Bingyi.
Oh ya! Ibu ingat sekali, Ayah meminta anak mereka datang pada camp keluarga besar untuk bersenang-senang, namun si berandal kesayangannya itu menolak mentah-mentah. Sibuk ini dan itu, konon.
"Kau membawa perlengkapan kemah untuk, apa?" Sekitar 2 tas besar berwarna hijau loreng menyita perhatian Ibu yang ikut berdiri pada samping Yang Bingyi mengecek perlengkapan bawaan. Bukan hanya itu, botol minum, panci mungil, gas kaleng serba guna, beberapa mi instan, beras seliter dan ikan kaleng ikut tertata rapi berdampingan pada tas lipatan tenda.
Yang Bingyi tersenyum pada Ibunya. Pipi Ibu kena remas gemas. Dia terkikik. "Kata Ayah, rumah Yuan Yiqi dekat perbukitan hijau asri yang bagus, belum lagi titik matahari terbenam katanya jelas dari atas bukit. Aku berencana mengajak mereka berkemah." Tawa anak Ibu yang aslinya manja itu berubah membujuk. "Kau harus mengijinkanku, Ibu. Kata Ayah bukit itu aman dari hewan liar karena beberapa lahan sering di kelola masyarakat lokal. Ya?"
Ibu melepas pegangan Yang Bingyi di pipi, menggeleng tidak habis pikir. "Ya terserah, kalian sudah besar, tahu yang boleh dan tidak." Ada anggukan semangat dari Yang Bingyi, Ibu lantas mengangkat kening, benar-benar tidak percaya. "Masalahnya, kau sering melakukan apa yang tidak boleh dilakukan. Bahaya kalau lereng Paman Yuan dibakar hangus olehmu."
Bibir tipis Yang Bingyi menjorok monyong ke depan. Merajuk ceritanya. "Memangnya sejak kapan aku membakar lahan?"
Ibu berpikir sebentar. "Tidak, bukan lahan. Tetapi bekas puntung rokokmu membakar kasur, dan itu untuk kali ketiga."
"Sumpah, aku tidak akan kali ini."
"Itu yang kau katakan pada kasur kedua sebelum terbakar."
Tiba-tiba tawa Ayah menyeruak. Yang Bingyi kaget saat Song Xinran dan Duan Yixuan juga berada di samping Bapak tua berkumis tipis suka tertawa itu. Bahu Yang Bingyi kena pukul seperti ala-ala tos persahabatan, masalahnya Bapak kumis galak ini juga atletis parah, efeknya justru sakit. Yang Bingyi mendecak, malas.
"Mungkin kali ini tidak akan terjadi kalau ada dua perempuan cekatan yang menjaga Bingbing dan Qiqi!" Ayah dan klaim berapi-api.
Song Xinran mengangguk penuh semangat. "Bibi tenang saja, anakmu akan kami jaga!" Kata aktris drama favorit teman Yang Bingyi ini. Duan Yixuan juga turut serta mengangguk.
"Tidak! Tidak! Tidak! Itu tugas yang salah. Yang Bingyi dan Yuan Yiqi harusnya yang menjaga." Ibu segera memukul Yang Bingyi pelan. "Awas saja dua anak Ibu yang cantik-cantik ini lecet, Bingbing!"
Dengan lagak bercanda, Yang Bingyi menjawab malas. "Tidak akan wahai selir tuan Yang!"
"Yang Bingyi!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Orion Agustus
FanfictionHanya satu Yang Bingyi di dunia, dan dia menyukai Duan Yixuan.