"P'Kit, kalo aku udah besar nanti, aku mau ngelamar P'Kit biar jadi istriku" ujar bocah berusia 7 tahun yang ternyata adalah anak blasteran Amrik dan Thai itu.
"Mana bisa bego! Gw laki-laki!" balas Krist yang seorang remaja berusia 17 tahun.
Orang tua Gawin dan Krist adalah tetangga sekaligus teman dekat, orang tua Krist menikah lebih dulu dan memiliki Krist sementara orang tua Gawin baru menikah setelah beberapa tahun Krist lahir barulah mereka memiliki Gawin.
Karena kedua orang tua Gawin sangatlah sibuk, Krist sering kali menjadi tempat penitipan anak mereka. Bisa dibilang Krist sudah mulai menjadi pengasuh Gawin dari umur Gawin yang baru 2 bulan, saat itu Krist masihlah anak yang baru berumur 10 tahun. Meski hanya tetanggaan, Krist sudah menganggap Gawin seperti adiknya sendiri.
Gawin yang sejak kecil sudah dekat dengan Krist pun tanpa disadari malah semakin terobsesi dengan kakak seniornya itu. Karena kurangnnya perhatian dari orang tuanya, Dunia Gawin jadi hanya berputar-putar di sekitar Krist saja. Menurutnya Krist adalah miliknya dan nggak ada seorang pun yang boleh mengambilnya darinya.
Sebenernya Krist juga sangat kasihan melihat Gawin yang seperti di telantarkan orang tuanya, makanya, meski dia kadang bersikap galak ke Gawin, Krist juga tetap akan memanjakan adik asuhannya itu.
Mereka beneran nempel seperti perangko, Gawin selalu hepi setiap kali Krist datang menjemputnya di sekolah untuk pulang bareng. Saat itu Gawin masih kelas 2 SD dan Krist sudah mau lulus SMA, mereka memiliki perbedaan umur 10 tahun, dimana saat itu Gawin berusia 7 tahun sementara Krist sudah 17 tahun.
Senyum cerah mengembang lebar di wajah Gawin kecil ketika melihat kakak asuhnya datang menjemputnya. Namun senyum itu langsung hilang ketika dia melihat Krist tidak datang sendirian, melainkan bersama seorang pemuda lain yang sepertinya adalah teman satu SMAnya.
Gawin kecil langsung memeluk posesif kaki jenjang Krist dan menatap tak suka pada sosok teman Krist yang diketahui bernama Singto itu.
"Ni bocil kenapa Kit?" tanya Singto yang gapaham ngeliat tingkah kekanakan Gawin tersebut.
Krist cuma mengedikkan bahu. "Biasa, gak suka dia liat gw punya temen, wkwk, dia maunya gw main sama dia doang"
Singto yang denger penjalasan singkat dari Krist cuma bisa ketawa kecil. Dia kemudian merangkulkan satu tangannya ke bahu Krist dan meledek Gawin.
"Bleee abangnya gw ambil~"
Dan Gawin kecil pun langsung menendang kaki Singto.
.
.
.
.
Gak terasa beberapa tahun sudah berlalu, kini Gawin sudah beranjak menjadi remaja dewasa berusia 17 tahun sementara Krist sudah menjadi pria matang di usia 27 tahunnya.
Nggak ada yang berubah dari hubungan mereka, masih nempel kayak perangko. Bahkan sekarang pun Gawin juga sedang menempelinya.
Pemuda tampan berusia 17 tahun itu kini masih asik tidur sambil memeluki pinggang Krist dan membenamkan kepalanya tepat di ketek Krist.
Suara dari jam beker yang ada di meja samping tempat tidur membuat Krist perlahan membuka matanya untuk mematikan alarm tersebut.
Krist melihat sebentar pada Gawin yang masih menemplok padanya seperti anak koala. Merasa gemas, dia pun menepuk-nepuk kepala Gawin lalu mengecup ubun-ubun pemuda itu singkat sebelum akhirnya memberikan tamparan ringan ke kepala pemuda blasteran Amrik-Thai itu.
"Woy bagun! Dah siang nih, gak sekolah lu"
Gawin yang masih ngantuk cuma mendusel-duselkan kepalanya di ketek Krist. Kedua tangan kekarnya yang kokoh itu semakin erat melingkar di pinggang Krist membuat Krist terpaksa harus menendang perut dede gemesnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dede Gemez Kesayangan [GawinKrist]
Fanfiction"P'Kit, mau nggak jadi istriku?" ucap Gawin yang saat itu berumur 7 tahun. "Mana bisa bego! Gw laki-laki!" balas Krist remaja yang berusia 17 tahun. Awalnya Krist tidak menganggap serius lamaran yang terlontar dari mulut anak kecil itu, sampai suatu...