Parkiran sekolah,
Gawin berkali-kali melihat jam tangannya dengan risau. Sudah dua jam menunggu namun Krist yang katanya berjanji akan menjemputnya malah tak kunjung datang. Ditambah lagi setiap kali Gawin mencoba untuk menghubunginya, panggilan telepon dari Gawin malah di reject olehnya.
Hal itu sebenarnya membuat Gawin sedikit cemas dan gelisah memikirkan apa yang sedang terjadi pada Krist di sana.
"30 menit lagi, kalo kau nggak datang juga, aku bakal langsung mendatangi kantormu." Gawin bersumpah dalam hati.
Kalau manusia normal lainnya mungkin sudah akan beranjak pergi dari sana dalam waktu tidak sampai satu jam. Namun Gawin berbeda, dia benar-benar anak yang sabar. Tidak ada orang normal yang akan mau menunggu sampai dua jam lebih seperti Gawin saat ini, apalagi kalau yang di tunggu tak kunjung datang ataupun memberikan kabar.
Gawin kembali menengok jam tangannya frustasi, dia lalu membuka lagi hapenya dan kembali menghubungi Krist, yang sialnya lagi-lagi langsung di reject olehnya.
"Ck, sial, sibuk banget kah?" Gawin menggerutu sambil menggaruk kepalanya kesal.
Di tengah gerutuannya itu, tiba-tiba sebuah mobil Hatchback hitam berhenti tepat di depannya. Ketika mengetahui siapa mahkluk yang datang menghampirinya, raut muka Gawin langsung berubah menjadi malas.
"Woy bocah, masuk cepetan. Gw lagi buru-buru nih, Kit lagi ada rapat mendadak." tukas Singto dari dalam mobil setelah menurunkan kaca jendelanya, dia nggak mau repot-repot turun.
Gawin yang emang sedari dulu udah kemusuhan banget sama Singto bukannya masuk ke mobil malah melangkah pergi tanpa berkata apapun. Membuat Singto langsung menyembulkan kepalanya keluar jendela sambil berteriak.
"Woy! Bocah sialan gak tau diri, gw udah buang-buang waktu buat jemput lo ya, masuk sini!"
"Kagak Phi, makasih. Gw bisa balik sendiri." Gawin berbalik dan tersenyum manis, membuat Singto auto melotot kesal melihat kelakuan pemuda itu.
Kalo aja bukan karena Krist janji bakal ngasih jatah ke dia malam ini, Singto udah pasti ngebiarin bocah tengik itu pulang sendirian.
"Yakin lo gak mau ikut?" ujar Singto masih berusaha membujuk Gawin. Namun ya, bocah itu tetap gak mau menghentikan langkahnya.
"Gw sama Krist mau jalan-jalan hari ini!" teriakan Singto yang barusan sukses membuat Gawin menghentikan langkahnya dan berbalik.
Melihat pancingannya berhasil, Singto langsung menghela nafas sembari tersenyum kesal. "Hah, emang kampret ni anak!"
Nggak mau buang-buang waktu lagi meladeni tingkah Gawin, Singto langsung menjalankan mobilnya mendekati pemuda yang masih mematung itu.
"Mau ikut apa nggak?"
Gawin tidak menjawab dan hanya menatap Singto datar lalu masuk ke mobil.
Sepanjang perjalanan menuju kantor Krist, suasana di dalam mobil benar-benar hening mencekam. Gawin yang memang memilih duduk di kursi belakang saat ini masih melipat kedua tangannya di dada sembari melontarkan tatapan tajam menusuknya kepada Singto. Singto yang melihat Gawin dari kaca sepion dashboard pun memutar mata malas.
"Ngalah aja udah, lu gak bakal menang lawan gw"
Gawin cuma merespon perkataan Singto itu dengan dengusan remeh.
"Heh, meski lu pacarnya, prioritas utama P'Kit tetep gw"
Singto hanya menggeleng kepala ketika melihat Gawin tersenyum bangga dari kaca dashboard.
"Cih, dasar bocil..." rutuknya.
Gawin melihat ke arah jalan sekitar mobil mereka yang sekarang menjadi padat dan dipenuhi kemacetan. Males juga dia harus berlama-lama bersama dengan saingan abadinya itu. Gawin mengeluarkan hapenya untuk mencoba menelpon Krist lagi, namun sial batrai hapenya habis. Gawin memandang malas ke arah Singto sebelum memutuskan untuk meminjam hape pacar abang asuhnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dede Gemez Kesayangan [GawinKrist]
Fanfic"P'Kit, mau nggak jadi istriku?" ucap Gawin yang saat itu berumur 7 tahun. "Mana bisa bego! Gw laki-laki!" balas Krist remaja yang berusia 17 tahun. Awalnya Krist tidak menganggap serius lamaran yang terlontar dari mulut anak kecil itu, sampai suatu...