Dalam kegelapan malam, Jihan merasa hangatnya pelukan Hyungseok saat mereka tidur berdua di ranjang mereka. Namun, saat pagi hari datang ia merasa kosong. Jihan membuka mata dan menyadari bahwa Hyungseok tidak ada di sampingnya. Matanya mencari ke sekeliling apartemen, namun nihil, Hyungseok tak ada.
"Dia harusnya di sini," gumam Jihan panik, berusaha menenangkan diri sebelum mengecek ponselnya. Dia mencoba menghubungi sahabat-sahabat Hyungseok, berharap ada yang tahu tentang keberadaannya.
Namun, saat dia menanyakan keberadaan Hyungseok, sahabat-sahabat itu malah bersikap sinis dan cuek. Mereka menolak memberikan informasi apa pun tentang Hyungseok.
"Lo nggak perlu tahu tentang dia," jawab salah satu dari mereka dengan dingin.
Kesedihan dan keputusasaan menghampiri Jihan. Dia menangis sejadi jadinya.
Padahal ia ingin memberi menjelaskan segalanya pada hyungseok, ia ingin meluruskan kesalahpahaman kemarin, tapi hyungseok sudah pergi meninggalkan nya.
Ia memberikan kecupan singkat di kening Hye-won sebagai tanda perpisahan bahwa ia tak akan kembali dengannya, ia ingin memulai lembaran baru bersama hyungsok.
Dia memutuskan untuk mencari bantuan dari detektif profesional dari pada hanya menangisi, lebih baik Jihan berusaha mencari hyungseok.
Detektif bekerja dengan tekun mencari jejak Hyungseok, tapi hasilnya nihil. Setelah berbulan-bulan pencarian tanpa hasil, Jihan merasa frustasi dan putus asa. Hyungseok seakan hilang dari muka bumi.
Lima tahun berlalu, Jihan cenderung menjadi sosok yang pendiam dan tak tersentuh ia menjadi orang yang dingin. Jihan mengalami masa-masa sulit yang penuh dengan frustasi dan kesedihan. Ia merasa terhanyut dalam kekosongan yang ditinggalkan oleh Hyungseok. Setiap malam, air mata membasahi bantalnya ketika ia berusaha tidur tanpa kehadiran Hyungseok di sisinya.
Ia akan merasa sangat kesal pada dirinya yang tak kunjung menemukan jejak Hyungseok. Ia menghabiskan berjam-jam setiap harinya mencari informasi tentang Hyungseok, menghubungi sahabat-sahabatnya, menyisir media sosial, bahkan mencari di berbagai tempat yang pernah mereka datangi bersama. Namun, hasilnya selalu nihil.
"Damnt it! Mengapa ini begitu sulit?" gerutu Jihan dengan penuh frustrasi, mengetuk-ngetuk meja di ruang kerjanya. Ia merasa seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
Jihan menderita dalam kesendirian yang mencekik. Ia merasa hampa, tanpa arah, dan tanpa orang terkasihnya.
Di malam-malam sunyi, Jihan menangis dalam gelap. Rasa cemas dan kesedihannya tak terbendung. Hatinya merindukan Hyungseok, dan ia berharap bisa kembali ke masa lalu untuk menghargai setiap momen indah bersama Hyungseok yang selama ini dia anggap remeh.
Tiap malam, mimpi buruk menghantuinya. Dia melihat Hyungseok pergi bersama seseorang yang tak ia kenal, tertawa dan bahagia tanpa dia. Jihan merasa hancur melihat adegan itu berulang-ulang dalam mimpinya, mengingatkan betapa kehilangannya.
Ia merasa bersalah atas kelakuannya yang menyebabkan kepergian Hyungseok. Kegelisahan memenuhi benaknya, membuatnya tidak mampu makan dengan baik atau tidur dengan tenang. Setiap hari, tubuhnya terlihat semakin kurus dan mata hitamnya kehilangan cahaya.
Dia mencoba menghubungi sahabat-sahabat Hyungseok berkali-kali, namun mereka selalu menolak bicara dengannya atau menghindarinya. Sikap sinis mereka membuat Jihan merasa seperti ditinggalkan oleh semua orang.
Jihan akhirnya memutuskan untuk menemui keluarga Hyungseok. Namun, ketika dia mencoba mendatangi rumahnya, dia hanya mendapati pintu tertutup rapat, dan tidak ada orang yang memberikan jawaban.
"Hyungseok, kamu di mana sayang..."
gumam Jihan dengan penuh penyesalan. Rasa putus asa dan perasaan terlantar semakin menghantui dirinya.Ia terus berusaha mencari jejak Hyungseok, mencari jawaban yang ia butuhkan untuk meredakan rasa rindunya. Dia berharap, suatu saat, Hyungseok akan menghubunginya lagi atau kembali padanya.
Tetapi waktu terus berlalu tanpa ada tanda-tanda Hyungseok kembali.
Saat itu, Jihan memutuskan untuk kembali ke tempat spesial yang sering ia datangi bersama hyungseok, rumah pohon yang menjadi tempat pribadi mereka. Kenangan manis di tempat itu selalu menghangatkan hatinya.
Flashback
Jihan dan Hyungseok berjalan berdua menuju rumah pohon yang tersembunyi di tengah hutan. Mereka tertawa dan bercanda dalam perjalanan, menikmati momen indah bersama.
Tiba di rumah pohon, mereka duduk berdampingan, menikmati pemandangan hutan yang menakjubkan. Kicauan burung hutan menciptakan latar belakang yang tenang, membuat mereka merasa damai.
"Dari sini, aku bisa melihat matahari terbenam dengan indah," ucap Hyungseok, menatap matahari yang mulai terbenam.
Jihan tersenyum. "Tapi yang lebih indah daripada matahari terbenam adalah senyumanmu."
Hyungseok tersipu malu, lalu ia menyenderkan kepalanya ke bahu jihan. Mereka menghabiskan waktu bersama di sana, berbicara tentang masa depan mereka dan bagaimana mereka ingin menjalani hidup kedepannya.
Kembali ke saat ini
Saat Jihan tiba di rumah pohon, dia merasakan kekosongan yang sama seperti sebelumnya. Dia berdiri di sana, berharap Hyungseok muncul dengan tiba-tiba, tapi waktu terus berjalan tanpa jejak Hyungseok.
Namun, sesaat kemudian, Jihan melihat sesuatu yang mengejutkan. Di antara pepohonan, ada sosok yang dikenalnya begitu baik. Itu adalah Hyungseok, duduk di bawah pohon, memandangi langit dengan tatapan kosong.
Dengan hati yang berdebar-debar, Jihan mendekati Hyungseok perlahan. Dia ingin berbicara, tapi kata-kata terasa tak mampu keluar dari bibirnya.
"Hyungseok....kau kah itu?" Tanya Jihan dengan bibir yang gemetar menahan tangis.
Akhirnya, dia memutuskan untuk memeluk Hyungseok dari belakang.
"Hyungseok, aku sangat merindukanmu," bisik Jihan dengan suara penuh penyesalan.
Hyungseok terkejut tapi setelahnya ia merespons pelukan Jihan dan meraih tangan Jihan yang memeluknya. "Lama tak bertemu...Aku juga merindukanmu" jawab Hyungseok dengan suara lembut.
Jihan menoleh, menatap Hyungseok dengan tatapan penuh akan sirat kerinduan dengan kekasihnya ini. "Apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu menghilang begitu saja?" Tanya Jihan sembari memeluk hyungseok erat seakan tak mau kehilangan nya untuk keduakalinya.
"Ah tidak lupakan, yang terpenting kau sekarang sudah di sini! Dan ku pastikan aku tak akan kehilangan mu lagi" mantap jihan
"Maafkan aku, Hyungseok. Aku tahu aku salah. Aku menganggap ringan perasaanmu dan bermain-main denganmu," kata Jihan dengan suara penuh penyesalan.
Setelahnya Jihan menjelaskan kejadian 5 tahun lalu yang membuat dirinya dan hyungseok salah paham, ia ingin meluruskan seluruh masalah ini.
"Aku mencintaimu Seok" ucap Jihan setelah selesai bercerita ia mengucapkan dengan penuh cinta yang tulus dan kerinduan yang mendalam.
Hyungseok menoleh, dan matanya bertemu dengan mata Jihan. "Jika kamu benar-benar mencintaiku, buktikan padaku bahwa kamu sungguh-sungguh berubah."
Jihan menangis sejadi-jadinya di depan Hyungseok. "Aku berjanji, Hyungseok. Aku tidak akan pernah lagi menyakiti atau meninggalkanmu. Kamu adalah orang yang paling berarti bagi diriku. Maafkan aku, aku sangat mencintaimu".
Hyungseok balas memeluk Jihan tak kalah erat, ia tak sanggup menghilangkan perasaannya begitu saja ia akan menurunkan egonya.
Perpisahan dan penyesalan itu telah memberi pelajaran berharga bagi keduanya.Setelah lima tahun yang penuh dengan rasa sakit dan kehilangan, akhirnya Jihan dan Hyungseok kembali bersama, siap memulai lembaran baru dalam hubungan mereka.
End
Maafkan kalau ngga je dan cringe bngt nsnskak.
Maaf kan juga kalau ngga sesuai ekspektasi kalian.
Mau req hyungseok sama siapa lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Park hyungseok harem
Historia CortaOne/two/threeshot hyungseok dan karakter lainnya Semua jalan cerita yang saya buat bakal keluar dari jalur asli looksim maksudnya ngga 100% ikut cerita mereka. Park hyungseok x all