Hening, tidak ada suara apa-apa selain derap kaki yang berkeliaran di sekitar sekolah. Sedetik kemudian gadis itu tertawa terpingkal-pingkal, hal itu sontak mengundang fokus semua orang yang lalu lalang. Aksa dibuat heran, ia tidak mengerti mengapa Abel tertawa. Cowok itu menatap tanpa ekspresi, sesekali mengerjapkan mata.
"Aku nggak papa, Aksa ... kenapa kamu harus susah tidur?"
"Aku kan khawa—"
Belum sempat Aksa menuntaskan kalimatnya, seorang gadis berbando hadir dan mengacaukan suasana.
"Misi, Kak. Kakak yang namanya Nabella?" katanya takut-takut. Tangannya bertaut satu sama lain. Abel berdehem, lalu menatap adik kelas di depannya.
"Iya, kenapa?" jawabnya lalu menyilangkan tangan di depan dada. Wajahnya persis baju yang tidak disetrika berbulan-bulan.
"Kak Nabella dipanggil kepala sekolah suruh ke kantor,"
"Ada apa?"
"Kurang tau, Kak."
Kemudian gadis itu menoleh pada Aksa. "Kakak yang namanya Dyaksa?"
Tentu Aksa mengangguk masih tanpa ekspresi.
"Kakak juga dipanggil kepala sekolah."
"Bilang aja kita berdua, ribet amat." Kata Abel ketus. Membuat gadis itu merasa malu dan menggaruk tengkuk yang tak gatal.
"Yaudah, aku pergi dulu ya, Kak."
Gadis itu pergi entah ke mana. Mungkin ia takut pada Abel. Apa wajahnya memang seseram itu?
"Yuk ke kantor," Abel menggandeng tangan Aksa tanpa aba-aba, hampir cowok itu terhuyung ke depan karena langkah yang kian cepat.
"Eh, Bel!" Missa memanggil sambil berlari, Abel spontan menghentikan langkah dan melepas cekalan tangannya pada Aksa.
"Untung kagak telat gue," ucap Missa sambil mengatur napas.
"Lo kenapa baru dateng?"
"Gue nggak bisa tidur, lo tau nggak tadi malem gue hampir di—" Missa baru menyadari keberadaan Aksa di samping Abel. Gadis itu lalu melempar sebaris senyum. "Wii, ada Mas Aksa, apa kabar Mas?"
"Baik," jawab Aksa ramah.
"Udah sana! Bentar lagi masuk nih, liat jam berapa." Sambil menunjukan jarum jam di tangannya.
Missa berdecak. "Biarin aja lah, Bel. Lo juga di luar kok. Ya kan, Sa?" Aksa menjawabnya dengan senyum.
"Gue sama Aksa dipanggil kepala sekolah! Udah sana lo masuk aja!"
"Kenapa kok dipanggil? Oh iya lo pada kan waktu itu nggak ikut PTS sehari kan?"
"Iya, sana-sana!"
"Iya bawel, galak amat lo!" Missa berjalan sambil menghentakan kaki ke lantai kesal.
♡♡♡♡
Muka cowok yang sedang bermain basket di lapangan itu terlihat kacau. Berulang kali ia melempar bola agar masuk ke ring, naasnya berulang kali pula bola basket itu memantul ke arah lain. Seperti kata legenda bola basket dunia, Michael Jordan: You must expect great things of yourself before you can do them.
Kamu harus mengharapkan hal-hal besar dari diri kamu sebelum kamu bisa melakukannya.
Lalu, bagaimana Keno bisa melakukan hal yang ia harapkan? Otak cowok itu berkelana ke mana-mana tanpa fokus pada satu objek yang sekarang ia mainkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable | End
Teen FictionIneffable adalah sesuatu yang melampaui kemampuan bahasa untuk mengungkapkannya. Arti lain adalah "tak terlukiskan". Ada banyak kisah yang ditulis di cerita ini, salah satunya Abel. Gadis berkulit sawo matang yang tidak percaya akan cinta. Abel piki...