1

4 1 0
                                    

'Memangnya bisa semudah itu mengucapkan selamat tinggal?'

Hari itu cerah. Awan biru menghiasi langit membuat siang itu tidak lagi terasa terik. Apa karena panasnya mentari tidak berhasil menembus kulit? Iya, dua orang itu sedang duduk di kursi yang terletak di bawah pohon rindang.

Gadis berambut ikal panjang itu menggoyang-goyangkan kaki berusaha mengenyahkan rasa hening diantara mereka. Dia akhirnya berbicara, mengangkat suara.

"Boleh nanya sesuatu?"

Laki-laki di sebelahnya menggangguk kecil, mengiyakan.

Gadis itu menarik nafas panjang. Menatap dalam ke arah laki-laki yang saat ini asik dengan ponselnya. Gadis itu menarik ponsel itu mebuat si laki-laki tersentak kaget. Apa dia marah? Tidak kok. Dia hanya membalas tatapan gadis itu dengan sorotan bingung.

"Masih sayang gak sama aku? Masih senang jalanin hubungan denganku? Masih anggap aku pacar?"

Laki-laki itu terdiam sebentar. Apa yang di pikirannya ya? Kenapa dia butuh waktu untuk menjawab pertanyaan itu?

"Masih"

Gadis itu bernafas lega. Tapi itu bukan jawaban yang dia mau. Itu bukan jawaban yang dulu pernah dia dengar. Seharusnya dia mendengar kalimat 'Iya sayangku, aku sayang banget sama kamu. Kenapa tiba-tiba nanya begitu?'

"Kenapa tadi malam tidak ngasih kabar apapun? Kenapa aku diblok hanya karna aku menelponmu sekali? Kenapa kamu nongkrong tapi aku gak boleh tau sama siapa? Kenapa kamu foto bareng cewek kayak gini?"

Gadis itu memborbardir pertanyaan-pertanyaan yang sejak semalam ingin ia dengar jawabannya. Dia juga menyodorkan foto dimana ada laki-laki yang adalah kekasihnya, dan 2 orang gadis lainnya tengah berposes di depan cermin.

Laki-laki itu menghela nafas, lelah.

"Kemarin aku kerja, capek. Bahkan selesai kerjanya itu jam 11. Karena lama, bos akhirnya ngajak kami makan dan baru nyampe di rumah jam 2. Soal blok, itu karena berisik Zara. Aku gak mau ganggu yang lain. Dan nyampe rumah aku telpon kamu berkali-kali loh dan gak kamu angkat. Ahh, soal foto, itu temen kerja diajak keliling dan dipaksa buat foto"

Gadis itu berkaca-kaca. Tidak. Kenapa jadi seolah dia yang kekanakan? Kenapa jadi dia yang dipojokkan?

"Apa susahnya mengabari?"

Gumaman kecil itu tidak sampai ke telinga laki-laki di sebelahnya. Keduanya di selimuti hening. Tempat mereka berteduh itu sepi. Hampir tidak ada orang. Hanya suara lalu-lalang kendaraan yang sedikit berisik.

Keduanya sibuk dengan pikiran dan memainkan ponselnya masing-masing. Hingga tiba-tiba saja. Kalimat-kalimat itu keluar begitu saja dari mulut laki-laki itu. Seperti tidak ada beban, tidak ada susah, tidak ada perasaan.

"Kita udahan aja ya"

Gadis itu mendongak segera, menatap laki-laki di sebelahnya yang masih sibuk dengan ponsel. Gadis itu melirik ponsel dan terpampang akun seorang laki-laki yang tidak asing baginya, dan di-follow.

"Kamu follback dia lagi. Gamon ya?"

Sarkas. Laki-laki itu bertanya sarkas seraya menatap sinis gadis di sebelahnya. Kelu dan tidak  bisa berbicara. Semua tiba-tiba keluar dari mulut laki-laki itu membuatnya kaget. Benar-benar kaget.

Jangan Jatuh Cinta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang