2

3 2 0
                                    

'Benarkah kita sudah usai, atau hanya sedang jeda?'

Rumah menjadi tempat yang tak ingin ia datangi. Tak ingin ia masuki dulu sejenak, sebab air mata yang terus bergulir di pipi kecilnya itu tak mampu ia atasi. Dengan mengendap dan berusaha meredam sesegukan, gadis itu memasuki rumah berharap tak ada yang melihat. Dia akan menyimpan luka itu sendirian. Tak perlu semua orang harus ikut serta memusingkan perkara percintaanya.

Gadis itu menghela nafas lega. Misi kecilnya untuk menyembunyikan kesedihan itu berhasil. Bukan kamar, dia memilih ke lantai 2 rumahnya yang lebih sering tidak berhuni. Menatap nanar ke arah ponsel yang tidak ada lagi notif mengabari, 'aku sudah sampai ya cantik.'

Dia tersenyum kecut. Air mata itu lagi-lagi tak mampu ia bendung. Dia menatap jam, kok masih pukul 3 sore? Bukankah di taman dia sudah cukup lama menangis? Pertemuannya dengan lelakinya ah salah mantannya saja tidak lama. Hanya sekitar 1 jam. Dalam 1 jam itu, pertengkaran kecil perihal meminta kabar dan diakhiri dengan usainya hubungan. Miris sekali bukan? Gadis itu kira, pertemuan singkat itu akan memperbaiki dan mengembalikan mereka seperti kemarin. iya, kemarin. Hari Jumat kemarin mereka masih baik, masih saling mesra, masih saling mengejek kecil. Kenapa bisa Minggu itu semua berakhir? Tiba-tiba begitu?   

Minggu, 16 Juli 2023. 

"Aku benci hari ini"

Ucapan penuh putus asa itu keluar begitu saja. Apa yang harus dibenci adalah harinya? Ataukah orang yang membuat hari itu menjadi buruk?

"Zara stop nangis bego!"

Dia mengutuki dirinya. Menghapus kasar air matanya. Kenapa sih tidak bisa berhenti? Kenapa semakin deras dan deras? Pipi bahkan sebagian helaian rambutnya sudah basah akan air mata. 

Dengan lemah, gadis itu mengambil ponsel. Mencoba hal sia-sia itu. Menghubungi nomor yang sudah tidak akan pernah mengangkat teleponnya.

"Angkat please"

Lirih sekali suara itu. Penuh keputusasaan. Kesesakan yang ia rasakan sekarang benar-benar menyiksa. Menghubungi terus menerus diikuti air mata dan sedikit suara tangisan menghiasi ruang yang tidak begitu luas itu. Tidak diangkat. Tidak akan pernah diangkat. 

Fakta bahwa mereka tiba-tiba asing belum mampu dia cerna baik-baik. Bukankah kemarin masih baik-baik saja? Bukankah kemarin mereka masih saling berbagi cerita lewat telepon? Bukankah kemarin mereka masih berencana ke toko ice cream mengenakan baju couple yang baru tiba Rabu itu? Bukankah mereka masih saling memanggil sayang? Lalu apa yang salah? Apa yang tiba-tiba berbeda sehingga mereka menjadi asing begini?

Pertanyaan-pertanyaan itu selalu terbersit dalam pikirannya membuat tangisnya semakin pecah. Tangisan itu pilu. Siapapun yang melihat gadis itu sekarang pasti akan bersimpati. Sesakit inikah ditinggalkan? Kalau begitu kenapa kamu harus datang? Kenapa kamu harus hadir memborbardir gadis itu dengan ilusi tentang cinta lalu kamu tinggalkan begitu saja dia dengan luka dan perasaan asing di dadanya itu?

Itu adalah hal pertama. Belum pernah demikian.

Gadis itu hilang akal. Mencoba membuka sosial media Instagram dan menghubunginya lewat aplikasi itu. Sedih. Ternyata lelaki itu bukan lagi bagian dari daftar follower. Itu harusnya bukan perkara besar. Tapi kenapa sesakit ini?

Tidak apa-apa. Dia tetap menghubungi, mengetikkan berbagai kalimat untuk meyakinkan orang itu. Tangannya gemetar. Tangisannya tidak kunjung berhenti, hingga dia memutuskan mengirimkan voice note.

" Ayy, please. A-aku gak ada hubungan dengannya. A-aku benar-benar sayang. Cu-cuman sa-sama kamu. Ja-jangan lama-lama perginya"

Ucapannya terhenti karena air mata yang semakin deras. Suara tangisnya bahkan tidak bisa lagi dia tahan. Ahh, bagaimana ini? Dia harusnya menjelaskan bukan malah menangis sesegukan. Tidak. Dia harus melanjutkan kalimatnya, tapi berbicara saja susah. Dia mengambil bantal, meredam tangisnya agar tidak begitu berisik untuk di dengar oleh orang seberang. Atau bisakah dia berharap tangisannya akan membuat dia luluh?

Baiklah. Tangis gadis itu mulai terkendali. Dia mengirimkan lagi. Banyak sekali dia kirimkan ucapan-ucapan sayang. Meski sering terhenti karena tangisan. Terbata dan bisa saja apa yang dia katakan tidak lagi jelas, tapi dia tidak mau dan tidak akan berhenti.

Menunggu balasan dari orang seberang membuatnya was-was. Harap-harap cemas. Apakah dia akan lulu? Apakah bisa?

Dia mengetik...

Lihat, hal kecil itu membuat gadis itu sedikit mengulum senyum meski tidak cocok dengan mata yang sembab dengan basah air mata yang membingkai wajah kecilnya. 

Gak usah vn-vn nangis kayak gitu, gak bakal luluh. Aku bilang gak bisa berarti gak bisa. Baliklah dengan cowok itu, ngapain samaku? Jangan ganggu aku, soalnya aku udah di tempat kerja

Jleb!

Sangat menohok. Ucapan dingin itu menyakitinya. Benar-benar menyakitinya. Bukankah laki-laki itu pernah bilang 'Aku gak mau liat kamu nangis apalagi itu karena aku.'

"Aku nangis Aska. Aku lagi nangis, karna kamu"

Gadis itu berujar sedih. Sangat sedih. Air matanya mengalir, lagi. Terus-terusan keluar. Sejak kapan air mata ada sebanyak itu? Bukankah itu terlalu banyak?  

Tapi apakah dia berhenti? Tidak. Dia tetap melanjutkan usahanya yang sia-sia. Benar-benar sia-sia karena balasan lelaki itu selanjutnya adalah hal yang tak ingin dia dengar.

Berisik! Bisa diem gak? Aku di tempat kerja, tolong ngertiin!

Hanya ketikan. Hanya segelintir kalimat tapi cukup untuk membuat gadis itu membisu. Dia hanya menjawab 'ok' lalu kembali menenggelamkan wajahnya. Bantal yang tidak tau apa-apa itu menjadi saksi betapa sedih dan sesaknya perasaa gadis itu.

Dia menangis tanpa suara. Menatap nanar langit-langit rumah itu. Menatap sedih pada aksur yang pernah lelaki itu pakai. 

"Dia pernah bobo disini"

Gumaman kecil itu membuatnya teringat, pada hari Sabtu, 17 Juni 2023 mereka pergi ke pasar malam bersama adek bungsunya. Teringat bagaimana mereka terlihat seperti keluarga kecil dimana Aska adalah abangnya. Haha. 

Momen itu sungguh seru dan gadis itu akhirnya hanyut dalam ingatan-ingatan mesra dan indah mereka berdua.

*****

Untuk kamu yang lagi di posisi ini, kamu kuat dan pasti bisa lewatin :)


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan Jatuh Cinta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang