Makhluk Seberang Zaman 7

53 14 0
                                    

PUKUL 3 menjelang sore, Kumala sedang berada di ruang rapat kantornya. Yang hadir dalam rapat tersebut hanya tujuh orang, terhitung dengan Kumala sendiri. Mereka adalah para pemegang saham, seorang akuntan dan Pramuda sendiri, pemilik perusahaan tersebut.

Pram selalu didampingi Kumala, karena gadis itu sejak dulu telah dipercaya untuk menjadi konsultan management di perusahaan yang semakin hari semakin berkembang itu. Dalam keadaan seperti itu, Kumala selalu mematikan handphone-nya, supaya tidak terganggu oleh orang-orang
yang ingin menghubunginya.

Kumala selalu memusatkan
perhatiannya pada setiap rapat yang dihadiri, sehingga ia tidak ingin diganggu oleh siapa pun yang memerlukannya atau ingin
menyampaikan kabar padanya. Tapi ternyata ada relasinya yang nekat menerobos melalui handphone-nya Pramuda. Pria lajang itu lupa mematikan HP, sehingga berhasil dihubungi oleh Tante Molly.
Janda kaya pengusaha di bidang perhotelan itu memang kenal dengan Pramuda. Pernah terlibat urusan bisnis bersama Pram.

Lagi pula, Tante Molly tahu bahwa Pramuda adalah orang pertama yang menemukan Kumala Dewi, ketika gadis anak dewa itu turun ke bumi, jatuh ke jalan tol. Tante Molly juga tahu, bahwa Kumala, yang dianggap saudara angkat Pramuda itu memback up perusahaannya Pramuda sampai akhirnya perusahaan itu menjadi besar dan punya nama di kalangan para pengusaha kondang lainnya.

"Sorry, Pram, aku mau mengganggu sebentar."

"Ada apa, Tante Molly?"

"Boleh aku bicara dengan Kumala" Apakah ia ada bersamamu?"

"O, ya, ya, dia ada di sini. Sebentar, Tante."

"Sorry, ya Pram. Soalnya urgen sekali sih."

Pramuda menyerahkan handphone-nya kepada Dewi Ular.

"Tante Molly mau bicara."

Kumala agak ragu menerimanya, tapi Pramuda setengah memaksa dengan lebih menyodorkan lagi handphone
tersebut. Dalam benak Kumala langsung terbayang seraut wajah wanita berusia 40 tahun, tapi masih cantik, gesit dan ulet. Ia pernah beberapa kali membantu Tante Molly dalam menyelesaikan perkara gaib yang melanda di hotel milik Tante
Molly. Termasuk di Mollyta Hotel yang ada di tepi pantai itu.

Memang tak enak hati kalau hubungan telepon itu ditolak
oleh Kumala, apalagi sudah melalui Pramuda terlebih dulu. Maka mau tak mau Kumala keluar dari ruang rapat dan bicara melalui HP tersebut.

"Kumala, kumohon kau mau datang ke hotelku sekarang juga! Aku ada di Mollyta Hotel. Sekarang juga, Kumala."

"Saya sedang rapat, Tante. Nggak bisa ditinggalkan."

"Aduh, gawat deh kalau kamu nggak bisa datang saat ini juga!" terdengar suara Tante Molly agak tegang dan terkesan cemas sekali.

"Memangnya ada apa, Tante?"

"Ada makhluk asing muncul dari perairan pantai dan membuat keonaran di sini, Kumala. Enam mobil dan sebuah cafe telah dibakarnya, entah berapa yang menjadi korbannya. Aku belum sempat memantau. Tapi menurut para pegawaiku, makhluk itu sedang bergerak ke arah hotelku, Kumala."

"Makhluk asing?" alis Kumala mengernyit.

"Tolonglah kau datang demi keselamatan orang banyak, Kumala."

Setelah dipertimbangkan dengan singkat, akhirnya Kumala
memutuskan untuk tetap mengikuti rapat sampai selesai. Tapi ia tidak bisa membiarkan kekacauan terjadi di sekitar wilayah pantai. Maka, jelmaan Jin Layon pun dipanggilnya dengan
kekuatan gaibnya. Buron segera diutus untuk mengamankan Mollyta Hotel dari gangguan makhluk asing itu.

"Tante, saya akan kirim Buron sebagai wakil saya untuk kesana. Setelah rapat selesai, saya juga akan menyusul kesana."

Jelmaan jin yang sering dicemooh sebagai jin usil itu segera berangkat ke wilayah pantai. Sementara itu, konsentrasi Kumala sedikit terganggu oleh penjelasan singkat dari Tante
Molly tentang makhluk asing yang muncul pada saat matahari masih mencorong terang sekali itu.

Diperoleh keterangan, makhluk asing itu muncul dari perairan pantai. Ia berbentuk manusia tinggi, besar, tapi
berekor seperti ekor buaya. Tubuhnya bersisik hijau lumut dengan bentuk dan ukuran tangan serta kaki hampir sama. Kepala makhluk aneh itu mirip sekali dengan kepala seekor naga, tapi tidak bertanduk. Mulutnya agak panjang dan mempunyai gigi runcing menyeramkan. Bola matanya merah
dan sering mengeluarkan kilatan cahaya api yang membakar apa saja yang menjadi sasarannya. Makhluk itu berjalan dengan menggunakan kedua kakinya.

Dalam keadaan berdiri tegak ia mempunyai ukuran tinggi badan mencapai tiga meter lebih, empat meter kurang, ia mempunyai rambut hitam yang panjang dan meriap-riap.
Suaranya mirip seekor singa mengaum. Polisi pantai yang melihat sendiri makhluk itu membakar sebuah cafe dengan cahaya api dari matanya, segera membidikkan senapahnya. Menembaknya beberapa kali. Tapi tidak satu pun peluru yang berhasil melubangi tubuh makhluk
aneh tersebut. Semakin mendengar suara tembakan semakin ganas makhluk itu bertindak Lebih dari delapan batang pohon kelapa ditumbangkan oleh sabetan ekornya yang panjangnya sekitar 7 meter itu.

Tentu saja kemunculan makhluk itu membuat orang-orang yang berada di sekitar pantai lari pontang-panting sambil berteriak histeris. Mereka sangat ketakutan. Kabarnya ada tiga
orang yang terkena sambaran tangannya hingga terlempar
jauh. Tak diketahui apakah ketiga orang itu langsung meninggal atau cedera berat.

Seorang wartawan yang sengaja datang ke tepat itu setelah mendapat kabar dari seorang temannya, nyaris mati tertimpa pohon kelapa sewaktu membidik makhluk aneh itu dari belakang. Sekalipun wartawan itu selamat, tapi agaknya ia harus kehilangan kaki lantaran remuk akibat kejatuhan pohon kelapa yang patah setelah disabet ekor makhluk itu.

Buron muncul di lobby hotel milik Tante Moily. Tempat itu bukan tempat yang asing bagi jelmaan Jin Layon, karena dulu ia pernah ditugaskan oleh Kumala untuk menyelesaikan kasus misterius di hotel tersebut. Bahkan ia sempat terlibat kencan
asmara dengan janda kaya itu. Oleh karenanya, kehadiran Buron yang melalui proses gaib itu segera disambut oleh Tante Molly dengan berapi-api. Perempuan itu segera
menceritakan apa yang telah terjadi secara nyerocos sampai-sampai Buron terpaksa memotong kata-katanya.

"Sekarang di mana makhluk itu, Tante? Tunjuk saja tempatnya, biar aku datang sendiri ke sana."

"Kata orang-orang sih, dia sekarang ada di kolam renang. Tempat itu sedang diacak-acak nya. Berarti sebentar lagi dia akan mengacak-acak hotelku juga, sebab arah gerakannya
kemari."

Jarak hotel dengan kolam renang rekreasi sekitar 300 meter. Tentu saja orang-orang hotel diliputi kecemasan.
Bahkan beberapa tamu hotel segera check-out tanpa pamit lagi demi menyelamatkan nyawanya sendiri.

Sekalipun keamanan hotel berseru berkali-kali agar para tamu tetap
tenang dan menjamin tidak akan ada bahaya, tapi suasana kacau balau yang dipenuhi oleh jeritan di sana sini membuat para tamu hotel merasa tidak perlu mempercayai jaminan
keamanan pihak hotel.

Umumnya mereka pergi dari hotel dengan pakaian seadanya. Semua orang berlari menuju barat, sebab makhluk itu bergerak dari timur menuju barat. Tidak ada seorang pun yang menghiraukan perubahan
misterius yang dilakukan Buron.

Hanya Tante Moly yang mengetahui, bahwa Buron adalah berubah menjadi cahaya kuning berekor seperti komet. Cahaya kuning itu segera melayang cepat sekali menuju ke arah timur.

Weeesss...!

Tante Molly tak akan mampu mengikutinya walau menggunakan mobil. Tapi memang pada dasarnya Tante Molly tidak mau ambil resiko tinggi dengan ikut-ikutan bergerak ke
timur. Ia justru menyuruh sopirnya untuk membawanya ke arah selatan.

"Kita bisa melihat dari menara istana mainan anak-anak itu, Wan. Kurasa dari atas menara sana bisa melihat lebih jelas lagi!" kata Tante Molly kepada Wawan, sopirnya.



****

47. Makhluk Seberang Zaman✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang