2. Tidak Seharusnya

40 4 2
                                    

Dengan nafas tersengal Laticia memandangi pria yang saat ini sedang berbaring dengan merintih kesakitan. Apa pria ini tadi tak sengaja meminum racun? Tidak, kalaupun iya pria itu pasti muntah darah terlebih dahulu.

Mereka sekarang ada di salah satu kamar istana. Setelah bersusah payah membujuk pria itu yang masih setengah sadar, Laticia mendapati seorang pelayan dan memintanya untuk mengantar mereka kesebuah kamar. Apa nanti dia akan terkena gosip? Biarlah.

Masalah yang lebih penting, kenapa pria itu begitu kesakitan? Setelah meminta pelayan itu untuk membawakan handuk dan air hangat Laticia tidak tau harus berbuat apa.

Segera saja dia melepas sepatu pria itu. Pria itu sepenuhnya tak sadarkan diri. Rintihan kesakitan pria itu semakin hebat. Apa ini? Laticia tidak tau pria itu kenapa.

Tak lama pelayan itu kembali dengan apa yang diminta Laticia. "Baiklah, terima kasih. Kau bisa pergi sekarang." Dengan raut wajah ragu pelayan itu meninggalkan ruang kamar itu.

Sebenarnya Laticia sangat takut beredar gosip esok hari. Tapi..

Pria itu tampak lebih kesakitan dari sebelumnya. Tidak, lebih parah, sangat.

Buru-buru Laticia mendekati pria itu. "My lord, sadarlah. Saya akan segera memanggil dokter!" Saat ingin pergi tangannya di cengkram kuat sampai gadis itu merintih kesakitan.

"Tidakk... kumohon jangan.." suara pria itu serak dan berat. Terdengar kasar dibanding sebelumnya.

"Tapi.." dia melihat pria itu menggeleng cepat.

"Tolong.. aku mohon padamu. Tolong kunci pintunya dan pergi dari sini sebelum.. sebelum kesadaranku menghilang.." suaranya benar-benar berbeda sekarang.

Tidak mungkin dia meninggalkan pria yang kesakitan itu sendirian. Sepertinya pria itu sedang menutupi sesuatu. "Tidak mungkin saya pergi meninggalkan anda sendirian. Sekarang! Sekarang anda sedang kesakitan!"

"Argghhh!!! Pergi! Laticia! PERGI DARI SINI! SEKARANG!"

Laticia panik. Dia tak bergeming. Bukan, dia membeku. Dia sangat panik dan ketakutan. Tepat setelah pria itu berteriak tubuh pria itu mulai berubah.. membesar? Apa itu? Kenapa pria itu berubah?

Tubuh Laticia lemas dan menyusut kelantai. Dia menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Tok tok tok!

Terdengar suara pintu diketuk ringan. Siapa itu? "Nona.. apa anda baik-baik saja tidak membutuhkan bantuan saya?"

Tidak! Itu pelayan tadi. Laticia segera berlari kearah pintu. "Tidak! Aku baik-baik saja. Jadi kumohon! Ku mohon kau segera pergi dari sini!" Dengan segera Laticia mengunci pintu itu.

Dia tidak perduli apa besok dia akan jadi bahan gosip atau tidak. Yang lebih penting sepertinya dia harus melindungi reputasi sang Marquess!

☆☆☆☆

Di aula pesta, masih meriah padahal ini sudah lewat tengah malam. Kaisar dan permaisuri juga sudah tidak ada di tempat. Mau bagaimana lagi. Acara yang dilakukan sekali setahun itu tiba-tiba di percepat karena suatu alasan.

Padahal kaisar juga sudah meminta putra mahkota agar tidak memajukan tanggal acara. Tapi, entah mengapa hal itu malah membuat putra mahkota penasaran. Apa alasan yang membuat ayahnya sampai memohon padanya sampai segitunya?

Derix sejak tadi berkeliling aula, tapi tiba-tiba dia tidak melihat seseorang. Sekarang Derix tengah menghampiri kerumunan para ibu. "Selamat malam para nyonya sekalian." Ucapnya ramah.

Mereka semua bersamaan memberi salam pada keturunan kekaisaran itu. "Selamat malam, yang mulia. Pesta malam ini begitu meriah dan ramai dibanding tahun sebelumnya." Salah satu nyonya membalas sapaan Derix.

The Tale of Marquess Russel |Rahasia Terbesarmu| [Renkyung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang