01.

452 24 3
                                    






Menceritakan tentang perjalanan bangsa vampire untuk merebut suatu wilayah dan juga buku yang berharga dari bangsa serigala. Namun, perebutan itu tidak terlaksana, lebih tepat nya di batalkan, lantaran dua putri dari pemimpin vampire jatuh cinta kepada dua keturunan serigala sejak mereka bertemu melawan satu sama lain.

Bangsa vampire pun mengajukan permintaan damai kepada bangsa serigala, awal nya di tolak. Tetapi, bangsa serigala juga tak betah jika harus berlama-lama bermusuhan dengan bangsa vampire. Selang beberapa tahun, bangsa serigala menerima permintaan itu, mereka akhirnya hidup penuh kedamaian.

Terkecuali untuk perjalanan cinta yang di rasakan dua putri vampire dan dua keturunan bangsa serigala. Mereka harus menjalani beberapa rintangan di dalam nya, bahkan jauh sebelum mengenal satu sama lain mereka sudah diuji bersama oleh takdir.

Dan, ada sesuatu di dalam buku yang di sembunyikan oleh beberapa serigala sesepuh, bahkan tidak semua serigala mengetahui keberadaan buku itu. Isi dari buku tersebut akan menyelamatkan hubungan dua putri vampire dan dua bangsa serigala, serta orang-orang yang akan berperang melawan vampire-vampire yang menolak berdamai.

⸦⸧۫⸦⸧ׅ⸦⸧۫

"Woi!!"

Gadis yang sedang duduk bersantai di depan rumah nya pun terperanjat mendengar teriakan dari arah belakang, ia melihat siapa yang berani mengganggu waktu santai nya.

"Duduk aja lo kak? Kenapa ga gabung ke markas?" tanya gadis lain yang ikut duduk di kursi samping.

Séara Karel Khanzara, atau kerap kali di panggil Ara. Ia memutar bola mata nya malas, enggan menjawab pertanyaan sang adik ia pun langsung berdiri hendak memasuki rumah.

"Kak, lo jangan terlalu santai di rumah. Bangsa vampire udah berani masuk ke wilayah bagian timur, mereka menyerang dengan cara diam-diam." tutur sang adik.

Azéera Karel Shafaza atau kerap kali di panggil Zee, ia mengerutkan kening nya memikirkan bagaimana bisa bangsa vampire melarang perjanjian yang telah di biar oleh sesepuh mereka.

Ara membalikkan badan nya, ia menghela nafas.
"Emang nya gue bego apa? Gue diem aja di rumah itu lagi bikin taktik buat nyerang balik bangsa vampire." balas Ara sedikit kesal.

"Dan juga, keliatan nya emang gue nyantai banget. Tapi otak gue nih yang mau meledak mikirin ini itu." lanjut Ara, ia memutuskan untuk duduk kembali.

Zee menganggukkan kepalanya, ia sedikit bingung dengan jawaban kakak nya.
"Tinggal serang, apa susah nya kak?"

Ara kembali menghela nafas, ia menatap malas kepada adik nya.
"Lo pikir nyelonong nyerang gitu aja tuh bakalan menang? Justru kalau nyelonong gitu aja ya bakalan kalah, ck!"

"Lo vampire bukan sih?" tanya Ara kepalang kesal.

Zee memamerkan deretan gigi nya.
"Sorry dah kak, gue kan belum ngerti ginian."

"Ajarin dong puh sepuh" celetuk seseorang.

Seseorang itu muncul tiba-tiba dari arah hutan belakang rumah Ara, mereka tak terkejut karena sudah menjadi kebiasaan saat berada di rumah. Tidak untuk di luar rumah.

"Ci gre" gumam Ara dan Zee bersamaan.

Gracia Karhan Alvéro, ia tersenyum melihat kedua adik nya menatap ke arah dirinya yang baru saja datang membawa sebuah baju.

"Itu bawa apa ci?" tanya Ara penasaran.

Gracia memperlihatkan sedikit bagian atas baju tersebut, baju atas nya berwarna merah dan celana nya berwarna hitam, di lengkapi dengan jubah di belakang nya.

"Ini keren! Dapet dari mana? Dan buat siapa?" tanya Zee beruntun.

Gracia tersenyum, sedetik kemudian senyuman nya luntur ketika mengingat pesan ayah nya.

"Séara, Azéera" panggil Gracia.

Mendengar sebutan itu, keduanya langsung berdiri dan menatap mata Gracia.

"Kenapa?" tanya Zee.

Gracia menyerahkan satu baju kepada Ara, dan satu lagi kepada Zee. Ia menghembuskan nafas nya secara kasar.

"Besok pagi-pagi, kalian ga usah ikut kegiatan manusia. Bangsa vampire akan kembali menyerang semua tempat yang kita kuasai. Gue harap lo berdua udah siap untuk menahan serangan ke berapa kali nya." tutur Gracia.

"Dan untuk lo, Azéera. Lo cukup perhatikan dari atas saat penyerangan di mulai siapa tau ada yang masuk dengan cara diam-diam." lanjut Gracia.

Ara dan Zee mengangguk patuh, dan ketiga nya berpencar ke arah yang berbeda. Ara menuju kamar nya dan memakai seragam berlatih, Zee menuju kamar nya dan mencoba pakaian yang diberikan oleh Gracia, sedangkan Gracia menuju markas mereka di tengah hutan.

Hari mulai gelap, kedua saudara kandung tengah bersiap untuk menuju markas mereka. Panggilan yang di tujukan kepada mereka terdengar di telinga masing-masing, mereka mempunyai obrolan batin. Di setiap serigala pun memiliki nya.

Ara menyeringai mengeluarkan taring tajam nya, ia menatap Zee sekilas, menganggukkan kepala dan langsung melesat ke dalam hutan.

Sedikit informasi, kedua orang tua mereka entah pergi kemana meninggalkan dua anak mereka yang masih membutuhkan posisi orang tua waktu itu. Yang pasti, kedua orang tua dari Ara dan Zee adalah bangsa serigala juga karena sejak lahir Ara dan Zee memiliki mata berwarna merah serta biru, dan taring yang sangat tajam.

Mereka di angkat menjadi anak oleh sesepuh serigala yang kuat, mereka juga di beri kekuatan sejak kecil nya, entah kekuatan apa.

Posisi Gracia berada di markas dalam, ia sedang berbincang dengan salah satu sesepuh serigala. Yaitu ayah nya sendiri, Gracio Alvéro Harlan.

"Latih ketiga adik kamu dengan benar, jangan sampai besok pagi mereka lengah sedikitpun, Gracia." pesan Cio kepada anak nya.

Gracia mengangguk.
"Oke pah, Gracia lakukan."

"Izin pamit pah."

Cio mengangguk tanda mengizinkan anak nya pergi dari hadapan nya, ia tersenyum melihat anak kedua nya yang baru saja datang membawa dua kakak nya.

"Papah, Adel boleh bawa mereka ke kawasan bagian selatan? Mereka besok pagi di tugaskan di sana kan?" ucap Adel, adik dari Gracia.

Adelia Reva Alvéro, adik dari Gracia itu menatap kepada papa nya.

"Langsung inti nya buset" gumam Zee pelan.

Cio tak segera menjawab pertanyaan Adel, ia beralih menatap Ara dan juga adiknya, Zee.

"Kalau Séara boleh aja, tapi kalau Azéera? Dia Udah siap emang nya?"

Adel melihat kepada Zee, ia mengangkat kedua alis nya menunggu jawaban dari gadis itu.

Zee mengangguk mantap, ia menatap balik tatapan Adel sekilas, dan beralih menatap Cio.

"Zee siap kok, bahkan udah siap untuk bertarung melawan bangsa vampire." Jawab Zee.

Adel dan Ara tersenyum tipis, mereka menatap Cio dengan tatapan biasa.

"Bagus, persiapkan diri dan berlatih lah bersama kakak kalian di bagian selatan."

"Baik!" Jawab ketiga nya kompak.

Adel, Ara dan Zee langsung melesat menuju kawasan selatan yang dimana ada Gracia juga yang sedang berlatih.

Cio tersenyum manis melihat ketiga nya melesat begitu saja, ia menunduk sekilas.
"Semoga mereka selalu bersama..."

⸦⸧۫⸦⸧ׅ⸦⸧۫




Lanjut?

Gue baru nulis cerita wattpad, gue harap bisa lanjutin dengan baik.

See you.

Oh ya, jangan panggil author dan sebagainya. Panggil aja gue Ar atau Sya.

DUNIA S & DUNIA VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang