00

13 1 4
                                    

Semuanya berakhir.

Hanya itu yang dapat menggambarkan situasi rayna saat ini. Pandangannya kosong menatap lurus pada pantulan dirinya di cermin. Membiarkan saja beberapa orang yang sedang merias dirinya sedemikian rupa. Menahan mati-matian bulir bening yang siap jatuh kapan saja.

Ini kah akhirnya? Akhir dari kisah kisah bahagianya?

Tanpa bisa dia tahan lagi, buliran bening itu luruh. Membuatnya harus meminta maaf kepada perias tersebut karena telah merusak hasil riasannya, dan harus kembali memperbaiki riasan tersebut.

'setelah menyelesaikan semua ini, mari hidup bersama' adalah satu kata yang terus berputar di kepala rayna tanpa henti.

'kenapa harus berakhir seperti ini?'

.
.
.
.
.

Untuk pertama kalinya, rayna menapakkan kakinya pada hunian barunya. Rumah bak istana besar nan megah di hadapannya saat ini tampak siap menyambut kedatangannya dengan segala kemeriahan dari seluruh keluarga dan para tamu lainnya.

Melihat itu hatinya kembali tercubit. Pantaskah dia mendapatkan semua ini? Pantaskah dia di perlakukan sedemikian rupa baiknya?

"Aku tau ini pasti berat, tapi ku mohon...percayalah padaku" Bisikan itu mengalun halus dari rungu rayna, disusul dengan genggaman pada tangannya yang mengerat. Seakan mengatakan semua akan baik-baik saja, dan menguatkan hatinya.

Rayna mendongak, menatap lurus manik sosok yang lebih tinggi. Tatapannya dalam dan menenangkan, namun malah semakin membuat hatinya bergemuruh.

"Dan lagi, tersenyumlah" lanjutnya.

Mau tak mau, rayna mulai mengembangkan senyumnya. Berjalan beriringan dengan pria yang telah sah menjadi suaminya. Tak lupa menyambut dengan hangat sapaan dan keantusiasan para tamu disana.

.
.
.
.
.

"Ini sudah hampir larut" rayna tersentak mendengar nada dingin yang terucap dari seseorang yang baru saja memasuki kamar.

"Kenapa kau masih terjaga?"

"A-aku..., maaf saya belum merasa mengantuk" jawab rayna tergugu.

"Tidur karena kau harus istirahat, bukan hanya karena kau mengantuk, jangan sampai kau sakit selama masih ada aku"

"Ba-baik, maaf sebelumnya"

"Dan lagi, tidak perlu terlalu formal, aku adalah suamimu sekarang" jelas pria itu lembut.

"Iya?" Lirih rayna ragu. Membuat nathan yang mendengar menyimpulkan senyum teduhnya. 

"Hmm.... seperti itu, aku menyukainya" ucap nathan. Dan turut naik ke atas ranjang yang sebelumnya sudah di singgahi rayna.

Lama diam dalam posisi yang saling membelakangi satu sama lainnya. Rayna pikir jika nathan sudah terlelap dalam tidurnya, sebelum sebuah suara kembali mengudara, dan pelakunya adalah nathan.

"Maaf, aku tau kau tak menginginkan pernikahan ini, dan membuat dirimu dan kekasihmu harus berpisah..."

Rayna diam tak menyahut, membiarkan nathan kembali melanjutkan ucapannya "tapi aku mohon...untuk kedepannya, tolong bersikap sebagaimana mestinya, maka aku juga akan membantumu kembali bersama cintamu yang sebenarnya"

Merasa tak ada sahutan, nathan hanya menghela nafas dan kembali beranjak dari ranjang. Tak lupa dia juga membawa bantal dan mengambil selimut dari lemari. Dia lebih memilih untuk tidur di sofa. Takut jika rayna merasa tidak nyaman atas dirinya. Bagaimana pun pernikahan mereka adalah ulah keluarga mereka, dan dia sangat tau jika rayna sangat keberatan dengan hal ini.

Dia tak ingin memaksa rayna untuk mencintainya, meski secara sah dia sudah menjadi istrinya. Dia tau hati wanita itu tidak berlabuh padanya.

"Selamat malam, semoga mimpi indah" ucap nathan mengakhiri malam itu. Meski dia tak yakin jika rayna masih terjaga dan akan mendengarnya.








To be continue....

Yuhuuuuu...

Akhirnya aku up iniii😭😭🤏🏻



Dear Nathan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang