*
Hidup selama beberapa tahun di jalanan. Mengemis, mengais sampah, dan mengharapkan sisa, tetapi setidaknya ia tidak pernah berpikir untuk mencuri. Hidup dalam penuh kesengsaraan, di cemooh, di buang, dan selalu di anggap remeh oleh orang-orang di sekitarnya, itulah (Name).
Ia duduk di samping sebuah kedai yang selalu ramai setiap harinya, mengharapkan sisa dari orang-orang yang keluar dari restoran, mengambil apa yang masih bisa di makan oleh perut kecilnya yang selalu berbunyi setiap saat.
Menatap ke arah jalan setapak yang berada tidak jauh darinya, melihat sebuah keluarga kecil yang berjalan dengan penuh kebahagiaan. Ia menghela napas dan menatap ke arah kedua kakinya yang berwarna coklat bercampur dengan pasir, tanah, dan lumpur. Entah sudah berapa lama waktu berlalu, ia tidak pernah tahu siapa kedua orang tuanya, dan siapa identitas dirinya.
Ia hanya memiliki sebuah liontin kecil bertuliskan namanya, (Name). Tidak pernah sedikitpun terlintas perasaan dendam kepada orang tuanya, kalaupun memang kedua orang tuanya masih hidup, ia hanya berharap bisa menemui mereka dan mencari tahu siapa mereka, ia tidak bisa merasa marah, mungkin ada tetapi itu dulu.
Jauh saat ia masih belum bisa menerima keadaannya, jauh sebelum beberapa tahun yang lalu saat neneknya meninggal. Ia bahkan tidak tahu, apakah wanita tua itu benar-benar neneknya yang menjaga dirinya? Ataukah wanita tua itu hanyalah seorang nenek dari antah berantah yang memungut dirinya karena kasihan? Andai saja ia bisa tahu, tepat sebelum wanita tua itu harus mati karena melindungi dirinya.
(Name) selalu berpikir bahwa ialah yang membawa kesialan. Merasa begitu kecil dan menjijikkan, tidak pernah sekalipun ia menghargai dirinya sebagai sosok yang bisa membantu ataupun melindungi orang lain. Saat neneknya masih hidup, ia hanya berpikir bahwa wanita paruh baya tersebut dapat menemani dirinya juga sampai tua nanti namun, angan-angan kecilnya di masa lalu hanyalah sebuah imajinasi dari isapan jempolnya.
Semakin ia bertumbuh, semakin ia sadar bahwa semuanya tidak akan bertahan dengan lama, akan ada saat dimana semuanya akan berakhir.
Pintu kedai terbuka, terlihat sepasang sejoli tengah bercumbu seolah-olah tak memiliki malu. Beberapa orang hanya akan berdecak kesal, beberapa lainnya akan memberikan nasehat dan mengujarkan kata 'tidak sopan'. (Name) yang melihat hal tersebut hanya menghela napas lelah, lingkungan di sekitarnya tidak seramah dan seindah yang ia pikirkan.
Ia hanya tinggal di sekitar orang-orang yang memiliki harta, kedudukan, keluarga, dan orang-orang yang di penuhi cinta serta kemunafikan. Matanya mengarsir area lain, menatap ke arah seorang pria yang tengah berjalan ke area pembuangan sampah untuk membuang sisa makanan yang baru saja ia makan tadi.
Berjalan ke dalam gang, lalu membuang bungkusan tersebut dan berbalik pergi menuju arah lain. Melihat hal tersebut, (Name) langsung berjalan ke arah tong sampah dan mencari sisa makanan tadi tetapi, sebuah pintu kayu di samping tempat sampah terbuka. Terlihat seorang peia yang menjual roti dengan celemek putih miliknya yang memiliki sisa adonan, ia menatap ke arah (Name) yang membeku karena kaget akan kehadiran pria tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Prince and His Stupid Witch (Scaramouche x F!reader)
FanfictionFanfiction Genshin Scaramouche x F!reader * Menjadi seorang penyihir memanglah hebat, tetapi bukan berarti tidak banyak hal yang terjadi dalam hidup. Bersusah payah menutupi jati diri dari beberapa orang, hidup dalam aturan, dan terasa seperti diang...