Part 5

19.4K 476 10
                                        

Tawaran Rafael terus terngiang-ngiang dibenak Friska. Kemarin, ia sudah menolak tawaran itu karena Friska terdengar seperti menjual diri. Friska tidak mau meskipun Rafael bersusah payah meyakinkannya bahwa pria itu hanya butuh kepastian jika Friska tidak akan meninggalkannya.

Friska merasa sangat beruntung dicintai pria sebaik Rafael. Meski dulu kerap beredar kabar pria itu seorang playboy ulung, Friska mulai percaya bahwa semua itu bohong. Rafael sangat baik dan setia, bukan playboy bajingan seperti ucapan banyak orang.

"Kak." Friska menoleh mendengar suara Marcell dari belakang. Adik kecilnya yang berwajah pucat itu masuk ke dalam kamarnya dan duduk di hadapan Friska yang sedang mengerjakan tugas di depan laptop.

"Ada apa Marcell? Kamu sakit?" Marcell menggeleng, pria kecil itu menghembuskan napas berat, membuat Friska sangat iba karena Marcell kerap terlihat sulit bernapas.

"Nggak Kak. Tapi, eeehm, tapi, ada biaya disekolah untuk kegiatan alam besok."

"Kegiatan alam?"

"Iya, berkemah dibelakang sekolah. Di sana kan ada kebun, kemahnya di situ."

"Memangnya kamu mau ikut? Nanti kalau pingsan kayak kemarin gimana?"

"Nggak kok Kak. Aku udah sehat. Marcell pengen ikut karena semua teman-teman Marcell juga ikut."

"Kamu yakin?"

"Yakin, Kak."

"Ya udah, hati-hati. Kalau nggak enak badan, cepet-cepet ngomong sama Bu guru, biar kakak segera ke sana."

"Ya, Kak."

"Berapa biayanya?"

"Seratus ribu."

Friska meraih dompetnya dan menarik uang seratus ribu kemudian memberikannya pada Marcell. Adiknya itu langsung tersenyum sumringah dengan wajah pucatnya. Friska mengelus rambut Marcell, merasa iba dengan nasib adiknya itu.

"Makasih, Kak. Aku bayarkan dulu, biar nanti di catat sama Bu guru."

"Bu guru jam segini masih ada di sekolah."

"Masih, Kak. Ada beberapa yang masih di sana buat nata kegiatan besok."

"Ya udah, hati-hati. Nggak usah lari-lari."

"Oke, Kak." Marcell berdiri kemudian keluar dari kamar Friska dengan wajah gembira. Sejujurnya Friska merasa khawatir dengan kondisi kesehatan Marcell. Namun, untuk melarangpun Friska tidak tega. Marcell tipe anak yang aktif berkegiatan, sayangnya terbentur dengan kondisi badan. Friska hanya bisa berdoa dalam hati, semoga acara Marcell berjalan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan adik kecilnya itu.

**

Friska berkutat dengan tugas kuliah yang tak kunjung habis. Kesibukannya sebagai guru private dan asisten dosen membuatnya nyaris tidak bisa istirahat. Kuliahnya di jurusan managemen keuangan juga tidak mudah. Friska benar-benar harus menguras tenaga dan pikirannya.

Ia sejenak beristirahat untuk menenangkan otaknya. Friska berjalan menuju kantin untuk makan. Ia takut juga kalau sakit dan tidak bisa mengerjakan semua tugas-tugasnya. Tanggung jawabnya banyak, tidak ada waktu untuk sakit sekarang.

Friska menandaskan satu mangkuk soto ayam dan segelas jus jeruk. Perutnya kenyang dan ia bersiap mengerjakan tugas-tugasnya lagi. Semakin ditunda, pasti akan semakin menumpuk dan Friska pasti akan kelelahan.

Ketika ia berdiri dan berniat kembali ke perpustakaan, ponselnya tiba-tiba berdering nyaring. Friska segera mengangkatnya karena panggilan itu dari gurunya Marcell. Firasat Friska tidak baik setiap guru adiknya itu menghubunginya.

My Ex Slave (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang