(Tidak diedit / non-edited)
Terbit oleh Teorikata
- Para Korban Friendzone -
Salah satu murid SMA Bangsa Indah yang bernama Lyn Francose Adelson telah bersenang-senang bersama teman-temannya. Walaupun satu angkatan, mereka selalu tidak dipertemukan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Toxic warning ⚠️
•••••••
Perkenalkan, namaku Lyn, Lyn Francose Adelson. Aku berasal dari keluarga Adelson, keluarga yang keras. Pada saat aku mulai menduduki bangku SMA kelas XII, aku langsung mengakrabkan diri dengan teman-teman. Teman-teman yang lain telah berteman denganku sejak satu tahun lalu hingga kini. Aku mulai memperkenalkan teman satu aku pada temanku yang lain. Dengan harapan, mereka bisa menjadi kelompok yang besar dan terkenal.
Parkojon merupakan sekelompok anak-anak SMA Bangsa Indah kelas XII yang memiliki tujuh anggota. Kelompok yang berawal dari salah satu temanku yang bernama Reyna membuat grup WhatsApp menjadi kelompok yang beranggotakan tujuh orang. Berawal dari anggota yang hanya berjumlah tiga orang-aku, Reyna, dan Alice, menjadi kelompok beranggotakan tujuh orang.
Mereka satu frekuensi denganku. Maka dari itu, aku mudah mengakrabkan diri dengan mereka. Dengan usaha, aku akhirnya mendapatkan teman setelah beberapa tahun tidak mendapatkannya. Selama aku hidup, selama aku bersekolah, aku tak pernah mendapat teman. Namun, aku kini telah mendapatkan sekelompok teman bernama Parkojon. Walau Parkojon terbentuk selama dua tahun lamanya, aku bertahan Parkojon tak akan bubar.
Akan tetapi, harapan itu pupus, mengingat bahwa tahun ini merupakan terakhir Parkojon bertahan. Setelah itu, Parkojon akan bubar dan fokus pada masa depan masing-masing anggotanya. Tetapi, keberadaan Parkojon selalu membuat ingatan tentang kebubaran Parkojon seketika menghilang.
Seperti saat ini, Parkojon tengah berkumpul bersama di satu kelas. Parkojon yang beranggotakan tujuh anak-kurang satu asyik berbincang di dalam kelas. Satu anak anggota selalu menempati kelas yang berbeda dengan enam anak lainnya. Hal itu yang membuat Parkojon selalu kecewa, termasuk aku.
"Kepala dia buntung gitu."
"Iya kasian ceweknya, ditinggal pulang duluan sama sayangnya."
"Suami gua!!"
Parkojon kini sedang membahas anime yang sedang terkenal di media. Kita bercanda tawa sampai perut mereka kram membuat aku merasa mereka adalah obat. Obat penenang ketika sedang di sekolah. Namun, saat aku berada di rumah, aku kembali dihujani perasaan yang mencengkram. Perasaan yang dari dulu aku rasakan semenjak aku duduk di bangku Sekolah Dasar. Rasa bersalah terus menyerang.
"Woy, suami gue juga!" selaku yang baru saja datang menghampiri teman-temanku. Dengan santainya, aku duduk di samping Alice. Tak terima dengan Evelyn yang menjadikan bahwa husbu-nya merupakan suaminya.
"Heh! Enak aja! Suami gw atu-atunya." Evelyn tiba-tiba menarik kerahku.
Aku yang tadinya duduk kini langsung berdiri. Mengadu mulut dengan orang yang banyak bicara ketika bersama Parkojon.