Ada sebuah pemikiran menakutkan yang menghentikan setiap langkahmu. Kamu takut salah. Kamu takut menjadi memalukan. Kamu takut menjadi tawa bagi orang-orang.
Hei, betapa berat harimu dahulu. Sampai-sampai membuatmu trauma untuk membuka patah kata. Apa yang membuatmu demikian? Mungkinkah kamu terbiasa terbungkam? Mungkinkah kamu terbiasa dibungkam? Atau memang sepanjang hidupmu memang senantiasa terjebak dalam keterbungkaman? Hidupmu menyedihkan.
Masa lampaumu tidaklah berat. Masa kanak-kanakmu berlalu meninggalkan kenangan buruk. Meskipun, banyak hal yang lebih buruk.
Hai, kamu kecil. Sungguh kasihan. Kamu tumbuh sebagai manusia pemalu. Tapi orang-orang sekitarmu mendukungmu untuk terus menumbuhkan pemalumu.
Hei, kamu berhasil tumbuh dewasa. Kamu bukan lagi anak pemalu. Kamu si pemberani. Bukankah demikian?
Tapi pemalumu masih membekas, tak pernah hilang. Betapapun kamu mengelak, berusaha percaya diri dan bangkit. Tapi rasa pemalu itu sejatinya masih merongrong di dasar jiwamu.
Hidupmu sekarang telah berubah. Kamu hidup di dunia yang semakin keras. Apa jadinya jika si pemalu terus muncul tanpa bisa kamu kendalikan?
Ada banyak berita kebenaran yang kamu tahu. Tapi keraguan menjejakmu untuk tetap diam. Ada banyak cerita lucu yang bisa kamu keluarkan. Tapi ketakutan menyatukan mulutmu tanpa kesempatan.
Kalau nasihat dilemparkan padamu, jangan malu. Kamu tidak akan pernah maju jika tak mencoba hal baru. Keberhasilan dilalui setelah mereka menjejak kegagalan. Jika kamu ragu mencoba karena malu saat gagal. Jenis keberhasilan apa yang kelak akan kamu petik?
Tapi siapa nasihat itu? Tiada berhak menuturimu. Bahkan nasihat pun tidak memiliki hak untuk menghakimimu. Sebab semua ada pada kendalimu. Apa yang kau inginkan, di dasar lubuk hatimu terdalam, itu lah yang akan kau lakukan. Tak perlulah nasihat apik dari orang-orang. Kamu sudah cukup dewasa. Untuk menasihati dirimu sendiri.
Mulutmu menasihatimu. Dengan pepatah yang demikian menyayat. Penuh hikmah. Tapi sayang hatimu tertutup. Maka sia-sialah nasihat itu. Dan kamu tetap hidup dalam keraguan. Tak ada keteguhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerugut Sebuah Mulut
Ficção GeralSebuah Mulut Merekah senang dengan kebahagiaan seorang kawan Mengatup penuh sedih dalam tatap simpatinya Sebuah Mulut Terbungkam menatap kebahagiaan diri Terkunci rapat untuk menangisi kesedihan sendiri