(flashback off)
Ibu Ren menatap nanar berkas-berkas yang ada di genggamannya.
Ren terduduk di kursi makan, menundukkan kepala. Di atas meja juga terdapat obat-obatan yang baru saja ia tebus saat kontrol.
"Kaa-san perlu bicara dengan Abe-sensei."
Mendengar nada bicara ibunya yang tidak biasa membuat Ren langsung memerhatikan ibunya.
"Untuk apa Kaa-san? Berkas-berkas itu kan sudah menjelaskan semua."
"Jelas, tapi tidak bisa Kaa-san terima Ren!" Ibu Ren mengatur napasnya.
"Kamu ... Berobat sebulan sekali selama setahun ke Abe-Sensei itu untuk sembuh, Ren! Bukan malah nambah penyakit!"
"Kaa-san, Abe-sensei kan juga dari dulu sudah menjelaskan kemungkinan terburuk dari penyakitku."
Ibu Ren terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. "Terus maksud kamu, Kaa-san harus terima anaknya sakit parah? Dan ..." Ibu Ren gelagapan untuk sekedar melanjutkan kata.
"... Penyakit ini tidak mungkin tiba-tiba ada begitu saja kan? Pasti ada yang kamu rasakan! Kenapa kamu sembunyikan?!"
Ren kembali menundukkan kepalanya. Ibunya mendekat dan memegang kedua lengan Ren.
"Kamu tidak ingat apa yang terjadi terakhir kali padamu?! Kamu pingsan karena autoimun! Kamu tidak belajar dari itu semua? Kenapa, kenapa kamu tidak beritahu apa yang kamu rasakan?!"
Sang ibu tidak kuat menahan tangis. Ren refleks membantu ibunya untuk duduk di meja makan itu.
"Kaa-san ..." Ucap Ren masih merengkuh kedua bahu ibunya.
"Ren ..." Ibu Ren memegang lengan kanan Ren.
"Aku itu ibumu Ren!" Setetes air mata lainnya membasahi pipi Ibu Ren. "Aku itu ibumu kan, Meguro Ren?!"
"Kaa-san ..." ucap Ren, tangisnya juga ikut pecah. Ia langsung menyandarkan kepalanya pada pundak sang Ibu. Menumpahkan semua keresahan yang telah ia sembunyikan.
Selama setahun ia menjalani pengobatan autoimun tanpa mengeluhkan apapun. Tapi kali ini ia tidak bisa lagi.
"Ren ... Maafkan Kaa-san ya?" Ibu Ren berusaha untuk bersuara di tengah isakan. Membuat Ren menatap bingung, kenapa ibunya itu malah harus minta maaf?
"Pasti ada yang salah dari Kaa-san ... Entah itu asupan makanan yang Kaa-san berikan, atau pola hidup. Atau dari faktor genetik yang Kaa-san juga tidak tau dari siapa. Andai Kaa-san bisa--"
"Kaa-san ..." Ucap Ren. "Tidak ada yang salah dari Kaa-san ... Mungkin ini memang garis takdir yang harus aku jalani."
"Ren ..." Ucap sang ibu, ia memeluk Ren dan mengusap-usap lengan atasnya.
Hanya suara tangisan memenuhi ruangan.
"Ren, lihat Kaa-san."
Ren mengikuti ucapan ibunya.
"Kaa-san sayang sekali dengan kamu ..." Sang ibu menghapus jejak air mata yang ada di pipi Ren. "Kaa-san tidak mau kamu mengalami kesulitan ... Kaa-san janji, kamu pasti sembuh! Kaa-san akan semangat dan kuat bantu kamu untuk melawan penyakit ini. Kamu bantu Kaa-san ya? Kamu juga semangat ya?"
Ren mengangguk. "Ha'i ..." Lalu ia kembali menyandarkan kepala kepada ibunya.
***
Ren memasuki ruang kamar dan menutup pintunya. Ia berdiri cukup lama dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kotoba
Fiksi Penggemar" ... Kenapa setelah tiada, semua tumpah? Meluap tidak terkendali. Aku, dengan rangkaian kata sederhana ini, tidak ingin menyesal." *** Meguro Ren, siswa SMA yang ingin menjalani hidup dengan penuh apa adanya sejak mengetahui bahwa waktu yang ia pun...