fatamorgana

1 0 0
                                        

Nazea berdiri tepat didepan kaca, ia menatap dirinya yang saat ini mengenakan dress selengan berwarna putih.

kaki kecil nya melangkah menuju keluar kamar untuk menemui keluarganya yang sudah menunggunya. Sesuai ucapan ayahnya, hari ini ia akan ikut ayahnya untuk menghadiri acara bisnis ayahnya.

"sudah siap? kita berangkat sekarang."

sore itu mereka berangkat menuju sebuah restoran yang dimana sudah di reservasi khusus pertemuan bisnis, katanya?. Nazea menatap jalanan sore hari yang masih ramai orang berlalu lalang, ia menurunkan sedikit jendela mobilnya, menikmati angin sore yang begitu sejuk.

sudah sekitar 35 menit berlalu, kini mereka sampai di restoran uang bernuansa putih itu, Nazea tersenyum ketika melihat restoran yang sangat indah seperti itu, ia merasa nyaman melihat sesuatu yang bernuansa putih.

mereka disambut dengan ramah ketika memasuki restoran itu, di antar untuk menuju ruangan, Nazea berdiri didepan pintu berwarna putih dengan list hitam yang bertuliskan VIP, pintu ruangan terbuka terlihat 3 orang yang di sebutkan ayahnya sebagai rekan bisnis?.

ketika Nazea melangkahkan kakinya lagi, ia terdiam di tempatnya, benar benar terdiam. Tatapan yang selalu menghantuinya kini tepat menatap matanya saat itu, Nazea menarik nafasnya panjang menandakan bahwa ia gugup saat itu.

"Jea? sini nak," panggil ayahnya.

orang yang sedari tadi ia tatap matanya kini mengalihkan pandangnnya ke arah lain, Nazea berjalan menuju kursi kosong di sana, tepat di sebelah ibu tirinya. Nazea tersenyum pada wanita yang ia tebak juga seumuran dengan ibu tirinya, lalu menatap ayahnya seakan-akan bertanya, bisnis? apa maksudnya sekarang?.

"makan saja dulu ya, nanti baru kita bahas."

Rajash, lagi-lagi menatap mata Nazea dengan penuh arti, entah apa artinya tapi itu sangat mengganggu Nazea saat itu. Ya betul, orang yang berhasil membuat Nazea terdiam tadi adalah Rajash, menjadi pertanyaan bagi Nazea, pertemuan bisnis ini adalah dengan keluarga Rajash?.

Nazea melihat seluruh orang mulai menyantap makanannya, obrolan bisnis antara ayahnya dan ayah Rajash tidaklah asik bagi Nazea, ia merasa terganggu karena beberapa kali tatapan sinis Rajash selalu saja menatap tepat ke arah matanya.

tidak bisakah Rajash menutup matanya saja? Nazea bingung mengapa lelaki itu selalu menatap sinis dirinya, sedangkan ketika menatap orang lain Rajash tidaklah sesinis itu. Apakah Nazea memiliki kesalahn yang tidak ia ketahui?, begitu banyak pertanyaan yang keluar dari pikiran Nazea saat itu.

"anak kamu sudah di beri tahu belum Pak Nazion?," tanya ayah Rajash di selah-selah obrolan mereka.

ayah Nazea menggeleng kecil lalu mengambil tissue untuk membersihkan mulutnya dari sisa sisa makanan. Ia menatap putrinya yang duduk di hadapannya saat itu, lalu beralih menatap ayah Rajash, atau tepatnya pak Dean.

selama menyantap makanan mereka, Nazea hanya berdiam diri tanpa berkutik sedikit pun, ia merasa terganggu karena saat itu Rajash selalu menatap dirinya tanpa henti. Nazea menghela nafasnya karena tidak memahami percakapan para orang dewasa yang membahas tentang bisnis.

"Jadi seperti ini Nazea, saya sama orang tua kamu sudah sepakat untuk suatu hal," ujar ayah Rajash tepatnya Dion.

Nazea menatap Dion dengan tatapan yang penuh tanda tanya.

"Kamu sama Rajash anak saya, kami berniat untuk segera mengatur pertunangan kalian berdua, secepat mungkin-."

Dion terdiam ketika melihat tatapan Nazea yang langsung berubah, Nazea berdiri dari duduknya, ia menatap kedua orang tuanya lalu bergantian menatap Rajash yang hanya diam saat itu.

kakinya bergerak melangkah mundur, "pertunangan apa?," ujarnya sembari menatap ayahnya.

"bisnis ayah menuju kebangkrutan Jea, hanya pak Dion yang bisa membantu bisnis ayah, kamu sama Rajash juga sudah saling mengenal kan? ayah juga mau kamu bahagia Jea -"

"ayah selalu mikirin bisnis ayah, dari dulu saat ibu sakit-sakitan ayah cuman mikirin bisnis yah, ayah tau sebenci apa aku sama bisnis ayah? ayah mau aku bajagia??-

aku bisa bahagia dengan cara aku sendiri yah,"

Nazea berjalan keluar dari ruang VIP tersebut, ia berjalan meninggalkan tas dan orang tuanya.

Nazian, ayah Nazea berniat berdiri mengejar putrinya, namun Rajash menghentikannya. "Biar saya aja om, sekalian saya jelasin sama dia," ucap Rajash lalu pergi mengejar Nazea.

Rajash menatap punggung Nazea yang berlari menuju keluar, jalan raya. Lari Rajash semakin kencang saat mengejar Nazea, betapa paniknya Rajash saat melihat Nazea ingin menyebrang saat lampu hijau menyala, serta mobil mobil yang sedang berlalu lalang dengan kecepatan tinggi.

TIN TIN TIIINNN

"NAZEA!!," pekik Rajash sembari menarik lengan Nazea dengan erat.

Rajash menatap Nazea dengan tajam, ia menghembuskan nafasnya dengan tempo yang cepat, rasa takut menggerogoti dirinya ketika melihat Nazea yang nyaris melangkah menuju jalan raya saat itu.

"lo gila, gue tau lo marah, TAPI GAK GINI JUGA JE!!," pekiknya di akhir kalimat.

Nazea menangis, ia tak berani menatap mata Rajash saat itu. Dadanya sesak, ini pertama kalinya Rajash menyebut namanya, biasanya saat di sekolah Rajash hanyalah menggerakan tangannya untuk memanggil Nazea, atau menyuruh temannya untuk memanggil.

"liat gue," pinta Rajash.

Nazea hanya menggeleng tak mau menatap Rajash, sedangkan tangan Rajash memegang kuat kedua pundak Nazea saat itu.

tangan Rajash tergerak mengangkat wajah mungil milik Nazea, ia menatap kedua mata Nazea yang saat itu mengeluarkan butiran air mata. Dengan cepat Rajash melepaskan jasnya saat itu, dan segera memakaikan jasnya untuk Nazea.

malam itu, tatapan Rajash tak pernah lepas dari Nazea. entah apa arti dari tatapan Rajash malam itu, betapa sakitnya ia ketika melihat Nazea menangis seperti itu.

—  10 Agustus 2023 .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

somebody to love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang