Prolog

650 50 0
                                    







A love wrapped in blood
Erased by arrogance, it's over
I lost everything
Become an undead monster
But now
I know what I have to do (I know)
Follow the blood testament

.....





"Aku mencintaimu."

Bibir tipis itu melengkungkan sebuah senyuman. Dingin, dingin, dingin, seluruh tubuhnya terasa semakin tak terasa, sakit, dan pucat. Dengan sekuat tenaga, pemuda berperawakan mungil itu mengulurkan tangannya pada sosok di hadapannya. Pada kekasih hatinya.

"Jongseong." Suaranya begitu lemah, tapi ia tidak ingin membuat pemuda di hadapannya khawatir. Dengan susah payah ia berusaha terlihat baik-baik saja. "Tetaplah hidup dengan bahagia ya."

Jongseong menggeleng, air mata sudah membasahi seluruh wajahnya. Pemuda di dekapannya menghapus jejak air matanya, tidak membiarkan Jongseong untuk menangis.

"Jangan pernah menaruh dendam. Jangan pernah membenci dunia ini." Ia melanjutkan dengan suara bergetar. Matanya lembut menatap Jongseong. "Aku memberikanmu hidup, agar kau tetap bahagia. Jadi, jangan pernah menyesal ya?"

Jongseong bergetar dalam tangisnya. Ia dekap sosok itu lebih erat. Bagaimana bisa Jongseong hidup sementara pusat dunianya telah pergi? Bagaimana Jongseong bisa bahagia kalau tujuan hidupnya sudah tidak ada lagi.

"Jungwon—"


.....


"Jungwon!"

Jungwon menoleh saat suara lantang memanggilnya. Sunoo melambai padanya dengan wajah yang begitu cerah. Ia heran, apa yang selalu membuat Sunoo terlihat bahagia setiap harinya. "Sunoo, ada apa?"

Sunoo berhenti tepat di depan Jungwon. "Kau tahu, semalam aku baru saja membeli ponsel baru!" ia tersenyum lebar sambil menunjukkan ponselnya pada Jungwon. "Istirahat nanti ayo temani aku untuk mencari spot foto yang bagus di taman ya."

Kenalkan, ini adalah salah satu teman Jungwon (ia juga bingung kenapa bisa berteman dengan Sunoo) sejak ia pertama kali menginjakkan kaki di SMA Decelis. Sunoo itu begitu cerah bak matahari, selalu memancarkan energi positif, dia juga begitu suka bersosialisasi. Sebenarnya sifat Sunoo itu hampir berbanding terbalik dengan Jungwon yang lebih suka diam dan jarang berbaur.

"Woah. Tapi, bukannya kita harus mengerjakan tugas kimia ya?" dahi Jungwon berkerut. "Aku belum menyelesaikannya, jadi aku akan mengerjakan itu di jam istirahat nanti."

"Yah, tidak asik!" Sunoo mendesah kecewa. "Kau 'kan bisa mengerjakannya nanti. Lagipula kita masih punya waktu dua hari. Ayolah."

Jungwon menggeleng, "Kau ajak Riki saja."

"Ajak aku untuk apa?"

Mereka berdua terlonjak kaget. Riki, yang barusan dibicarakan, sudah ada di belakang mereka. Rambut dan seragamnya begitu berantakan, kelihatan betul kalau pemuda itu baru bangun tidur.

"Bisa tidak kau tidak mengagetkan kami!" protes Sunoo. Ia sudah mengelus dadanya.

Riki mengernyit, "Memang aku mengagetkan? Kalian membicarakanku ya?"

Jungwon maju lalu menunjuk wajah Riki. "Kau ke sekolah mandi tidak sih?" tuduhnya. "Rambutmu berantakan, seragammu berantakan. Bahkan kau terlihat seperti orang yang belum mandi."

Riki mengerjap kaget, sementara Sunoo sudah tertawa mendengar celotehan Jungwon. "Aku mandi." balas Riki dengan anggukan mantap. "Ya, hanya cuci muka. Tapi tetap saja, aku mandi."

"Kau ini niat sekolah tidak sih?" Jungwon berkacak pinggang.

Riki mengangguk. "Niat. Kalau tidak niat, aku tidak mungkin datang ke sekolah." balasnya santai. "Lagipula sepertinya tidak ada yang salah denganku, Ketua Kelas."

just come kiss me, and bite meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang