1

193 24 3
                                    


✨✨✨

Malam demi malam ia lewati penuh kehampaan. Matanya menatap langit gelap dan beberapa bintang berkerlap kerlip. "Mama, Papa, Darvin... Galen rindu kalian." (Galen ini si Ice ya, Galen nama tengahnya Ice. agar tidak salah paham, cek di sinopsisnya)

Pikirannya berkelana mengingat banyaknya memori hangat yang pernah mereka lalui bersama. Ia memejamkan matanya erat. Membiarkan hembusan angin menerpa permukaan kulit wajahnya. Ia berharap ini semua hanya mimpi buruk dan ingin cepat bangun dari mimpi ini.

"Seharusnya kalian tidak usah nyusul Galen. Kalau tau gini jadinya, Galen ga akan minta kalian untuk nyusul ke negara ini."

Air mata perlahan menembus ekor matanya. Ia menyalahkan dirinya sendiri. Kematian keluarga yang ia sayangi adalah salahnya. Ia merindukan pelukan hangat Zyra ketika dirinya ketakutan saat melihat makhluk tak kasat mata. Zyra adalah sosok ibu yang kuat menghadapi keluarga kecilnya.

Ia mengusap ujung matanya yang basah dengan punggung tangan. Ice menarik nafasnya dalam dalam kemudian menghembuskan secara perlahan. "Ice, jangan lemah. Buktikan kalau lo kuat. Walaupun lo sering di buly, lo harus giat belajar dan meraih cita cita. Semangat Ice, buktikan kepada dunia kalau lo kuat."

✨✨✨

Di pagi hari seperti biasa, Ice berangkat ke SMA Pulau Rintis. Karena jarak sekolah dari rumahnya lumayan dekat, jadi Ice hanya jalan kaki saja.

Saat ia berjalan di koridor, ada dua orang memanggilnya dari belakang. "Woi!" Ice langsung berhenti tanpa berbalik badanpun ia tau siapa yang memanggil dirinya. Mereka pun langsung menghampiri Ice. "Heh indihome. Ngapain lo sekolah, main aja sana sama setan" Ucap Fang. Lelaki yang acak acakan, baju segaram yang tak di masukkan serta sebuah putung rokok di tangannya itu menatap tak suka pada Ice.

Ice yang mendengar lontaran dari Fang, ia langsung berbalik badan. "Siapa lo ngatur ngatur gue? Memang kalo gue sekolah, lo bakal mati gitu?" Ucap Ice dengan tatapan datar. Sebenarnya ia takut melawan Fang dan antek antek nya, karena dia pernah di pukuli habis habisan. Namun, pihak sekolah mengatakan bahwa Fang hanya bercanda sesama teman.

"Udah berani rupanya ya? Mau gue suruh Kakek gue buat ngeluarin lo dari sekolah ini?" Ancam Fang lalu mendekati Ice dengan tatapan tajam. Namun, di tahan oleh Gopal. Gopal mengisyaratkan lewat mata untuk diam dan Fang hanya nurut saja. Tak beda jauh dengan Fang, Gopal pun seperti preman jalanan sambil memegang putung rokok di sela sela jarinya dan seragam acak acakan.

Gopal pun menghampiri Ice, "Denger denger, lo itu orkay ya. Tapi setelah keluarga lo meninggal, semua uang asuransi dan warisan orang tua lo di ambil sama tante lo dan sekarang lo ga punya apa apa. Lo-- miskin. Sekolah cuma modal beasiswa. Anak miskin kaya lo ga cocok sekolah di sini."

Mendengar orang tuanya di bawa bawah membuat Ice emosi, "Tutup mulut lo. Jangan bawa - bawa orang tua gue di mulut lo yang kotor, Bangsat" Teriak Ice di depan wajah Gopal. Teriakan Ice mengundang perhatian sekitar. Ya, mereka bertiga menjadi perhatian seluruh murid.

FYI: Kakeknya Fang adalah Pemilik dari sekolahan ini dan Ayahnya Gopal adalah kepala sekolah.

"Pffttt... Ga kebalik kah?" Ucap Gopal meremehkan Ice.

"Mending lo temenan sama setan aja, ga cocok lo temenan sama manusia" Celetuk Gopal lalu mendorong Ice hingga jatuh. Murid yang melihat itu hanya tertawa terbahak bahak tanpa membantu Ice. Bagi mereka ini hanya sebuah lelucon, tapi tidak dengan Ice yang merasa terluka dengan kata kata Gopal.

Tak lama, suara peluit menggelenggar. Pak Andi menghampiri kerumunan. "Ada apa ini? Bubar, bubar jangan membuat keributan! Ice? Ice kenapa, Fang?"

"Jatuh dia. Drama banget emang" Jawab Fang sambil bersedekap dadap.

Light in the darkness [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang